🕊 16 : Tempramental

78 16 1
                                    

Hari terus berlalu, berjalan seperti biasa tidak ada yang istimewa.. latihan dance masih berjalan lebih keras lagi dan Nancy seperti yang kita tahu, dia sudah pindah ke SMA Elang bergabung dengan B.G grup bahkan jika bertemu dengan Shasha dijalan pun, terasa enggan untuk menyapa ataupun tersenyum.. hanya ada kesinisan disana. Untuk laki-laki bernama Guan, dia tetap saja menyebalkan.. selalu mencari dimana keberadaan Shasha, lalu menjauhkan gadisnya dari Saga maka tak jarang Shasha kabur ke tempat khusus untuk murid beragama islam yang disediakan oleh kepala sekolah. Sekedar bertemu Sara sebenarnya, tidak ada maksud lain.

Jum'at telah tiba tanpa terasa, pukul 11.30 wib adzan untuk sholat jum'at berkumandang.. Saga dan Rivan di perbolehkan meninggalkan kelas untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Guru terus menjelaskan beberapa materi, sampai bell istirahat berbunyi 30 menit lagi, dengan penuh inisiatif.. Shasha mengambil note dalam tasnya membuat copy an dari yang Bu Gita si guru fisika jelaskan.

"Ngapain?" Xiera bertanya, bingung saja untuk apa Shasha membuat dua catatan.

"Nulis." Singkat si gadis dengan malas, tanpa menoleh ke arah Xiera.

Dia berdecak kesal, bukan itu maksud pertanyaannya. "Heh! Gue gak buta ya.. gue tahu lo lagi nulis kali. Tapi buat apa? Kan lo udah nulis."

"Buat Saga lah bego! Tu liat, orangnya kagak ada kan? Kesian dia ketinggalan pelajaran nanti." Kesal Shasha, menatap sang sahabat seraya menunjuk wajah cantik itu menggunakan pena.

Xiera melongo sesaat, lalu menepuk keningnya sendiri. "Lo lupa ya?! Rivan sama Saga itu selalu dapet kiriman materi lewat wa dari guru yang bersangkutan selama mereka melaksanakan ibadah."

"Lah, bener juga. Trus kenapa gue harus capek nulis dua kali." Heran Shasha sendiri, sambil menjernihkan pikirannya.

Astaga Shasaha, kenapa kau sampai sebodoh ini?!

"Lo udah terlalu buta sama cintanya Saga deh."

Plak

Tanpa rasa segan, Shasha memukul mulut manis Xiera. "Mulut lo tu ya, ikh.. minta di cium pantat panci emang."

"Dih, dari pada di cium pantat panci.. mending gue dicium sama Jeno."

"HEH!!"

"Ada apa itu dibelakang ribut-ribut?!" Bu Gita memperhatikan kearah dua gadis yang tadi baru saja berdebat, sedangkan Shasha dan Xiera tengah menunduk cepat seraya saling menepuk satu sama lain.. menyalahkan. "Sekali lagi kalian ribut, keluar dari kelas saya!"

"I-iya bu, maaf." Cicit mereka bersamaan, masih merunduk dalam.

Dibelakang, Eric tengah menertawakan mereka.. lucu menurutnya sebuah hiburan tersendiri. Pulang nanti, Shasha pasti akan memarahi laki-laki itu.

Bell istirahat berbunyi, dalam hati semua murid sudah bersorak sorai.. akhirnya bisa terlepas juga dari deretan angka yang sulit dimengerti dan membuat kepala pening, entah kenapa mereka harus menghitung gaya juga tekanan dari sebuah apel yang jatuh dari pohon. Itu membosankan.

Saga belum tiba disekolahan, namun langkah Shasha sudah terlebih dahulu menuju tempat biasanya Sara berada.. jangan tanyakan lagi. Tapi, sebelum kesana.. Shasha sudah membeli banyak camilan dalam kresek. Terlihat sepi disini, kepala Shasha menoleh dari balik pintu.. dia melihat sosok seseorang tengah mengenakan pakaian serba putih. Shasha tidak bodoh, si gadis tahu jika itu adalah Sara yang sedang melaksanakan sholat dzuhur.. begitu khusyuk dia beribadah, Shasha tidak pernah serius selama ini.

Dua kalimat salam telah Sara ucapkan, dia menoleh ke arah pintu lantas tersenyum penuh kehangatan. "Sha? Masuk sini, ngapain diluar aja." Ajaknya ramah.

[✔] I. Different // Yeh ShuhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang