🕊Happy Reading🕊
Hari kian menggelap, sang surya sudah sangat lama berganti dengan rembulan.. Taiwan begitu indah, perkotaan masih belum terlelap, gemerlap lampu masih terlihat. Diatas sana, tepatnya balkon kamar lantai 12 sebuah apartement mewah berbintang 5.. seorang gadis dengan surai legam panjangnya tersanggul asal nampak sibuk berkutik dengan laptop, mencari beberapa video yang dia punya selama di Indonesia.
Berat memang karena ini dia buat bercampur dengan rasa rindu, bukan hanya pada seorang laki-laki yang mengubah hidupnya.. namun juga terhadap para sahabat-sahabatnya. Sesekali, gadis itu menghembuskan nafas dalam.. menggosokkan wajah lelah, seraya bersandar pada punggungan kursi.
Sudah 2 bulan semenjak Shuhua -atau selama di Indonesia bernama Shasha- pindah ke Taiwan, padahal baru saja 2 bulan dia disana semenjak pertukaran pelajar.. sebentar memang, namun terasa begitu lama karena hari yang dia lalui tak selalu mudah, apalagi setelah kehadiran Guan.
Akh.. sudah lah, semua itu sudah berlalu biar bagaimana pun waktu tidak pernah diputar kembali. Tapi rindu tetaplah rindu, Shasha ingin mengumpulkan semua kenangan itu.. hingga tersusun rapih dalam bentuk video.
Clek
Pintu apart terbuka sedikit, kepala seorang laki-laki menelusup masuk menelisik keadaan lalu membuka pintu secara keseluruhan. "Sha?"
Si gadis menoleh, mendapati kakaknya sudah berada disana.
Owh ya.. kenapa Shasha hanya ingin tinggal di apartement? Bukan tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah mewah, atau bersama sang nenek di dekat pedesaan. Itu karena, Shasha hanya ingin tinggal sendiri.. dia tidak ingin diganggu apalagi selalu menyangkut pautkan hubungannya dengan Guan. Shasha muak, dia tidak ingin terkekang di usia muda bersama laki-laki tempramental.
Dari pada anak gadisnya semakin memberontak, lebih baik menuruti kan?
Sang kakak duduk di tepi kasur Shasha, membawa secangkir kopi hangat ditangan.. mantel yang dia gunakan sudah menggantung di dekat pintu. "Kau sedang apa?" Hendery bertanya, menggunakan bahasa mandarin..
"Hanya, mengerjakan sesuatu yang kecil." Jawab asal Shasha tanpa menoleh.. masih sibuk berkutik dengan laptop dipangkuan.
Hendery bangkit, berjalan mendekati sang adik.. menyentuh pundak kecil itu dengan lembut. "Kamu kangen mereka ya?" Dia kembali menggunakan bahasa indonesia, setelah melihat apa yang adiknya kerjakan.
Perlahan, Shasha menunduk lantas mengangguk. "Iya kak, aku kangen mereka semua. Teman yang emang tulus, gak kayak disini.. mau berteman cuma karena aku anak pebisnis sukses."
Yang lebih dewasa mengerti, dulu juga sewaktu berada diseusia Shasha.. Hendery tidak mempunyai teman, tidak sebenarnya.. dia punya banyak teman.. namun mereka hanya ingin dekat karena Hendery anak pengusaha. Jadi, dia lebih memilih menyendiri dari pada mendapat teman yang palsu, datang jika ada butuhnya. "Kamu yang sabar ya, Sha. Kakak yakin, suatu saat nanti mama papa akan sadar kalo kamu juga punya tujuan hidup sendiri."
"Amin kak, semoga aja." Jawab Shasha menghembuskan nafasnya lelah. "Tapi kak, jangan bilang mama papa ya.. kalau Shasha masih jadi mualaf."
Dengan senyum teduh, Hendery mengangguk lantas tangan kekarnya membelai lembut pucuk kepala sang adik. "Sekarang, coba kamu duduk.. ungkapkan semua yang mau kamu sampaikan sama temen-temen disana, biar kakak yang rekam."
Shasha menyetujui, karena memang video ini hanya membutuhkan sentuhan terakhir yaitu.. pesan rindu dari seorang Alisha Rosella. Dia duduk di sebuah kursi, dibelakangnya terdapat sebuah rak yang menyimpan banyak foto bersama semua temannya. Paling banyak adalah foto bersama Xiera, Eric, Haize dan Nancy..
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] I. Different // Yeh Shuhua
Teen Fiction"Kalo gitu, gue bisa gak masuk islam?" "Hah?!" ------------------------------------ Kamu, laki-laki yang membuat aku langsung tertarik.. kamu membuatku penasaran dan kamu terlihat lebih menonjol dari pada orang lain disekitar. Kamu memiliki kharisma...