part 8

311 35 0
                                    

Usai memasak Azza melirik jam dinding yang sudah menunjukan waktu mulai siang. Azza bergegas untuk mempersiapkan dirinya untuk pergi ke sekolah. Fauzan pulang bersama abi dan istrinya itu,  mereka melihat di meja makan sudah tertata rapi dengan nasi, lauk,  serta buah yang lengkap. Azza kini sudah bersiap untuk sekolah, sementara waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB.

"Azza kamu buru buru banget, ngga sarapan nak?" tanya abi

"Eem Azza sampun telat bi, dinten niki wonten upacara teng sekolahan, amargi Azza pangkat lebih awal"

"Sempetin sarapan  dulu  sayang?" tawar umi

"Nggih bu,  mangke niki Azza sampun mimi susu"

"Eish,,, mulai sekarang jangan panggil  saya ibu ya,  pangiil saja saya umi,  anggap saja saya ibu kamu ya"

"Nggih bu,  eh mi"

"Ya sudah hati hati ya berangkat sekolahnya, Fauzan ini antar istrimu"

Fauzan yang kini sedang menyeruput kopi hendak tersedak karena uminya itu

"Uhukk,, uhuk,,  iya mi"

"Eh mboten usah umi,  mangke niki kulo kalih Nashwa mawon"

"Eh,,  ngga baik loh pengantin baru pergi sendiri,  udah sanah gih zan antar istrimu  jangan malah bengong"

"Baik mi,  Assalamualaikum"

" Wa alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, hati hati ya anak anak umi"

Jalanan Kota Semarang kini lumayan macet,   meski suasana jalanan ramai pasangan itu tidak ada yang mulai bicara. Karena mungkin rasa canggung ada di dalam benak mereka. Fauzan membawa motor dengan kecepatan rata rata. Azza merasa takut karena  di masa kecilnya pernah mengalami kecelakaan sehingga uminya harus meninggalkan Azza pada usia dua tahun.  Mungkin takdir sudah menentukan.

Tiba tiba Fauzan mengerem motor secara mendadak. Sontak Azza terkejut dan refleks memeluk Fauzan. Karena di depan ada lampu lalu lintas berrwarna nerah. 

"Astaghfirullohal'adzim, Allahu akbar"  sontak Azza terkejut

Fauzan tau betul bahwa gadisnya itu mengalami syok dan rasa trauma serta takut yang masih menggebu di ingatannya. Tanpa sadar Azza pun melepas pelukan itu.

"Ma-maaf saya tidak sengaja"

"Hm"

Baik, Azza rasa dia sangat gugup. Fauzan mencoba mencuri pandang lewat spion motornya itu melihat gadisnya itu merah seperti kepiting rebus. Terlihat jelas di spion aura kecantikan Azza terlihat jelas. Hidung yang mancung nan mungil, bibir yang ranum, membuat Fauzan semakin gemas.

Lampu berganti menjadi hijau. Fauzan kini mulai melajukan motornya kembali. Azza sangat takut bagaimana jika dia mengalami hal sama seperti dulu. Mulai panik. Yang dilakukan Azza hanya berpegangan jaket milik suaminya itu.  Tanpa aba aba Fauzan menarik tangan Azza dan berpindah kini dengan posisi  tangan Azza melingkar di perutnya. Tanpa sadar Azza menyinggungkan senyuman bahagianya itu.

Relung Azza🍁(END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang