Janji sama dengan hutang, harus ditepati, harus dibayar.. kita memiliki tanggung jawab besar akan janji yang kita buat dengan seseorang. Jika kita mengingkari janji tersebut, akan ada orang kecewa karena menunggu terlalu lama.. sama halnya dengan Sagara Mujahid sekarang, dia tengah berlari sekuat tenaga agar segera sampai di panti. Bagaimana bisa dia melupakan janji yang dibuat untuk mengajak Sheila jalan? Gadis itu pasti akan sangat kecewa.
Jarak antara masjid dan panti lumayan jauh, terlebih tidak ada transportasi yang bisa dia gunakan. Maka berlari adalah pilihan satu satunya, semoga saja ini belum jauh terlambat, semoga daja Sheila bisa. menerima alasan keterlambatannya.
Beberapa menit dia berlari, kemudia sampai juga di panti dengan pelu membasahi sekujur tubuh. "Hah.. bun-bunda, hah.. Sheila dimana?" Saga bertanya begitu menemui Bunda Wena diteras sedang menyirami beberapa bunga dalam pot.
Bunda menghela nafasnya, melihat kedaan Saga seperti ini. "Assalamualaikum."
Ah ya, Saga lupa mengucap salam. "Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam." Bunda tersenyum, lantas menatap Saga dengan secercah sorot kecewa disana. "Kamu ingkar janji sama Sheila?" Si laki-laki mengangguk, masih mengontrol nafas rupanya. "Dia di kamar, pasti kecewa banget. Mimi lagi nenangin dia, biar gak pundung lagi."
"Kalo gitu, Saga masuk dulu ya bun."
Tanpa menunggu jawaban dari Bunda Wena lagi, Sagara segera masuk kedalam kamar milik saudarinya. Di ruang tamu, dia sudah mendapat celotehan dari Jimi dan Julian yang sedang mabar free fire, duo ini.. padahal mereka juga sering ingkar janji. Gak sadar diri.
"Lo dari mana aja si Ga?"
"Sheila nangis noh, lo sih!"
"Ingkar janji, tumben amat!"
"Iya, biasanya lo paling tepat waktu."
Haduh, Saga jadi makin merasa bersalah.. harus berbuat apa dia pada Sheila agar dimaafkan?
Mimi keluar dari kamar Sheila, begitu baru saja Saga ingin mengetuk pintu. Dia terkejut sampai mundur beberapa langkah, yang lebih tua mengintip kedalam kamar.. dilihatnya Sheila tengah meringkuk seraya menyumbat telinga dengan earphone dan memeluk boneka beruang besar berwarna biru berry. "Masuk aja Ga." Titah Mimi, suaranya terkesan pelan nan lembut.
Sagara mengangguk. "Makasih teh."
Kriiet
Mencoba membuka pintu sepelan mungkin, agar tak menyita perhatian si gadis diatas singgah sananya. Saga duduk bersila, melantai disisi ranjang Sheila. "Sheil?"
Yang dipanggil menoleh, mana bisa.. karena sejak tadi dia mengenakan earphone kan? Harusnya dia tidak dengar. Namun kenyataannya Sheila tidak benar mendengarkan musik, apalagi dengan volume kuat.
"Saga?" Heran si gadis, memundurkan posisi tidurnya seraya makin mempererat pelukan pada beruang itu.
"Assalamualaikum." Sapa Saga kikuk, jika menggunakan sapaan lain.. dia jamin Sheila akan menghiraukannya.
Sheila pun mendengus malas, mau tak mau menjawab. "Wa'alaikum salam."
"Kok ketus?" Cibir Saga, pura-pura marah dengan saudarinya.
"Biar!" Ketus Sheila tak mau mengalah.
Mereka sama-sama dingin, sulit untuk Saga mencari cela meminta maaf. Harus dibujuk dengan cara apa Sheila ini. Dia tipe gadis yang tomboy dan petakilan, tidak mempen dibujuk dengan coklat atau bunga.. bahkan saat pundung seperti ini, es krim dingin nan manis pun tidak akan digubrisnya. Masa bodo, pikir Sheila.. dia bisa beli sendiri. Mengenai boneka, itu hanya karena kado dari sahabat terkasih.. jadi Sheila sangat menyayangi boneka ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] I. Different // Yeh Shuhua
Teen Fiction"Kalo gitu, gue bisa gak masuk islam?" "Hah?!" ------------------------------------ Kamu, laki-laki yang membuat aku langsung tertarik.. kamu membuatku penasaran dan kamu terlihat lebih menonjol dari pada orang lain disekitar. Kamu memiliki kharisma...