Mata Calvin perlahan terbuka saat merasakan belaian lembut di kepala.
"Good morning." Suara merdu menyambut Calvin, ditambah senyuman manis secerah mentari pagi.
"Morning kiss," balas Calvin setelah berhasil mengecup bibir manis Oca. Calvin menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. "Kenapa?" Calvin mengerutkan keningnya saat melihat Oca memandanginya tanpa berkedip.
"Kakak ganteng," ucap Oca, pipinya bersemu merah.
Calvin mendengus geli. "Kamu baru sadar kalau suami kamu ini gantengnya paripurna, bahkan Sehun EXO saja kalah ganteng sama aku."
"Halu," cibir Oca, membalik tubuhnya jadi telentang. Matanya menatap lurus ke atas langit-langit kamar.
"Kok halu si, emang bener kan?" Calvin merubah posisinya, memiringkan badannya dengan sebelah tangan menopang kepala.
"Gak!" tukas Oca. Jelas ia tidak akan mau mengakuinya, bagi Oca Sehun tetaplah yang tertampan. Suami halunya itu tidak ada yang menandingi, meskipun suaminya sendiripun tak kalah tampan dari Sehun.
Calvin memang tampan dengan wajahnya yang berbentuk oval, hidung mancung, ditambah alis tebal dan bibir merah muda. Rahangnya tegas, mata hitam yang mempesona. Semua yang ada di diri Calvin nyaris mendekati sempurna bagi Oca.
"Kak," panggil Oca, menoleh ke Calvin yang masih setia memandanginya.
"Hm." Calvin menautkan kedua alisnya.
"Aku takut," lirih Oca.
"Takut kenapa?" Calvin memperhatikan wajah Oca yang berubah murung.
"Takut kalau aku tiba-tiba pergi gimana?"
"Kenapa ngomong begitu?" Calvin mulai tak suka jika Oca membahas hal itu, semenjak dia bermimpi buruk. Kini Oca jadi sering mengatakan hal-hal seperti itu.
"Apa kamu akan baik-baik saja kalau aku pergi?" tanya Oca.
"Gak, jelas gak. Kalau kamu pergi, aku bakal ikutin kamu pergi. Ke mana pun," jawab Calvin.
"Kalau aku mati?"
"Aku akan ikut mati," sahut Calvin, spontan tanpa ia pikirkan dahulu.
Oca mendengus geli.
"Kenapa? Kamu meragukan suamimu?"
"Tidak." Oca menggelengkan kepalanya. "Tapi aku gak nyangka kalau ternyata suami aku jadi bodoh." Oca menyentil kening Calvin.
"Awww!" pekik Calvin, mengusap keningnya.
"Kalau aku mati, kamu gak boleh mati. Nanti siapa yang bakal jagain Oka. Kamu tega ninggalin dia sendiri?"
"Lalu, kamu tega ninggalin aku sendiri?" balas Calvin.
"Calvin." Tepukan di bahu menyentak Calvin dari lamunannya, ia seketika menoleh. "Pulang gih, biar mama yang jagain Oca."
Calvin menggeleng pelan, matanya terlihat sayu. Ditambah kantung mata yang melebar membuat Calvin terlihat sangat memprihatinkan. Sudah seminggu ia terus terjaga, ia mengabaikan waktu tidurnya, bahkan Calvin juga jarang mengisi perutnya. Hanya sesempatnya, ia tak pernah mau meninggalkan Oca sendirian.
"Calvin." Mama Oca mengusap pundak Calvin. "Jangan siksa diri kamu seperti ini, Oca pasti akan sedih kalau tahu kamu begini."
"Calvin baik-baik saja Ma, Calvin masih kuat jagain Oca." Matanya menatap nanar Oca yang masih terbujur di atas ranjang rumah sakit dengan berbagai selang tertancap di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife
RomanceTujuh tahun menjalani bahtera rumah tangga, nyatanya tak membuat Oca berubah. Meski dia sudah punya ekor satu, Oca masih sama seperti gadis berumur delapan belas. Menolak tua! Meski begitu tak membuat rasa cinta Calvin luntur, walaupun Oca masuk kat...