Makan Siang

1.2K 169 16
                                    

Karina menarik napas kuat-kuat, mengeluarkan secara perlahan lewat mulut. Dia terlihat gugup ketika berdiri di depan pintu ruangan Calvin, sementara di tangannya ada kotak bekal yang sengaja dibawanya dari rumah khusus untuk Calvin. Berharap dengan makan siang bersama mampu mengikis jarak yang begitu renggang antara dirinya dengan Calvin, bosnya.

Karina memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Calvin. Terdengar sahutan dari dalam, dia pun segera masuk.

"Ada apa?" tanya Calvin saat Karina berjalan masuk, pria itu tampak sibuk dengan pekerjaannya sampai tak mengalihkan pandangannya barang sebentar.

"Sudah jam makan siang Pak," kata Karina, memberitahu.

Calvin mengangkat wajahnya, menatap Karina yang berdiri di depan meja kerjanya. "Kamu boleh istirahat, nanti jam satu kembali bekerja. Apa Dina tidak memberitahu?" Calvin berdecak, kembali sibuk dengan proposal yang sedang dicek olehnya. Tanpa pria itu sadari, ekspresi Karina berubah muram, merasa diabaikan.

Sabar Karina, ini baru awal, kamu nggak boleh nyerah. Kobarkan jiwa pelakormu! Setan dalam tubuhnya merongrong, membakar semangat yang sebelumnya redup. Karina kembali mengembangkan senyum lebarnya.

"Bagaimana kalau makan siang bareng, kebetulan saya———"

"Yuhuu, spadaaa, Esmiralda!" Suara cempreng menginterupsi, bersamaan dengan pintu yang terbuka, menarik perhatian Calvin dan juga Karina. "Hai."

Karina menatap seorang wanita berpenampilan ABG, memakai celana jeans rapid pendek sepaha, dipadu dengan kaus crop tee yang memperlihatkan perut ratanya dan juga rompi jeans yang sengaja tidak dikancingkan. Jangan lupakan make-up wanita itu seperti lady rocker.

Siapa dia? Batin Karina. Berani sekali masuk ke ruangan Calvin tanpa permisi. "Siapa kamu?"

Wanita itu berhenti di depan Karina, mengerutkan keningnya ketika bersitatap dengannya. Kemudian melemparkan tatapan bingung ke Calvin.

"Siapa yang perbolehkan kamu masuk ke sini?" Karina memasang wajah sangarnya. "Keluar!" Dengan tegas mengusir wanita itu bahkan sampai mendorongnya.

"Woy! Selow! Nggak perlu dorong-dorong Mba jago!" Karina mendecih mendengar suara nyaring wanita itu, dalam hatinya menggerutu. Siapa sebenarnya wanita itu?

"Makanya keluar!"

"Karina!" Karina bergidik ketika Calvin membentaknya. "Sebaiknya kamu keluar," suruh Calvin.

"Tapi Pak——"

"Saya bilang keluar!"

"Tapi wanita ini——"

"Dia istri saya," sergah Calvin.

"Apa?" Karina tercengang, matanya beralih menatap wanita di depannya. Wanita itu menjulurkan lidah seolah mengejek dirinya. Serius? Ini istrinya Calvin? Apa pria itu buta? Karina masih tak menyangka jika istri Calvin terlihat seperti remaja alay, sangat tidak berkelas.

"Tunggu apa lagi? Keluar, bukannya kamu tadi mau istirahat 'kan?" Suara Calvin mengembalikan kesadaran Karina.

"Permisi." Karina berjalan keluar, membawa rasa kesal dan juga kecewa.

Calvin menghela napas panjang, saat melihat penampilan Oca. Bisa-bisanya Oca berpenampilan seperti itu ke kantor. "Ada apa kamu ke sini?"

Oca menoleh, mengangkat tas bekal yang dibawanya. "Nyokap lo nyuruh gue nganterin ini." Calvin menatap tas bekal yang Oca letakkan di mejanya. "Harusnya gue shopping, tapi malah disuruh ke sini."

My Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang