Upacara bendera adalah kegiatan rutinitas setiap hari senin, sebagian besar murid akan merasa lelah melaksanakan upacara ini.. bagaimana tidak? Jika mereka dituntut untuk terus berdiri dengan sikap sempurna selama 45 menit.
Ingin patah rasanya kaki ini.
Semua murid masuk kelas masing-masing setelah 45 menit berlalu, pun dengan Saga yang sekarang akan di antar ke kelas 11-2 bersama kepala sekolah. Pacu jantung Saga dirasa makin tak baik sekarang, berdetak gugup tak karuan.. keringat dinginnya pun mulai bergulir biar tak begitu kentara. Pak Doni selaku kepala sekolah, membuka pintu ruangan kelas itu perlahan.. menyita puluhan atensi didalam sana.
Begitu langkah Saga dan Pak Doni memasuki kelas, bisikan demi bisikan pun terdengar semu di rungu si laki-laki. Dia menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya. "Anak-anak, mulai hari ini kalian kedatangan murid baru. Dia ini murid penerima beasiswa." Jelas si kepala sekolah.
"Silakan, perkenalkan diri kamu." Timpal guru yang berada disana, memberi ruang untuk Saga memperkenalkan diri.
"Ass-" hampir saja Saga lupa, hampir saja kalimat salam melucur dari bibirnya. "Hai semua, nama saya Sagara Mujahid.. kalian bisa memanggil saya Saga, saya pindahan dari SMA Bima.."
Ucapan terakhir Saga terhenti, disertai wajah yang terkejut ketika bertatap muka dengan gadis di lapangan tadi.
Karena tak ada respon dari murid lain, akhirnya sang wali kelas buka suara. "Baiklah Saga, kamu boleh duduk bersama Rivan." Pinta dari Bu Yuni menyadarkan Saga dari lamunannya.
"Baik bu, terimakasih." Ujar Saga lantas berjalan ke tempat yang beliau tunjuk. Barisan ketiga, pada kolom ketiga.. disana sudah ditempati oleh seorang laki-laki berbadan kurus dan aura wajahnya seperti Saga, terkesan tenang juga lembut.
Saga duduk di sebelah kiri si laki-laki, yang sekarang akan menjadi teman sebangkunya. "Kenalin, nama saya-"
"Tadi lo udah perkenalan kan?" Tegasnya menoleh cepat berbalik arah, Saga terdiam. "Kenalin, gue Muhammad Rivandi Abraham."
Sagara menatap tak percaya, jadi apakah maksudnya dia sudah memiliki teman yang satu kepercayaan? Semudah itu? Ini keberuntungan atau memang karunia?
Rivandi -mari kita panggil saja dengan Rivan- terkekeh geli melihat ekspresi Saga. "Woy! Lo kenapa?" Tanyanya mengibaskan tangan tepat di depan wajah, si murid baru.
Seketika dia tersadar. "Eh iya, saya cuma gak nyangka aja.. ternyata ada muslim juga disini."
Rivan mengangguk setuju, awal dia pindah pun pikirnya hanya dia yang beragama islam.. namun ternyata tidak juga, beberapa murid lain juga satu kepercayaan dengannya, hanya tidak terlihat jelas saja.. mereka banyak berbaur dengan penduduk asli sekolah ini. "Iya, sama gue juga gak nyangka."
Mereka kembali mendengarkan bimbingan dari Bu Yuni sebagai wali kelas, menyampaikan beberapa hal.. termasuk jadwal pelajaran, jadwal piket, dan hal lainnya pun menyangkut kas sekolah. 30 menit berlalu, kini bell sudah berbunyi.. pertanda pelajaran selanjutnya akan dimulai. "Baik lah anak-anak, sampai sini dulu bimbingan ibu. Nanti tolong ketua kelas share tugas dari Mrs. Ica ya."
Salah satu murid menganggkat tangannya untuk bertanya. "Emang Mrs. Ica dimana bu?"
"Beliau lagi ada jadwal pembina MOS tahun ini, ya kemungkinan besar seminggu kedepan kalian masih bisa free." Jawab Bu Yuni.
Diam-diam para murid bersorak senang, ini lah yang disukai.. dulu pertama kali datang ke SMA Zeus, merekalah yang harus dikerjai kakak kelas sekarang waktunya mereka mengerjai adik kelas.
Tidak juga..
Berurusan dengan MOS adalah tanggung jawab OSIS, kandas sudah rencana untuk membalas dendam. Tapi tak apa, setidaknya mereka bisa menikmati free class sampai seminggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] I. Different // Yeh Shuhua
Teen Fiction"Kalo gitu, gue bisa gak masuk islam?" "Hah?!" ------------------------------------ Kamu, laki-laki yang membuat aku langsung tertarik.. kamu membuatku penasaran dan kamu terlihat lebih menonjol dari pada orang lain disekitar. Kamu memiliki kharisma...