"jadi untuk pertemuan bulan depan ...." Ucapan Calvin terhenti saat ponselnya berbunyi. Lalu, ia memohon izin untuk mengangkat telepon.
"Halo," ucap Calvin saat sambungan telepon diangkatnya. Calvin mengerutkan kening, merasa heran karena ditelepon oleh pihak kepolisian. "Iya, saya sendiri. Ada apa ya, pak?" Calvin seketika melotot setelah mendengarkan penjelasan dari polisi yang meneleponnya.
Oca!!
Calvin menggeram, menahan amarah yang tiba-tiba memuncak. Kelakuan apalagi yang di lakukan istri kecilnya itu. Kenapa Oca selalu saja bertingkah sesuka hati, layaknya bocah labil yang tengah mengalami pubertas.
"Ah, iya pak!" Calvin terkejut sampai tak sadar telah meninggikan intonasi suaranya. "Maaf pak. Baik. Saya segera ke sana." Setelah itu Calvin menutup sambungan telepon.
Calvin berkacak pinggang sembari memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Hingga terdengar suara sekretarisnya menginterupsi.
"Ah, iya." Calvin berbalik, ternyata semua orang tengah menunggu dirinya. "Maaf. Sepertinya rapat ini kita lanjutkan minggu depan, saya buru-buru harus pergi." Calvin mengambil jasnya yang tersampir di kursi.
"Tapi Pak ...." Dina, sekretarisnya sontak langsung berdiri saat Calvin hendak pergi.
"Dina, please. Handle semua oke." Calvin mengerlingkan sebelah matanya, membuat Dina berdecak kesal. Bosnya itu selalu saja kabur di saat yang tidak tepat.
Dina menyengir, menatap orang-orang di ruangan rapat. Bibirnya komat-kamit menyumpah serapah bosnya.
Sementara Calvin langsung mengemudikan mobilnya menuju kantor polisi. Ia panik, meski ini buka yang pertama kalinya bagi Oca berada di sana. Istrinya itu selalu membuat onar dan berujung di kantor polisi.
Calvin mengembuskan napas dengan kasar. Haruskah ia mengkarantina Oca? Atau ... merukiyah Oca? Sepertinya itu jauh lebih efektif. Oca masih seperti dulu, malah semakin bar-bar seiring bertambahnya usia.
Salahnya juga yang mau dijodohkan dengan Oca, padahal ia tahu jika Oca waktu itu baru saja lulus SMA. Masa-masa di mana Oca masih labil dan belum juga dewasa.
Calvin membelokkan mobilnya memasuki area kantor polisi. Ia bergegas turun, kemudian masuk ke kantor polisi.
"Oca!" pekik Calvin, saat melihat Oca yang duduk di depan meja polisi. "Oka!" Ah, Calvin lupa jika kini memiliki dua orang bermasalah dalam hidupnya. Kenapa anak itu begitu mirip Oca, selalu berbuat onar——membuatnya kewalahan dengan tingkah ajaib Oka.
"Pak Calvin?" Calvin menoleh, menatap pria yang menyapanya. Ternyata pria itu rekan bisnisnya.
"Pak Candra? Wah, gak nyangka kita bisa bertemu di sini." Calvin berjabat tangan dengan pria itu lalu berbincang-bincan, sebelum polisi datang menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife
RomanceTujuh tahun menjalani bahtera rumah tangga, nyatanya tak membuat Oca berubah. Meski dia sudah punya ekor satu, Oca masih sama seperti gadis berumur delapan belas. Menolak tua! Meski begitu tak membuat rasa cinta Calvin luntur, walaupun Oca masuk kat...