Boss7.

2.4K 251 68
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Woojin memberikan sebuah tatapan tajam pada jaehyun."hyung tau dia kekasihku kan?!" Nada dinginya semakin terdengar jelas, Chan menggenggam tangan woojin. Berjaga jaga  jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Chan serta jaehyun telah menjelaskan hubungan mereka pada woojin,tentunya membuat pemuda kim itu sedikit kesal? Marah? Kecewa? Entahlah.

Jaehyun memberi anggukan. "Maaf,woojin. Hyung hanya panik saat itu dan..." ia melirik ke arah chan yang tengah mengusap bahu woojin. "Dan kau tau apa yang terjadi selanjutnya!"

woojin menghela nafas, tidak ingin mem-perpanjang masalah apalagi ini sudah agak malam. Chan harus pulang. Lagi pula mereka sudah menjelaskan semuanya pada woojin.

"Ayo Chan,biarku antar kau pulang!"

Chan mengangguk,ini sudah pukul 8.30 malam dan ia harus ke rumah sakit untuk menjenguk felix. Membiarkan pemuda yang ia ketahui bermarga kim itu menarik dan menggenggam tanganya dengan erat.

Hingga dering ponselnya berbunyi, chan melepaskan tautan tangan mereka dan mengambil ponsel pada saku celananya.

Chan menekan ikon hijau pada ponselnya ,mendekatkan layar ponselnya pada telinga kanan."Hallo! dokter lee, apa terjadi sesuatu?"

"CHAN DATANG KERUMAH SAKIT! ADIKMU KEJANG-KEJANG!"."

Chan terdiam,ekspresi wajahnya berubah khawatir. "A-apa maksudmu?!"

"Felix sekarat, tubuhnya kejang-kejang."

Woojin menghampiri chan dari belakang, mendekatkan telinganya pada ponsel chan. Bukan bermaksud tidak sopan namun perasaan woojin sangat tidak tenang.

"J-jangan bercanda! Felix pasti baik-baik saja kan?!" Chan meninggikan suaranya, air matanya jatuh, woojin berusaha mendengarkan dengan seksama dan jaehyun entah sejak kapan berada di sisi kiri chan.

"Aku tidak bisa menjelaskan! Chan cepat kemari! Felix semakin tidak setabil!""

Kaki chan melemas ,ia merosot jatuh ke lantai dengan air mata yang terus mengalir dari matanya.

"Maaf chan,adikmu sudah tidak bisa kami selamatkan!"

Jaehyun memegang tangan chan sambil terus mengusapnya."Tidak!tidak! Felix tidak!" Tangis Chan semakin menjadi."h-hei! Chan,tidak apa-apa."woojin memeluknya dengan erat sambil terus membisikan kata-kata penenang pada telinga chan.

Karna meski samar woojin dapat mendengar kabar bahwa salah satu 'permata berharga' chan telah hilang...

Selamanya.

"Woo,antar aku kerumah sakit!" Chan ngusap air matanya, tidak ingin percaya namun ini bukanlah sebuah hal yang main-main.

"Kita pergi sekarang!" Jaehyun mengambil kunci mobilnya dari dalam saku celana ,woojin membantu tubuh lemas chan untuk berdiri.

Sepanjang perjalanan Chan berhenti menangis dan woojin yang terus menenangkanya, jaehyun beberapa kali melirik ke belakang melalui kaca spion.

Menjalankan mobilnya dengan cepat namun tidak akan membuat mereka di tilang polisi.Ketiga pemuda itu akhirnya sampai di rumah sakit.

Chan langsung turun dari mobil, berlari menyusuri lorong di ikuti oleh woojin dan jaehyun di belakanganya. Langkahnya terburu-buru bahkan hampir saja menyenggol seorang suster, beruntung suster itu segera mengesampingkan tubuhnya hingga ia tidak tertabrak oleh ketiga pemuda itu.

"Felix!!!" Teriak chan memanggil nama adiknya, semua orang yang di kamar itu memberi ruang pada chan agar bisa melihat keadaan felix.

Yang sudah terbujur kaku dengan sebuah garis di layar komputer di sebelahnya.

Chan terdiam. Terlalu shook dengan apa yang ia lihat dan air mata tak henti keluar dari matanya. "F-felix" chan ngusap dahi adiknya yang terlelap.

Dingin. Sangat dingin.

Salah seorang dokter menyentuh pundak chan. "Maaf, Chan. Adikmu sudah tenang" sang dokter memberikan sedikit usapan. "relakan dia".

Chan menggelengkan kepalanya. Tidak bisa berkata apapun selain hanya menangisi adiknya yang kini sudah tidak bernyawa.

Sang Dokter menghela nafas. "Beri mereka ruang" ucapnya pada para suster serta dokter lain di ruangan itu.

"Termasuk kalian!" Jaehtun serta woojin mengangguk, mengikuti yang lainnya untuk keluar ruangan. Meninggalkan Chan dengan Felix berdua di dalam sana.

"Bagaimana keadaan ibu"

Jaehyun menatap woojin kemudian satu helaan nafas keluar dari mulutnya. "Kau ingin melihatnya? Ibu di rawat di rumah sakit ini juga!" Woojin menggelengkan kepalanya sambil menatap ke arah pintu kamar felix.

"Ibu punya dirimu untuk menjaganya hyung!"

Jaehyun mendengus menyadari bahwa adiknya masih belum melupakan masa lalu mereka. "Kau juga putranya woojin! Tunjukanlah sedikit rasa sayangmu."

Woojin tertawa miris."akan kulakulan!tapi tidak sekarang." keduanya beradu tatapan.

Jaehyun menghela nafas kemudian memutus kontak mata mereka. "Kapan kau akan pulang ke rumah?" Woojin menggedikan bahunya. "Entahlah, secepatnya mungkin?!"

"Chan sudah tau kau adiku, apa yang akan kau jelaskan nanti?"

Woojin terdiam. Satu hal yang cukup membuatnya was-was adalah ketika suatu saat nanti chan bertanya tentang keluarganya, dan pertanyaan jaehyun tadi cukup membuatnya berpikir.

"Akan ku jawab dengan jujur!"

Woojin memberikan sebuah nada yakin yang membuat jaehyun tertawa geli. "Kau tau akibatnya kan? Kim woojin? Oh maaf! Jung woojin?"

Kekehan jaehyun mengundang sebuah tatapn remeh dari woojin. "Aku bukan dirimu hyung!" Jaehyun berhenti tertawa.

Woojin menyeringai. "Aku tidak takut dengan keyataan! Sekalipun itu akan membunuhku!"

Kedua saudara itu beradu tatapn sinis. Saling membunuh melalui tatapan di tengah dinginnya malam.

(Beberapa saat yang lalu sebelum woojin, chan serta jaehyun datang ke rumah sakit)
.
.
.
Wonyoung tersenyum senang di balik masker putihnya, memerhatikan setiap keributan yang terjadi di depanya.

Ia pergi menjauh dari sana dengan perlahan tanpa membuat para dokter serta perawat lain curiga padanya. Hingga ia berhenti sejenak karna melihat tiga orang pria berlari ke arahnya.

Gadia itu menyampingkan tubuhnya sambil menundukan wajahnya.Dalam hati berdoa semoga penyamaranya sebagai perawat tidak terbongkar dengan mudah. Dan sepertinya keberuntungan tengah berpihak pada wonyoung karna ketiga pria itu lewat tanpa sekalipun melirik pada wonyoung.

Senyum cantik di balik masker itu melebar, wonyoung membuka maskernya kemudian melihat ke belakang. "Aku tidak salah sasaran~" gumam wonyoung dengan sedikit nada.

Gadis itu kemudian memakai kembali maskernya,berjalan dengan cepat keluar dari rumah sakir tanpa menimbulkan kecurigaan sedikit pun.

TBC

Maaf piliks :"(
Chap depan maybe bakal panjang.

Gak apa apa kan?

[8]🌷Yes!Boss[JaeChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang