Happy Reading.
.
.
.Awan hitam menghiasi langit, suara gemuruh dari gesekan udara pun terdengar nyaring. Di dalam mobil.
Bangchan mengecup kening batita berusia 1 tahun lebih 3 bulan yang tertidur di gendongan ya.Jaehyun yang melihat kejadian tersebut hanya bisa tersenyum kemudian mengusap rambut tipis putranya. "Tangan mu pegal?" Tanyanya.
Bangchan mengangguk, "Sedikit, Tidak apa-apa." Ia membenarkan sedikit posisi duduknya, berusaha sebisa mungkin untuk tidak membuat putranya yang ia gendong terbangun.
"Kau seharusnya tidak perlu mengantarku,"
"Memangnya kenapa?" Tanya Jaehyun sembari melirik Bangchan sekilas. Chan menghela nafas dan menyandarkan punggungnya "Meski ini sudah 2 tahun lebih, kau masih tetap buronan di Korea."
Jaehyun menghentikan laju mobilnya, memilih tempat parkir yang cukup sepi. Jaehyun melepaskan sabuk pengaman nya dan juga milik Bangchan "Lalu kenapa? Aku ingin mengunjungi adik ku juga!"
.
.
.Angin dingin berhembus pelan, langit semakin mendung dan awan semakin memberat, Tapi Bangchan masih tetap menatap sedih batu nisan di depannya.
Batu yang bertuliskan nama seseorang yang sangat membekas di hatinya.
Kim Woojin.
"Hey, apa kabar? Maaf jarang mengunjungi mu Woojin-ah...." Bangchan berjongkok, menyamakan tingging nya dengan batu nisan tersebut. "Ini masih terasa berat, mengingat segala yang terjadi dulu terutama moment indah dengan mu terulang."
Sinar mata Bangchan menghilang. Tatapanya kini kosong. "Aku masih tidak percaya semuanya jadi seperti ini. Rasanya seperti mimpi buruk yang membuatku ingin segera bangun dan ketika aku membuka mata! Kau akan ada di depanku.... Andai itu bisa."
Senyum Bangchan merekah, meski matanya masih hampa. "Oh iya, kau sekarang sudah menjadi seorang paman sekarang! Namanya Jung jinchan. Usianya baru 1 tahun, kau tau kurasa sifatnya malah mirip dengan mu dari pada Jaehyun...."
Perlahan air mata mengalir dari sudut mata kanan Bangchan. "Aku ingin kau tenang di sana, jadi akan ku bilang sejak menikah Jaehyun memperlakukan ku dengan baik! Tidak ada kekerasan atau pemaksaan" air mata nya keluar semakin banyak.
Bangchan menyeka air mata tersebut. Tentu semua yang ia katakan adalah bohong, tidak ada yang berjalan baik semenjak Woojin meninggal. "Tapi Ku harap kau memaafkan ku...."
Bangchan berdiri dari jongkoknya, ia tersenyum lembut pada nisan Woojin. "Karena aku sudah memberikan semuanya pada Jaehyun."
Memang tidak ada yang berjalan baik semenjak Woojin meninggal. Tapi semuanya berjalan baik ketika Jinchan lahir! Jaehyun menjaganya dengan baik, memberikan kasih sayang dan tidak lagi terlalu mengekang.
"Termasuk cinta."
Lama-kelamaan Bangchan mulai luluh, terlebih lagi dengan bayi manis menjadi buah hatinya.
"Jaehyun sudah berubah, ia baik meski tetap tenggelam dalam dunia gelap. Tenanglah, aku akan berusaha merubahnya seperti yang kau harapkan." Bangchan menarik nafas dalam.
"Aku mencintaimu, meski sudah terbagi tapi bersama mu tidak akan pernah tergantikan." Bangchan membalikan tubuhnya, berjalan pergi meninggalkan nisan tersebut.
Langkah Bangchan terhenti begitu melihat, Jaehyun yang tengah tertawa dengan bayinya di depan gerbang pemakaman.
Pemandangan yang indah. Tawa manis bayinya bagai alunan musik yang menyenangkan.
Bangchan kembali melangkah, mendekati kedua orang itu. "Maaf aku lama," Jinchan tersenyum lebar, nampak senang melihat Bangchan.
Bayi itu merentangkan tanganya, meminta di bawa ke dalam gendongan. Bangchan tersenyum, mengambil alih putranya dari Jaehyun. "Kau baik-baik saja?" Jaehyun mencium kening Bangchan.
Bangchan mengangguk, "hanya sedikit kedinginan, ayo ke mobil. Susu Jinchan tertinggal di sana," ajaknya. "Pergilah duluan, aku akan menyusul."
Bangchan mengangguk, ia dan bayi berjalan meninggalkan Jaehyun dan masuk ke mobil.
Beberapa saat terdiam, Jaehyun menarik nafas dalam dan melirik nisan Woojin.
Senyum tipis tercipta di wajah tampan Jaehyun. "Aku tau kesalahan ku tidak termaafkan, terutama pada mu. Tapi aku berjanji Chan dan putraku akan aman, serta amanat terakhirmu akan tuntaskan...."
Angin berhembus, membelai helaian rambut Jaehyun. "Aku akan berubah Woojin, demi mu dan keluarga baru ku."
.
.
.Malam hari telah tiba, Chan dan Jaehyun masih berada di Korea tepatnya di sebuah hotel. Badai membuat pesawat mereka terkena penundaan.
Bangchan menyelimuti Jinchan yang sudah tertidur pulas. Ia meregangkan kedua tanganya berusaha menghilangkan rasa pegal karna harus menggendong Jinchan seharian ini.
Bangchan melirik Jaehyun yang sedang berdiri di depan jendela dan menatap keluar. Chan pun berdiri dari ranjang dan menghampiri Jaehyun dan ikut memandang keluar.
Badai kuat, kilat petir, awan hitam bisa mereka lihat dengan jelas. "Chan, apa menurutmu aku cocok menjadi pengusaha Hotel?" Bangchan terkekeh pelan.
Ia menatap Jaehyun dengan pandangan menyelidik dari atas hingga bawah, lalu kembali lagi ke atas. "Hmmm~ kau cocok menjadi apapun," ucapnya. Jaehyun tertawa pelan kemudian membawa Chan ke dalam pelukannya.
"Apa kau tidak masalah memiliki suami pengusaha?"
"Apa yang harus aku permasalahkan dengan itu?! Tentu itu bagus dari pada menjadi mafia atau sejenisnya." Bangchan membalas pelukan Jaehyun. "Aku takut kau lari dari ku," celetuk Jaehyun.
Bagaimana bisa lari? Bangchan bukan
Bangchan melepaskan pelukanya, ia mendorong Jaehyun pelan namun sang pemuda Jung enggan melepaskan pelukanya. "Hah~ lari dari mu itu percuma, sekarang lepaskan aku!"
Jaehyun menggeleng heboh, mengusakan hidungnya di ceruk leher Bangchan membuat sang empunya tertawa geli.
"Jinchan sudah tidur?" Tanya Jaehyun dengan senyum lebarnya. Bangchan menggeleng, "jangan coba-coba Mr. Jung, aku tidak ingin mengambil resiko jika nanti Jinchan bangun saat kita melakukanya." Ucapnya Bangchan.
Jaehyun mendesah kecewa. Pemuda itu memeluk Bangchan dengan erat, berpura-pura menangis di pundak Bangchan. "Jaehyun! Kau menggelikan." Bangchan berusaha menyingkirkan Jaehyun dari tubuhnya.
"Kau bukan bayi yang permintaanya harus aku turuti!" Jaehyun tetap enggan. Pemuda itu justru mengesekan bibirnya di leher Bangchan.
Membuat Bangchan kegelian dan tidak bisa berhenti tertawa. "Jaehyun! Jaehyun ngeheheheh berhenti!"
"Tidak!"
"Iya! Iya! Let's do that!" Bangchan berusaha mengatur nafasnya. Jaehyun tersenyum bangga, ia langsung melepaskan pelukanya dan sedikit menjauh.
"Kunci pintunya!"
Jaehyun berjalan ke arah pintu, memastikan jika pintu tersebut terkunci. "Sudah!" Serunya sembari kembali menghampiri Bangchan.
Bangchan menarik tangan Jaehyun. Membawa pemuda itu masuk ke dalam kamar mandi. Bangchan membuka sedikit pintu kamar mandi agar ia bisa mengawasi Jinchan yang masih tertidur.
Jaehyun tersenyum tipis, ia langsung menyudutkan tubuh Bangchan dan mencium pemuda itu rakus.
Terjadi ciuman panas antara keduanya, suara lenguhan dan kecipak ciuman menggema di kamar mandi.
Jaehyun melepaskan ciuman nya. Ia menunduk untuk menatap Bangchan, jempolnya mengelus bibir Bangchan yang basah dan kenyal.
Bangchan mengeluarkan lidahnya, menjilat jempol Jaehyun dan menghisap dengan sensual.
Jaehyun menyeringai, "ku rasa, kau harus menahan desahan mu jika tidak ingin Jinchan terbangun."
Bangchan mengangguk dan berhenti menghisap jempol Jaehyun.
"Yes Boss!"
.
.
.BONCHAP END
:3
KAMU SEDANG MEMBACA
[8]🌷Yes!Boss[JaeChan]
Fanfiction"Saya Jung jaehyun bos baru kalian!" Sepertinya Bangchan harus menulis surat pengunduran diri!. Bxb Dom jaehyun Sub bangchan No like dont read!