Pagi itu, Calvin dan Oca tiba di bandara internasional Adisutjipto tepat pukul tujuh. Keduanya dijemput anak buah Calvin yang sudah menunggu kedatangan mereka. Menaiki mobil Jeep Wrangler warna putih, mereka diantar menuju ke penginapan. Sebuah resort yang terletak menghadap ke pantai, berada di daerah Gunung Kidul.
Satu jam perjalanan, keduanya sampai di resort yang dimaksud. Resort yang berlokasi di atas dataran tinggi tebing pantai. Menghadap langsung ke arah pantai laut Selatan. Jika ingin ke pantai selatan harus melewati akses khusus yang sudah disediakan oleh pihak resort. Lokasinya juga tidan jauh dari pantai Parangtritis yang terkenal, hanya sembilan menit perjalanan menggunakan mobil.
"Sudah sampai Pak." Anak buah Calvin memberitahu, pria muda itu segera turun untuk mengeluarkan barang bawaan Calvin yang ada di bagasi.
Calvin menoleh ke samping, di mana Oca masih tertidur pulas. Mulutnya sedikit terbuka dengan dengkuran agak keras. Membuat senyuman Calvin terbit menghiasi wajah tampannya. Oca nggak pernah berubah, dari dulu sampai sekarang masih hobi ngorok.
"Ca, bangun." Usapan lembut di kepala mengusik Oca, wanita itu melenguh merubah posisinya meringkuk ke samping. "Oca, sudah sampai." Calvin terus membangunkan Oca, tapi wanita itu tidur seperti kebo, susah dibangunkan.
"KEBAKARAN!" Ide gila yang melintas di kepala, akhirnya Calvin realisasikan dan hasilnya sesuai ekspetasi.
Oca terbangun, matanya melotot, belum sepenuhnya sadar saat kepanikan melanda akibat mendengar teriakan tentang kebakaran. "Di mana kebakaran?" Dia celingukan, mencari sumber kebakaran.
"Di Jonggol, tapi boong." Suara Calvin menarik atensi Oca sepenuhnya. Mata Oca berkedut melihat senyuman tengil dipamerkan oleh pria itu.
"Lo sengaja?" Wajah Oca berubah jadi garang, siap melahap Calvin kapan saja.
Calvin hanya mengedikkan bahu, dia keluar tanpa menggubris Oca yang terus memanggilnya.
"Hei! Om-om gila!" Teriakan Oca jelas menarik perhatian orang-orang yang berada di resort.
Calvin memutar bola matanya, berbalik menghampiri Oca. "Bisa diam nggak? Sekali aja jangan bikin masalah, bisa?"
"Nggak!" jawab Oca sekenanya.
Calvin mendengus pelan, tak ingin berdebat dan mempermalukan diri sendiri, lantas pria itu menghampiri anak buahnya yang berada di resepsionis untuk melakukan reservasi.
"Bagaimana?" tanya Calvin.
"Sudah penuh Pak," jawab anak buahnya. "Hanya tersisa satu kamar yang sudah dipesan sebelumnya."
Calvin melirik Oca yang sedang melihat-lihat resort, terpancar kekaguman dari mata wanita itu. Resort yang akan mereka tempati memang bagus, berkonsep resort cottage dengan unsur Jawa dan Bali yang dominan pada bangunannya.
"Yaudah nggak papa, lagian nggak mungkin pindah tempat 'kan?" ucap Calvin.
Setelah itu mereka bertiga diantar petugas resort menuju kamar yang sudah dipesan Calvin malam sebelumnya. Berhubung waktu itu dia akan pergi sendiri, Calvin memesan satu kamar. Tapi kenyataannya Oca ikut dan kebetulan kamar di sini sudah penuh, sehingga mau tidak mau dia akan berbagi kamar dengan Oca. Sejujurnya Calvin jelas mau, tinggal Ocanya bakal mau atau enggak.
"Daebak, keren banget," seru Oca saat tiba di president suite, tipe kamar paling bagus di resort ini karena dilengkapi dengan fasilitas privat pool, ditambah memiliki pemandangan langsung menghadap ke pantai. "Kamar gue yang mana?" Oca mendekat, bertanya langsung pada Calvin.
"Ini kamarnya." Mata Oca berbinar melihat ruang kamar yang ditunjuk Calvin. Ruangan luas dengan ranjang berukuran king, jendela kamar yang menghadap ke pantai, dan juga terdapat televisi beserta meja rias dengan penataan ruangan yang sangat elegan tapi simple.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife
RomansaTujuh tahun menjalani bahtera rumah tangga, nyatanya tak membuat Oca berubah. Meski dia sudah punya ekor satu, Oca masih sama seperti gadis berumur delapan belas. Menolak tua! Meski begitu tak membuat rasa cinta Calvin luntur, walaupun Oca masuk kat...