Sabtu, 13:30 WIB
Hari demi hari berganti permintaan Shasha belum dapat terjawab, mereka belum bisa mengambil keputusan.. semua ini harus ditanyakan terlebih dahulu dengan orang yang jauh lebih mengerti. Jadi, Sara mengutuskan diri untuk menanyakan hal tersebut pada ustadzah yang ada di daerahnya. Biar begitu, Saga terus memikirkannya.. hari ini, dia sedang bekerja di toko bunga Xielin's Flowers -toko bunga milik Xiera, yang sekarang menjadi teman sekelasnya- si pemilik toko yang sedang mengamati kinerja pegawai seraya mengurus beberapa hal tiba-tiba mengrenyit, ketika netranya menangkap sosok Saga. Tak seperti biasa semangat bekerja, kini Saga justru nampak banyak pikiran.
"Hai." Xiera menyapa, dia bersandar pada salah satu tiang penopang jauh disisi kiri si laki-laki.
Saga menoleh. "Owh.. hai, Xi."
"Lagi ada masalah?" Dia bertanya tepat sasaran, hingga membuat Saga terhenyak sesaat. Oh ya, Xiera pasti belum mengetahui kabar mengenai Shasha yang berniat pindah agama.. jika sudah, dia pasti akan bersikap seperti Saga, bukan?
Si laki-laki menegakkan duduknya, menghembuskan nafas berat sesaat. "Gini Xi, ini tentang Shasha.." ada sedikit jeda disana, tanpa disadari kedua sisi bibir Xiera terangkat membentuk senyum simpul.. dia tertarik dengan apa yang akan Saga jelaskan. "..tapi kamu jangan bilang Shasha dulu ya, aku cuma mau minta pendapat."
Xiera mengangguk kukuh. "Pasti."
"Beberapa hari ini Shasha ada masalah, terutama sama Nancy kan?" Si gadis kembali mengangguk. "Hari itu, dia datang untuk curhat sama aku, Sara dan Rivan. Gak tahu kenapa, setelah curhat itu dia minta aku buat baca al-quran."
Sejenak, Xiera terhenyak.. namun tak begitu kentara, dia masih tenang. Memang aneh, setelah dekat dengan Saga.. Xiera pun merasakan gelagat perubahan Shasha dari hal kecil, mulai dari yang tidak lagi mengenakan pakaian pendek, club bukan lagi tempatnya, Shasha jauh lebih tenang dan yang paling mengejutkan adalah mendapati history pencarian diponselnya mengenai agama islam. "Saga, apa lo mau bilang Shasha berniat pindah agama?"
Benar, kenapa Xiera bisa tahu?
"..gak, bukan Shasha yang ngasih tahu." Ralat Xiera segera ketika melihat perubahan ekspresi besar pada si lawan bicara. "Gue cuma ngira-ngira, karena gelagat Shasha juga udah nunjukin hal itu.. semenjak gaul sama lo."
"Maaf, bukan maksud aku." Saga menunduk dalam diam.
"Gak Saga, lo ini lucu ya." Kekeh Xiera menggelengkan kepala, dia berjalan lebih mendekati Saga seraya menguncir rambutnya. "Gue justru seneng, gue mau berterimakasih sama lo."
"Aku?" Herannya, menunjuk diri sendiri dengan wajah lucu.
"Gue mau berterimakasih sama lo, karena lo.. Shasha gak pake baju seenaknya lagi, karena lo Shasha udah gak main ke club lagi, karena lo dia jadi pribadi lebih baik dan sopan.. semua itu karena lo Sagara." Setetes bulir bening keluar dari kelopak matanya, mengalir lembut dipipi sang gadis. "Alisha Rosella, dia sahabat gue yang paling berharga. Tapi dulu, setelah masuk SMA Zeus.. dia punya pergaulan yang salah. Pergi ke club setiap malem, selalu pake baju terbuka bahkan hampir mau bikin tatto. Tapi biar bagaimana pun, dia tetep Shasha si murid cerdas.. sahabat gue."
Saga tertegun, ternyata selama ini begitulah sosok Shasha. Entah dari mana datangnya, dia bertekat untuk membuat Shasha jauh lebih baik dari sebelumnya. "Tapi aku gak tahu Xi, apa orang tuanya akan mengizinkan dia buat pindah agama."
"Gue juga gak yakin Saga, tapi hati gue percaya kalo lo bisa."
Sepertinya dia akan nekat, Shasha adalah teman.. bukan sekedar teman, tapi sahabat. Apapun yang terjadi, mereka tetap bersahabat. "Aku akan lakukan itu Xiera."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] I. Different // Yeh Shuhua
Teen Fiction"Kalo gitu, gue bisa gak masuk islam?" "Hah?!" ------------------------------------ Kamu, laki-laki yang membuat aku langsung tertarik.. kamu membuatku penasaran dan kamu terlihat lebih menonjol dari pada orang lain disekitar. Kamu memiliki kharisma...