Boss8

2.1K 245 23
                                    

Happy reading.
.
.
.
.
.
.

Chan terus menundukan kepalanya,tak kuasa melihat sebuah batu nisan yang bertuliskan nama adiknya di depan sana. Woojin mengusap pundak Chan.

Berharap bisa meredakan rasa berduka dari kekasihnya,namun woojin tau itu sia-sia. Kehilangan seseorang yang telah kau rawat dan sayangi sedari ia bayi tentu membuatmu sangat terpukul kan.

Jaehyun mengantikan tugas untuk berterima kasih, kepada orang-orang yang telah meluangkan waktu mereka dan datang. Setidaknya hanya ini yang bisa ia lakukan.

"Chan, ayo ku antar pulang."

Tidak ada penolakan.Chan hanya bisa pasrah,mengikuti woojin yang menuntunnya keluar dari daerah pemakaman.

Hening mendominasi.Tidak ada yang memulai pembicaraan di dalam mobil yang di kendarai oleh jaehyun. Woojin hanya bisa menggenggam tangan chan dengan erat. Chan menyenderkan kepalanya pada jendela.

Matanya memandang kosong ke arah jalanan. Kepalanya semakin terasa pusing.

"Astaga! Chan,kau mimisan!" Woojin mengangkat dagu chan hingga mendonggak. Menggunakan lengan bajunya untuk menahan darah itu semakin keluar.

Jaehyun menambah kecepatannya. "Kita ke rumah sakit!" Woojin mengangguk, ia bisa melihat Chan yang mulai memejamkan matanya.

Ya Tuhan, semoga kekasihnya baik-baik saja.
.
.
.
.
.
.

"Chan hanya kelelahan! Bisa ku yakini, jika ia tidak tidur dan terus menangis sedari kemarin." Dokter lee memberi penjelasanya.

"Terimakasih ho!"

Minho tersenyum,Melepas stetoskopnya. "Santai saja woo, chan juga temanku dan Felix sudah ku anggap keponakan."

Dokter lee minho, orang yang merawat serta menjaga Felix di rumah sakit, teman dari chan dan Woojin, mendapat gelar dokter muda paling berpengalaman.

"soal Felix, aku menemukan sesuatu pada Rekaman CCTV rumah sakit." Jaehyun mendekat ke arah mereka berdua, dengan sebuah tablet di tanganya.

Memperlihatkan sebuah vidio dari CCTV yang merekam semuanya. Terlihat seorang suster yang diam-diam masuk kamar felix yang tengah terlelap. Kemudian menyuntikan sesuatu pada kantung infus felix, Tak lama tubuh Felix mulai kejang-kejang.

Mulutnya berbusa, suster itu menekan tombol darurat. Kemudian banyak dokter termasuk minho dan suster lain masuk ke ruangan itu dan mengerubungi Felix. Suster aneh itu diam-diam menyelinap keluar dari ruanganya.

"Astaga." Minho menutup mulutnya ,tidak tahan dengan adegan kejam yang di lakukan suster aneh itu. "Dia suster yang kita temui di lobi!" Woojin mengepalkan tanganya.

"apa yang akan kau lakukan woojin!" jaehyun memerhatikan tangan woojin yang mengepal geram. "Aku akan melacaknya tentu! Tapi yang seharusnya jadi pertanyaan mu, adalah apa yang akan Bangchan lakukan jika melihat ini."

Ketiganya menatap Chan yang terbaring lelap di ranjang pasien. Wajahnya dan bibirnya pucat dengan kantung mata hitam di sekeliling matanya.

Jaehyun menepuk pundak adiknya. "Tenang saja, Gadis ini urusan saya! jaga saja kekasihmu itu hingga dia sadar." Sang Boss itpun keluar dari kamar pasien.

Mengeluarkan ponselnya.Menghubungi seseorang yang selalu menguras kesabaranya.

"Jang wonyoung! Datanglah ke cafe regular bersama orang tua kamu, saya akan membicarakan pertunangan kita!"
.
.
.
.
.
.

Wonyoung memoles wajahnya dengan indah,
senyum senang tak luntur dari wajahnya. Di rasa sudah cukup wonyoung pun berjalan menuruni tangga.

Setelah menerima telphon dari jaehyun, moodnya naik dengan pesat. Rasa senang melingkupi hatinya membayangkan jaehyun akan membicarakan soal pertunangan mereka.

"Eomma! Appa! Ayo berangkat."

Siwon dan Chungha tersenyum pada putri bungsu mereka. Chungha memeluk wonyoung dengan erat. "Bersemangat sekali, apapun yang terjadi jangan pernah biarkan jaehyun lepas dari genggamanmu!"

Wonyoung mengangguk. Siwoon menyuruh anak serta istrinya untuk masuk kedalam mobil.

"Kau sudah mengerti rencananya kan woonie?" Siwoon bertanya pada putrinya, nada tegas dan tatapan tajam selalu membuat wonyoung gugup. "Iya appa!"

"Itu baru putriku! Kau taukan apa yang akan terjadi jika gagal" wonyoung mengangguk, usapan Chungha pada rambutnya benar-benar membuat wonyoung semakin gugup.

'Eunbi Unni tolong aku!' Batin wonyoung berteriak.

"Kita sudah sampai tuan!"

Ketiganya keluar dari mobil, memasuki Cafe elit yang jaehyun alamatkan pada wonyoung. Cafe yang tentunya di penuhi oleh orang-orang berkelas tinggi!.

"Selamat siang tuan Jung,"

Jaehyun membalas uluran tangan siwoon dengan tidak rela, "duduklah!".

Siwoon mengangguk, keluarga kecil itu kini duduk dengan canggung karna jaehyun tak kunjung membuka suara.

"Maaf jika membuat anda tidak nyaman, Tapi saya akan membatalkan pertunangan ini!"

Siwoon membelalakan matanya, bertatapan dengan Chungha yang sama terkejutnya. "T-tapi kenapa jaehyun, apa wonyoung melakukan kesalahan?"

Wounyoung menundukan kepalanya, tanganya tak henti meremat gaun birunya di bawah meja. Jaehyun mendecih. "Saya tidak ingin bertunangan dengan seorang pembunuh."

Siwoon menggebrak meja dengan kuat. "Jaga kata-kata anda tuan jung jaehyun! Apapun yang putri saya lakukan, anda tidak bisa membatalkan pertunangan ini! Saya bisa mencabut saham saya dari perusahaan anda!"

Semua mata pengunjung tertuju pada mereka. Jaehyun melemparkan sebuah berkas pada siwoon. "Sayang sekali, anda tidak bisa mengambil saham yang bukan milik anda lagi tuan. Jadi permisi keluarga Jang! Saya pamit."

Wonyoung memegang tangan jaehyun yang hendak pergi. Menatap jaehyun dengan pandangan memohon dan sedih. "O-oppa ku mohon...."

Jaehyun mendecih,
permohonan wonyoung benar-benar menggelikan dan tentu tidak pantas untuk di kabulkan.

"Kasusmu akan di tangani oleh pihak berwajib wonyoung-shi!" Jaehyun pergi, tanpa melihat kebelakang.

Tanpa peduli wonyoung yang menangis ketakutan di belakangnya.

TBC

Hahhhhhh apa yang terjadi pada wonyoung :").

felix beneran death.

Author makin stress dengan semua alur ini :")

[8]🌷Yes!Boss[JaeChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang