part 24

238 23 0
                                    

Sinar fajar kini telah meninggi dimana waktu pagi telah hadir di lingkungan pondok pesantren. Para santri dan santriwati sibuk dengan aktivitas masing masing. Ada yang sedang menyapu, mencuci,  bahkan sampai hafalan. Azza kini berjalan menuju gerbang pondok pesantren untuk menanti Nashwa. Wilayah pondok yang seluas 52 hektaare itu membuat Azza cukup lelah dengan berjalan, sehingga dia harus istirahat di gazebo kecil sambil mengambil gawai di saku gamisnya.

Azza tersenyum kepada santriwati yang menyapanya, sampai sampai Ustadzah Rina menghampiri Azza.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ning Azza? "

"Wa alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh iya Ning siapa?"

"Saya Arina Dwi Hanafi" jawabnya sambil tersenyum.

"Oooh, panjenengan iki ko penampilane rodo bedo yo,  panjenengan iki santriwati nopo ustadzah? " tanya Azza bingung.

"Saya ustdzah Ning, tapi alangkah baiknya Ning Azza panggil saya dengan nama saya saja, lagian selisih umur kita hanya beberapa bulam saja" jawab Rina

"Oalah nggih lah siap 86" jawab Azza dengan gembira.

"Ohya ngomong ngomong Ning sakit apa? ko sampai di rawat di rumah sakit?  Mohon maaf juga saya tidak bisa membesuk karena para santri tidak bisa di tinggal."

"Ngga apa apa Ning Rina saya hanya kecapean aja, sekarang buktinya saya sudah sehat wal afiat"

"Emang bener ya kata Ning Irva, betapa beruntungnya Gus Fauzan mendapatkan istri seperti kamu."

"Ah iya?  Alhamdulillah."

Selang beberapa waktu mereka berdua di kejutkkan oleh teriakan cempreng nan nyaring. Azza paham itu suara siapa.

"Assalamualaikum gaesssss" teriak Nashwa.

"Wa alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Azza dan Rina serempak.

"Wuih kompak benerrrrrrr" ledek Nashwa.

"Ohya ini siapa Za?  Ayu tenannnnnnn" tanya Nashwa kepada Azza.

"Perkenalkan saya Arina Dwi Hanafi," jawab Rina sambil mengajak bersalaman dengan Nashwa.

"Oh saya Nashwa yang paling amat sangat super duper comelllllll syekali anaknya babeh somat dan umi kinar." jawab Nashwa dengan percaya dirinya.

"Kamu ini,  hormati orang dikit napa, dia itu  ustadzah di sini"

"Allahu akbar, ngapunten ustadzah"

"Sudahlah kamu panggil nama saya saja, usia kita bertiga kan sama, mari saya duluan saya ada kelas fiqih di kelas putri, mari,  assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." pamit Rina.

"Wa alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Azza dan Nashwa bersamaan.

🌈🌈🌈

Jadikanlah aku sebagai tujuanmu pulang.

Setelah seharian mengajak Nashwa berkeliling pondok, Azza pun merasa lelah dia pun langsung merebahkan dirinya di atas kasur.  Dia telah lupa tugasnya sebagai istri untuk melayani suaminya. Lima belas menit dia telah terjun ke alam mimpi. Tanpa sadar suaminya sendiri membangunkan dari mimpinya itu.

"Azza, jangan tidur dulu gih kamu belum minum obatnya,"

"Astaghfirullohal'adzim, mas, ya allah aku lupa aku ngga nyiapin kopi atau teh. Aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri. Maafkan aku geh" rengek Azaa.

"Sudahlah ini minum dulu obatmu." bujuk Fauzan sambil tersenyum.

Usai minum obat Azza pun bertanya kepada suaminya itu.

"Mas udah makan?  Atau ngopi atau minum teh atau apa?"

"Belum semua, saya tadi ada acara meeting untuk kegiatan besok di aula serta saya harus ijin ke kantor selama satu minggu untuk kegiatan bazar isalmi za"

"Emm baiklah, Mas mau minum apa? dan mau di masakin apa?"

"Saya ngikut aja apa yang kamu mau" jawab Fauzan dengan mengelus pucuk kepala Azza  dengan lembut. 

"Aish, belagaknya romantis banget, umi sama abi liat tau rasa kamu" ancam Azza

"Haha, di rumah ini hanya kita berdua umi sama abah lagi ngurusin biaya buat acara besok"

Namun Azza hanya ber-oh ria saja. Dia pun langsung bergegas pergi ke dapur. Malam hari ini Azza memasak nasi goreng ayam dan wedang chocolate hangat untuk di sajikan. Waktu makan hampir saja tiba namun tiba tiba ada seseorang mengetuk pintu.

Tok tok tok

"Assalamualaikum,"

Fauzan tau betul itu suara dari  siapa. Namun sayangnya langkah Azza sudah membukakan pintu rumah itu.

Irva datang dengan membawakan rantang makanan yang berisi semur ayam lengkap dengan sambal dan lalapan yang komplit karena rantang makanan tersebut transparan.

"Wa alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, loh ustadzah Irva" jawab Azza dengan canggung.

"Em iya Ning,  ini saya bawakan semur ayam kesukaan Gus Fauzan" jawab Irva dengan menyodorkan rantang itu.

"Oh syukron ustadzah, mohon maaf ini loh jadi merepotkan, mari masuk dulu"

"Ah, iya sama sama lain kali saja saya mampir, mari Ning Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh " jawab Irva yang kini menjauh pergi.

"Wa alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, nah gitu napa perusak suasana pisan, lagi mau dinner aja sama suami ganggu wae"

"Siapa Za? " tanya Fauzan.

"Itu mantan kekasihnya Muhammad Fauzan Al-Ghifairi,  udah tau pake nanya? "

"Ck, kamu masih cemburu?" ledek Fauzan.

"Bangettt lah ini lagi segala ngirim semur ayam, udah tau punya istri pastinya udah di kasih makan"

Fauzan hanya tertawa kecil melihat kelakuan istrinya itu.

"Ga usah prengas prenges, itu pilih mau nasi goreng atau mau ayam semurnya!? Kalau kamu makan ayam semurnya Azza ga mau makan,"

"Iya tau, kamu cemburu kan," ledek Fauzan sambil menoel pipi chuby milik Azza.

"Tapi tunggu, kalau misal enggak di makan nanti malah mubazir Za,"

"Terserah lah" Azza tak peduli dengan ocehan suaminya itu yang dia rasakan saat ini lapar dan juga amarah api cemburu yang bergejolak di hatinya.
.
.
.
.
.
.

Saya kembali 😁

Tetap semangat untuk tekan tombol vote ⭐ nya ya berbuat baik dapat pahala loh 🤭

Sekian dulu ya part kali ini
Semoga kita jumpa lain waktu

Terima kasih :)


Relung Azza🍁(END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang