16

16 4 0
                                    

Alurku tak seindah Alur-Nya
'ANA'

Jangan lupa vote comment ya readers ❤❤

✨✨✨

Saat ini Fatimah berada di lobby bersama dengan seseorang yang telah lama dikenalnya.

"Woi, ko belom pulang si ?", tanya Fatimah

"Astagfirullah, iya nih nunggu Bapak jemput", kata orang itu

"Bapakmu jemput jam berapa ?"

"Emmm... Biasanya sih hampir maghrib"

"Ih itu masih lama ini tuh masih sore jam 4"

"Udah biasa gapapa"

"Ih ayo bareng aku aja, lagian kan aku juga lewat rumahmu"

"Engga usah Fa. Takutnya kalau Bapakku udah perjalanan ke sini"

"Tapi ini masih lama banget"

"Gapapa Fa udah biasa"

"Ih ngeyel banget astagfirullah"

"Ngga papa Fa. Udah sana pulang duluan"

"Gamau aku mau nunggu kamu sampe dijemput pokoknya"

"Gausah Fa. Aku bisa sendiri"

"Fafa ga nerima penolakan Rara", ucap Fatimah penuh penekanan

Ya, orang yang bersama Fafa adalah Rani Artiana atau sapaan akrab Fafa untuknya adalah Rara. Gadis yang sudah 10 tahun menjadi sahabatnya sejak SD, gadis yang sudah dianggap saudaranya sendiri. Walaupun mereka sempat berpisah saat SMP karena beda sekolah, namun ternyata hubungan mereka masih dekat hingga semakin dekat saat ini karena mereka satu sekolah. Ya walaupun mereka beda kelas dan jurusan.

"Hm yaudah dah serahmu Fa", ucap Rara lesu

"Oh iya Ra, kita udah lama ya ga curcol manjahhh gitu"

"Emmm iya juga ya, terakhir itu kapan si ?"

"Gatau lupa, kelas 10 deh kayaknya"

"Hm iya bener juga ya"

Keduanya pun larut dalam obrolan yang tidak berbobot bagi siapapun yang mendengarnya. Sesekali mereka tertawa bersama karena mengingat masa SD yang dianggap sangat lucu. Tak lupa mereka juga bertukar kisah apa yang terjadi di kelas mereka tadi.

Tak terasa jam berputar lebih cepat --hanya perasaan-- Sang surya yang awalnya masih bersinar perlahan mulai menyembunyikan wajahnya terbukti hari mulai gelap dan adzan berkumandang.

Allahu akbar allahu akbar....

"Alhamdulillah udah maghrib nih", ucap Fatimah

"Iya Alhamdulillah Fa", balas Rara

"Eh tapi ko bapakmu belum jemput juga sih Ra ?"

"Mungkin lagi perjalanan"

Fatimah pun menggabungkan kedua telapak tangannya di udara karena sedari tadi dia geram mendengar bunyi nyaring di telinganya.

Plak . . . Plak . . .

Terdengar suara tepukan di udara dari hasil tangan Fatimah.

"Ih Ra apa setiap hari kaya gini ?"

Rasa yang Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang