Perasaan Aneh

1.1K 154 12
                                    

Calvin keluar dari mobil, membopong Oca yang masih tak sadarkan diri, bahkan pria itu sampai lupa jika Oka masih berada di dalam mobil. Beruntung bocah itu tidak rewel dan mengerti kepanikan papanya, dia keluar dari mobil menyusul papanya menuju UGD.

"DOKTER TOLONG!" Suara lantang Calvin jelas menyita atensi beberapa orang yang melintas, sekaligus para Dokter jaga yang saat itu langsung keluar.

Bastian kebetulan yang berjaga pagi itu, dia baru saja tiba dan dikejutkan dengan suara Calvin. Tanpa bertanya apa-apa, pria itu segera mengarahkan Calvin agar meletakkan Oca di ruangan khusus pasien, kemudian menyuruh Calvin menunggu di luar selama pemeriksaan berlangsung.

Calvin menyugar rambutnya, kecemasan masih bergelayut di wajahnya. Pria itu tak bisa diam menunggu, kakinya terus mondar-mandir di depan pintu UGD. Memikirkan keadaan Oca, rasa takut kembali menyergap, ketakutan yang teramat dalam. Calvin tidak mau kehilangan untuk yang kedua kali, cukup hilang ingatan yang menjadi jarak jangan pula raga yang harus berpisah karena dimensi berbeda.

Oka menatap papanya, bocah itu duduk di kursi tunggu. Beberapa kali mulutnya terbuka, namun langsung terkatup kembali. Ekspresi kalud Calvin mengurungkan niat Oka untuk sekedar bertanya akan keadaan mamanya.

Tak berselang lama pintu UGD terbuka, Bastian keluar menghampiri Calvin.

"Bagaimana?" tanya Calvin, terdengar menuntut. "Oca baik-baik saja kan? Oca bisa diselamatkan 'kan? Dia belum——"

"Calvin!" hardik Bastian, memegang kedua bahu Calvin agar tenang. "Tenangkan diri lo, Oca gak papa."

"Lo yakin?" Calvin tak percaya begitu saja.

"Biarin gue ngomong dulu makanya." Di saat keduanya berdebat, Oka mengambil kesempatan untuk menyelinap masuk. "Oca nggak papa, dia cuma pingsan. Sepertinya kepalanya terbentur sesuatu——"

"Nggak mungkin, lalu bagaimana dengan busa di mulutnya ...?" Calvin seketika terdiam, otaknya berpikir kembali.

Busa? Entah kenapa hal itu tidak asing baginya.

Bastian mendengus geli. "Asal lo tahu, tujuh tahun yang lalu ada seorang pasutri yang membawa anak remajanya ke sini dalam kondisi yang sama dan lo tahu apa yang terjadi?"

"Busa odol?" tebak Calvin, teringat akan peristiwa tujuh tahun yang lalu ketika Oca dilarikan ke rumah sakit oleh orangtuanya karena mulutnya penuh busa waktu ditemukan di kamar mandi. Lalu sepulangnya dari rumah sakit, Oca pura-pura amnesia hanya untuk menghindari perjodohan. Lantas apakah kali ini Oca juga pura-pura? Tapi untuk apa?

"Yups, betul banget. Kayanya dia lagi sikat gigi, mungkin kepleset atau bagaimana terus dia jatuh kepalanya kebentur sesuatu dan tak sadarkan diri." Bastian menepuk-nepuk bahu Calvin, menahan tawanya agar tidak meledak. Sungguh konyol, Calvin sudah begitu panik dan ternyata Oca hanya pingsan, ditambah busa di mulut istrinya ternyata hanya busa odol.

Sementara di dalam ruang UGD, Oka duduk di samping ranjang di mana mamanya terbaring dengan mata terpejam. Oka yang tadi tegar, sontak menangis. Merasakan ketakutan akan kehilangan mamanya, rasanya seperti de javu.

"Mama, jangan jadi putri tidur lagi," cicit Oka, sesenggukan karena berusaha menghentikan tangisannya.

Oka berhenti menangis saat melihat pergerakan kelopak mata Oca perlahan terbuka. Ada rasa senang dan syukur ketika melihat mata mamanya benar-benar terbuka lebar.

Oca sendiri masih seperti orang bingung, matanya berkedip-kedip menatap langit-langit ruang UGD. Kemudian dia menoleh ke samping, memperhatikan Oka yang sedang menyeka air matanya.

"Gue di mana?" tanyanya.

"Mama ada di rumah sakit." Oca menaikkan satu alisnya mendengar jawaban Oka.

My Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang