Hari pertama di sekolah cukup baik, tak perlu ada yang di khawatirkan secara berlebihan.
Saga dan Rivan begitu cepat akrab, mereka bahkan melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di majid besar sebrang sekolah. Menurut Saga, Rivandi adalah orang yang baik dan bersahabat.. meskipun dia sedikit jutek di awal. Saga pun bertemu satu murid muslimah -teman Rivan-, dia satu-satunya di SMA Zeus yang berkerudung. Anak kelas 11-4 namanya Nur Sahara, pantas saja Saga tak melihat sosoknya sejak tadi.. karena jarak kelas mereka pun dapat dikatakan cukup jauh. Mengenai Jeno dan Hans, kedua laki-laki itu selalu menganggu Saga.. mulai dari menyembunyikan sepatunya sewaktu melaksanakan sholat bersama Rivan, bahkan sampai meletakkan permen karet di bangku Saga.. padahal mereka tidak berada di kelas yang sama. Jeno dan Hans, mereka murid pintar dan selalu menjadi kebanggaan guru maka dari itu ditempatkan di kelas 11-1. Tapi kelakuannya, sungguh tidak mencerminkan kepintaran mereka.
Bell pulang pun sudah berbunyi, semua murid membubarkan diri. Saga, Rivan dan Sahara -atau kita panggil saja Sara- berjalan bersama di pelataran sekolah. "Aku duluan ya, Rivan.. Sara." Ujar Saga, dia berhenti di area parkir sepeda pekarangan sekolahnya.
Keduanya mengangguk. "Iya, Ga. Hati-hati ya!" Balas Rivan ramah, sedangkan Sara hanya tersenyum.
Saga menggoes transportasinya keluar gerbang besar sekolah, melaju di pinggiran trotoar.. awalnya baik, sampai dia menemui satu kejanggalan. "Kok jadi berat gini ya?" Gumam Saga pada diri sendiri.
Sepeda dia berhentikan dulu, mengecek apakah ada yang salah dengan kendaraannya ini? "Bocor?"
Ternyata ban itu sangat kempes, ada sobek yang tidak terlalu besar disana. Seperti bukan terkena paku, ini disengaja.. dapat dilihat dari bentuk kebocorannya.
Apa mungkin ini berbuatan Jeno dan Hans?
"Astagfirullah." Saga khilaf, baru saja dua su'udzon terhadap seseorang.. jelas itu tidak diperbolehkan.
Jadi dia memutuskan untuk mendorong sepedanya sampai panti, ini akan melelahkan karena jarak tidak sedekat yang dibayangkan.
-•-
Caffe Victory menjadi tempat favorit murid SMA Zeus untuk berkumpul dengan teman, entah itu membahas tugas atau iseng melepas penat setelah berhadapan dengan tumpukan buku, karena jarak caffe dengan sekolah pun terlampau dekat. Itulah yang Shasha dan Xiera sedang lalukan, duduk berhadapan di caffe membahas konsep untuk kompetisi dance di akhir tahun nanti. Biar bagaimana pun, mereka harus menyusun konsep mulai dari sekarang.
"Ini si Nancy sama Haize kemana sih? Kok lama banget." Gerutu Xiera setelah menyeruput avocado coffe nya.
Shasha terus sibuk dengan ponsel, memainkan media sosial hanya melirik Xiera sebentar. "Lagi di rumah ketiga kali, lo kayak gak tau kelakuan mereka aja."
Mungkin kalian tidak akan tahu rumah ketiga yang Shasha maksud.
Ruang ketiga.
Sebenarnya suasana cukup tegang, tapi kedua gadis disana nampak santai seraya memainkan rambut. Wanita berkaca mata di depan mereka memijat pelipis, beliau adalah Bu Krystal.. guru BK yang cukup kejam, semua murid pun tidak berani melanggar aturan hingga berurusan dengan BK.. aakkh.. mari kita gunakan kecuali untuk Nancy dan Haize.
Hembusan nafas lelah terdengar. "Ibu sudah gak ngerti lagi sama kelakuan kalian."
Masih menggunakan rok di atas standar, padahal semester lalu sudah diperingatkan, ditambah mereka yang datang terlambat. "Udah lah bu, kita ada janji buat bahas kompetisi dance." Celoteh Nancy kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] I. Different // Yeh Shuhua
Teen Fiction"Kalo gitu, gue bisa gak masuk islam?" "Hah?!" ------------------------------------ Kamu, laki-laki yang membuat aku langsung tertarik.. kamu membuatku penasaran dan kamu terlihat lebih menonjol dari pada orang lain disekitar. Kamu memiliki kharisma...