Melihat Azza yang kini telah pergi dengan Fauzan dada Ahmad serasa sesak melihat kejadian itu.
Rapuh
Ya itu yang sedang di rasakan oleh Ahmad.
Sementara dalam perjalanan pulang Azza merasa kedinginan. Di tambah lagi dengan angin Semarang yang kini kian dingin.
Ya allah kuatkan Azza, Azza dingin
Runtuh Azza sambil menggosok gosokan kedua tangannya.
"Zaaa, kalo kamu kedinginan peluk saya saja, sekalian aja nanti kita beli wedang jahe ya"
Azza masih ragu, itukah suaminya? Ternyata dugaan Azza salah. Azza kira dulu suaminya itu seperti monster alien yang akan menganggap Azza itu pembantu. Karena jika Azza liat di dalam film drama kebanyakan jika perjodohan akan berakhir berpisah karena tidak adanya cinta.
Namun Azza percaya bahwa selalu ada cinta yang di hadirkan oleh Allah Swt.
Dengan lancangnya Azza memeluk suaminya itu dari belakang. Fauzan pun terkejut seperti ada sengatan listrik di setiap sarafnya. Untung saja dia masih fokus dengan motornya itu.
Lima belas menit perjalanan membawakan mereka kes kedai caffe cukup unik. Fauzan mulai memberhentikan motornya di parkiran caffe tersebut. Di ikuti dengan Azza. Mereka berdua mulai memasuki caffe tersebut.
"Silahkan pak, bu, " sapa karyawan caffe serta memberikan buku menu kepada Fauzan.
"Wedang jahenya dua ya mas" Jawab Fauzan
"Eh tunggu mas, mas Azza boleh minta sesuatu ngga? "
"Apa? "
"Azza mau es cream taro yaaaa, satu kali ini aja mas" rengeknya.
"Ngga bisa"
Yah Fauzan kembali ke sifat aslinya.
"Yaaahh masss kali ini aja, kalau ngga pake uang saku Azza aja deh, masih utuh dua puluh ribu rupiah" cetus Azza
"Kalau saya bilang tidak ya tidak, paham!?" tegas Fauzan
Azza hanya menuruti kemauan suaminya itu. Dia tau betul bahwa suaminya kalo mengamuk pasti ganas dan berbahaya. Sembari mereka saling diam, kini wedang jahe pun mulai mendarat di meja.
"Udah itu di minum, nanti sakit tadi kan kamu flu Za"
Fauzan mengajak Azza berbicada namun mata Azza berkaca kaca. Fixsss Fauzan paling tidak suka kalau ada perempuan menangis."Azza kamu kenapa, kenapa kamu nangis? Ada yang sakit? " tanya Fauzan dengan lembut.
"Aku mau pulang" tangis Azza semakin menjadi.
Fauzan tau betul bahwa gadisnya menginginkan es cream rasa taro itu. Tapi jika keinginan Azza untuk pulang maka Fauzan menurutinya. Azza telah keluar dari caffe tersebut dengan wajah yang termenung yang sambil memainkan hijabnya.
Tanpa sadar Fauzan kini telah membawakan satu cup es cream taro dengan toping krimer di atasnya.
Bersambung....
Vote ayo :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Relung Azza🍁(END)
Teen FictionDi usianya yang kini menginjak 17 tahun Azza harus merasakan menjadi ibu rumah tangga. Dimana dia harus membagi waktu sebagai mana seorang istri dan seorang siswi sekolah yang harus mewujudkan cita-citanya menjadi penulis. Karena Azza telah di jodo...