14

33 4 0
                                    

Apakah rasaku kepadamu salah ? Hingga kau enggan menyapaku setelah tau semua rasa yang bahkan tak pernah kuungkapkan kepadamu
'ANA'

✨✨✨

Semilir angin nan sejuk perlahan kian menusuk kulit. Sinar mentari nan hangat perlahan kian menusuk mata bak pisau, izinkan aku untuk terus menikmati setiap detik, menit, jam tanpa tertinggal sedetikpun.

Seperti biasa Fatimah akan berangkat sekolah bersama Clara dan Dino. Kalian belum tahu kebiasaan barunya bukan ? Kebiasaan barunya yaitu berangkat lebih siang. Hari ini dia diminta Ibunya agar mampir ke rumah Eyang setelah pulang sekolah untuk menjemput adiknya Nasya.

Saat tiba di sekolah, Fatimah mendapati Mahen beserta temannya sedang memarkirkan motor di depan koperasi. Karena ini sudah hampir bel, maka Fatimah memarkirkan motor di sana juga. Alasannya sih simple, karena parkiran bawah tempat biasa dia memarkirkan motor sudah ditutup.

Mahen sempat melihat ke arah Fatimah dan begitupula Fatimah yang melihat ke arah Mahen, pandangan itu saling mengunci untuk sepersekian detik. Tapi, Fatimah lebih dulu memutus kontak mata itu dan berlalu memarkirkan motor.

Sebenarnya mereka berdua ingin sekali bertegur sapa terlihat dari kedua sorot mata mereka. Tapi apalah daya mereka yang hanya berteman di media sosial ya lebih tepatnya teman seperfollowan instagram dan tentunya tanpa pernah saling bertukar kabar, hanya saling like postingan atau sekadar penikmat instastory. Itu saja Fatimah yang ngefollow duluan karena dia sangat kepo dengan Mahen saat permainan bola volly kala itu.

Mahen dan temannya sudah berjalan menuju koridor kelas karena bel baru saja berbunyi, Fatimah berjalan santai mengikuti Mahen dan temannya, namun Fatimah berpisah dengan punggung Mahen di tangga sebelah Laboratorium Bahasa, Mahen berjalan terus karena kelasnya berada di lantai dasar. Sedangkan Fatimah berjalan menaiki tangga karena kelasnya di lantai atas dan dengan segera dia menuju kelasnya.

Dari jarak 2 meter terlihat kelasnya itu masih kosong tanpa guru, padahal bel sudah berbunyi ketika Fatimah masih di parkiran. Mungkin gurunya emang terbiasa seperti itu, ah iya ini kan pelajaran PKWU, pasti guru itu akan masuk setelah doa selesai. Guru itu namanya Bu Tini --guru yang baik tapi kadang omongannya pedas.

Fatimah kaget karena Ella duduk di bangku paling depan dekat dengan pintu, lalu tanpa pikir panjang dia pun mendaratkan tubuhnya ke bangku samping Ella. Di belakang bangku mereka itu ada Syarif dan Cahya--orang yang juga pernah dikagumi Fatimah, tapi sekarang sudah biasa saja.

"El, kok duduk di sini sih ? Gaenak tahu gabisa fokus ngeliat koridor mulu", kataku sesaat setelah mendaratkan tubuhku

"Mau gimana lagi, Fa. Kamu kan tahu kita langganan berangkat siang, sedangkan penghuni kelas ini kebanyakan berangkat lebih awal", jelas Ella

Memang benar, mereka berdua langganan berangkat siang sekarang. Mereka akan merasa lebih sial kalau pada hari tersebut itu lebih banyak pelajaran saintek, bisa dipastikan mereka akan selalu duduk di depan, karena temannya yang lain memilih duduk di belakang. Bisa saja keduaya mendapat bangku agak belakang apabila ada salah satu diantara mereka yang berangkat lebih pagi.

Ya sistem duduk di kelas ini itu 'Siapa cepat dia dapat', jadi tidak ada bangku kepemilikan.

¤¤¤

Tet. . . Tet. . . Tet. . . Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Fatimah bergegas membereskan semua barangnya dan berlalu menuju parkiran bersama Syifa, Ayka, dan Bibil. Jangan tanyakan Ella dimana, karena hari ini dia ada rapat kepengurusan Rohis (Rohani Islam) di masjid jadi dia pulang terlambat.

Rasa yang Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang