Setelah makan malam, Saga membereskan piring-piring yang telah digunakan.. membawanya ke dapur lalu dicuci sampai bersih. Begitu telaten laki-laki melakukan sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan kebersihan tidak seperti Jimi dan Julian, kerjaan mereka selalu saja bermain game online ataupun menonton film, selalu melewatkan sholat kecuali Saga memaksa mereka, baru lah mereka bangkit dari sofa dengan malas.
"Saga."
Yang disapa menoleh. "Owh.. Sheila, kenapa?"
Gadis itu duduk di luar dapur, berhadapan dengan tempat Saga mencuci piring dan hanya dibataskan oleh kaca dapur. "Gak kenapa-napa sih, cuma bosen aja gak ada temen."
Benar juga, jika dipikir-pikir.. Sheila selalu sendiri, tidak mungkin kan dia harus bergabung dengan Julian dan Jimi? Dengan Mimi pun, rentan usia mereka berbeda.. topik pembicaraan pun akan berbeda, dan Hana? Dia masih terlalu kecil. Sheila butuh teman untuk dia membicarakan banyak hal, tentang kesukaan, tentang laki-laki, tentang yang sedang trend saat ini, atau apapun itu. Hanya Saga yang Sheila punya, tapi tetap saja, obrolan laki-laki dan perempuan tak akan sebebas perempuan dan perempuan.
Saga mengerti jika dialah yang selalu dicari oleh Sheila, tak apa toh mereka juga bersaudara. "Ngobrol aja sama aku, Sheil. Kalau bosen atau apa, aku temenin jalan-jalan."
"Bener?" Seketika, manik indah Sheila berbinar terlewat senang.
Si laki-laki pun mengangguk, gemas dengan ekspresi Sheila. "Iya bener, jadi gak usah lah murung lagi."
"Siap!" Serunya, memberikan hormat kepada Saga layaknya seorang tentara dan mereka pun tertawa. "Owh ya, btw.. gimana sekolah kamu? Kan kalo gak salah, udah mau seminggu ya kamu sekolah di SMA Zeus?"
"Enak aja kok, aku juga disana ketemu sama yang satu agama.. 1 cewek, 1 cowok. Btw, besok kan Jum'at ya? Gimana kalau jalan-jalannya sabtu aja?"
"Serius?"
-•-
"Iya."
"Tapi gue lagi males banget ke club."
Setelah tiba di Indonesia, di Bandung tepatnya dan sudah terdaftar sebagai SMA Zeus.. Guan segera membeli apartemen mewah disana. Jika kalian heran kenapa dia bisa terdaftar secepat itu? Uang bisa bicara kawan, apapun itu dapat cepat diselesaikan jika dengan uang.
Malam ini, si laki-laki jangkung datang ke rumah tunangannya, berniat mengajak ke Hydro Club.. namun disayangkan Shasha menolak. Lebih memilih untuk rebahan dikamar sampai tertidur.
Tidak, Guan tidak akan menyerah secepat itu. Prinsipnya, apapun yang dia inginkan harus didapatkan dengan cara apapun. "Lo mau gue paksa?"
"Paksa aja! Gue tetep gak mau." Tantang Shasha kembali masuk kedalam kamar lalu menutup pintu.
Guan pusing, baru kali pertama menemukan gadis seperti ini.. susahnya minta ampun. Dia memijat pelipisnya sendiri. "Kalo gue gak bisa maksa, mungkin om sama tante bisa."
Seketika pintu terbuka, Shasha memandang Guan dengan sengit. "Tunggu gue 10 menit."
Bisa juga. Guan hampir melupakan satu fakta jika Shasha sangat menuruti kedua orang tuanya, dan tidak ingin melukai hati mereka. Harusnya Guan menggunakan cara ini dari awal, tidak perlu bersusah payah penuh tele-tele. Dia memutuskan untuk menunggu dibalkon, seraya menikmati pemandangan ditambah sepoi angin malam. Entah karena atas dasar apa, tiba-tiba dia tersenyum sendiri.. kenapa dia bisa menyukai gadis seperti Shasha? Padahal dulu Guan pernah mengatakan tipe idealnya adalah, gadis yang dewasa, elegan, selalu menuruti perintahnya dan tegas.. jelas jauh dengan keadaan seorang Yeh Shuhua atau Alisha Rosella yang kekanak-kanakan, ceria, selalu menentang perkataannya.. tapi dia cukup tegas. Jika dia tak ingin maka dia akan katakan tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] I. Different // Yeh Shuhua
Teen Fiction"Kalo gitu, gue bisa gak masuk islam?" "Hah?!" ------------------------------------ Kamu, laki-laki yang membuat aku langsung tertarik.. kamu membuatku penasaran dan kamu terlihat lebih menonjol dari pada orang lain disekitar. Kamu memiliki kharisma...