Prolog

11.9K 548 84
                                    

Mobil Jeep Wrangler warna merah memasuki  rumah mewah bergaya klasik yang berada di kawasan perumahan Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Seorang wanita mengenakan dress merah turun dari mobil, ia berjalan masuk ke rumah sembari membawa figura besar yang terbungkus rapi.

Rumah ini begitu sepi, tak ada aktivitas apapun mengingat waktu baru menunjukkan pukul 10.00 pagi.

Wanita itu berjalan ke ruang tengah, kemudian membuka bungkus figura lalu memasangnya di dinding. Matanya berbinar, memandang takjub foto keluarga berukuran besar.

"Perfect family. Daebak! Oca, lo emang cantiknya alami kaya Zhao Lusi!" gumam wanita itu.

Namanya Aeera Ocean Wiguna, strong woman yang sudah memiliki anak laki-laki berumur enam tahun. Meski kini umur Oca sudah menginjak dua puluh lima tahun, kelakuannya tetap masih seperti bocah berusia delapan belas tahun.

Menolak tua!

Tiba-tiba ponselnya berdering, Oca segera mengangkatnya. "Halo, Mrs. Reni," sapa Oca ketika mengangkat panggilan dari wali kelas Oka.

"Apa!" Oca melotot, tangannya terkepal seketika. Bocah kurang ajar!!
"Baik, Mrs. Sepuluh menit lagi saya sampai." Oca langsung menutup sambungan telepon.

Napasnya memburu, ubun-ubunnya berasap, matanya merah menyala seperti banteng yang siap menyeruduk.

"OKA OCEAN SANDRESS!!"

Oca turun dari mobil, kini ia sudah berada di depan gedung sekolah Oka. Dengan langkah seribu Oca bergegas  menuju ruang kepala sekolah.

Napasnya tersenggal, Oca berhenti di ambang pintu ruang kepala sekolah. "Per—misi." Semua orang yang ada di dalam menoleh ke arahnya.

"Silahkan masuk Bu Oca." Oca tersenyum tipis ketika kepala sekolah menyambut kedatangannya.

Oca duduk di samping Oka yang terdiam. Bocah itu melipat tangan di depan dada dengan wajah memberengut kesal.

"Ada apa ya?" tanya Oca, pura-pura bego. Padahal Oca tahu, apalagi kalo bukan kelakuan Oka yang di luar nalar bocah seumurnya.

"Ibu buta? Nih, liat! Gara-gara anak Ibu, anak saya jadi botak!" celetuk seorang wanita yang duduk di sebelahnya.

Oca mengalihkan perhatiannya pada bocah laki-laki di samping Oka. Astaga! Oca pikir bocah itu tuyul millenium. Kepalanya botak licin, mengkilap.

"Oka menyiram kepala temannya dengan lem kayu Bu," kata kepala sekolah. "Bahkan Oka juga sempat menyiram cat ke baju Mrs. Reni."

Oca melotot, melihat baju Mrs. Reni. Kemeja putih itu berubah warna jadi kuning. Astaga Oka! Oca beralih menatap Oka yang menundukkan kepala.

"Oka! Apa itu benar?" Oca menarik lengan Oka agar menatapnya, namun bocah itu melengos, membuang muka, matanya bergerak melihat ke segala arah.

Oca semakin geram, karena kelakuan Oka yang setiap hari selalu menimbulkan keributan. Mengingatkan dirinya akan kenangan masa sekolahnya dulu yang sering keluar masuk ruang BK maupun ruangan kepala sekolah.

"Oka jawab!"

"Oka!" Oka langsung menoleh menatap Oca.

"Bukan salah aku, dia duluan yang naro permen karet di kepala aku!" Oka menunjuk bocah di sebelahnya. Oca menyengir, saat matanya beradu dengan mata wanita itu.

"Maaf ya Bu, Oka emang suka becanda ...."

"Becanda Ibu bilang? Ini termasuk persekusi! Pembulian! Tindakan kekerasan!" teriak wanita itu begitu lantang. "Anak gak ada ahlak, otaknya digadaikan ...."

Oca mengerjapkan mata, mendengar makian wanita itu yang jelas ditujukan untuk anaknya.

Gak ada ahlak? OOc seketika bangkit dari duduknya.

"STOP!!" Oca menepis telunjuk wanita itu yang mengacungkannya kepada Oka. Bocah itu langsung memeluk Oca yang tengah berdiri.

"Oka cuma anak-anak. Dia memang salah, tapi Anda sebagai orang dewasa tidak perlu berteriak pada anak saya! Karena saya sendiri tidak pernah melakukannya!!" Oka berdecih, mendengar ucapan mamanya.

Karena itu semua pembohongan publik, suara mamanya mengalahkan suara towa masjid di komplek. Mamanya selalu berteriak jika di rumah.

"Tapi yang dilakukan anak Anda sudah kelewatan!" bantah wanita itu.

"Lalu? Mau Anda apa? Baku hantam? Ayok! Siapa takut! Seenaknya saja mengatai anak orang gak ada ahlak, otaknya digadaikan. Anda kira otak anak saya panci rombengan bisa digadaikan di pegadaian ...." Oca terus mendumel, sambil menggiling lengan baju panjangnnya.

"Ayo siapa takut! Anak sama ibu, sama-sama gak ada ahlak!"

Dan keributan tak terelakkan bahkan Oca dan wanita itu saling jambak-jambakan. Kepala sekolah dan Mrs. Reni sampai kewalahan melerai keduanya.

Oka yang melihat mamanya dipukul pun tak terima, ia langsung melemparkan botol minumnya tepat mengenai sasaran.

"Awhwww!!" pekik wanita itu, memegangi kepalanya yang terkena timpukan botol. "Anak kurang ajar!" Wanita itu siap menerkam Oka tapi langsung di hadang Oca.

"Langkahi mayat emaknya dulu!" tantang Oca.

Aksi baku hantam pun kembali berlanjut. Bukan hanya para emak, tapi Oka dan bocah botak itu pun ikut berkelahi. Huru hara tak dapat dicegah lagi, ruangan kepala sekolah berubah seperti habis diguncang gempa bumi.

Akhirnya kepala sekolah mengambil tindakan tegas, menelepon kepolisian. Tak berselang lama pihak kepolisian datang dan langsung membawa mereka semua ke kantor polisi.

Halo 😁 kangen gak?

Oca come back. Ciye ternyata Oka nuruni emaknya yang bar-bar. Tapi sikapnya dingin kaya bapaknya. 🤭

Baru awal ya, 😅 belum keliatan serunya. Semoga ini gak ngecewain.

Vote 200 ya aku up lagi. Sengaja target banyak 🤣 mau liat aja seantusias apa kalian.

Bonus cast Oka

Bonus cast Oka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang