part 13

244 29 0
                                    

Fauzan tau betul bahwa gadisnya menginginkan es cream rasa taro itu. Tapi jika keinginan Azza untuk pulang maka Fauzan menurutinya. Azza telah keluar  dari caffe tersebut dengan wajah yang termenung yang sambil memainkan hijabnya.

Tanpa sadar Fauzan kini telah membawakan satu cup es cream taro dengan toping krimer di atasnya.

"Udah nangisnya?" sambil mengulurkan es krim tersebut

"Yeiyyyyyy es krim,  maturnuwun mas Fauzan" goda Azza sambil memamerkan giginya yang putih itu.

"Sama sama,  ayu naik mumpung hujannya cukup reda"

Azza mengangguk gembira.  Di dalam perjalanan Azza mengajak suaminya itu berbicara.

"Mas,  Azza mau tanya boleh? "

"Apa? "

"Mas Fauzan tau ngga perbedaan mas Fauzan sama es krim"

"Ngga" Azza masih saja tidak bergeming.

"Nih, Mas Fauzan kaya es krim sebab, dingin namun manis" goda Azza

"Hm"

"Terus kalo Azza kaya apa dong"

"Hm"

"Kaya pinces cleopatra ya kann" Azza menjawab dengan penuh percaya diri.

"Hm" Fauzan mulai menahan tawa.

"Dari tadi di ajak bicara hm hm terus udah kaya Nisa Sabyan aja" Azza mulai kesal

"Hahaah kamu ini,  kamu lebih mirip burung beo dari tadi nyrocos terus Za"

"Hiiiiiiii nyebelinnn" sambil mencubit lengan Fauzan.

"Sakit hiiisss" Fauzan sambil tertawa renyah

Ya suasana Kota Semarang telah membawa kebahagiaan pada pasangan baru itu. Sesederhanakh mencintai,  hannya celotehan canda yang mampu membuat cinta.  Sesampainya di rumah Fauzan terkejut dengan mobil berwarna silver dengan merek Avanza dan dengan plat nomer  yang sama.  Ya jelas itu mobil milik orang tua Irva.

Sebenarnya Fauzan cukup ragu apakah Irva sudah pulang dari Kairo? Fauzan masuk kedalam rumahnya itu dengan suasana hati yang bergemuruh. Ya, dia melihat Irva, Irva masih saja sama. Dia masih menjadi  Irva yang Fauzan kenal. Hanya saja kini Irva memakai niqab.

"Assalamualaikum" ucap Fauzan

"Wa alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Jawab seisi orang yang berada di ruang tamu

"Nah ini Fauzan" tanya Rudi yaknj ayah kandung Irva

"Nggih pak leres" jawab Fauzan

Fauzan membeku dia tidak percaya akan hal ini. 

"Dan ini perkenalkan, menantu saya Azza"

"Assalamualaikum, pak" sapa Azza sambil menyalami Rudi

"Lho,  sampeyan ngga bilang kalau udah punya menantu, padahal saya kesini mau menanyakan khitbah Fauzan dengan Irva?"

Seperti halnya petir yang menyambar,  sepolos apapun Azza dia juga tau apa maksud pembicaraan Rudi. Namun Ridwan mertuanya itu akan memberikan penjelasan.

"Lho bukannya Irva sendiri yang memutuskan khitbah tersbut?" tanya Ridwan.

"Ahhh ga mungkin" elak Rudi

"Coba tanyakan saja ke putrimu, katanya dengan alasan dia ingin melanjutkan studynya ke Kairo"

"Sayang, apakah yang di katakan Kyai Ridwan benar nak? "

"Nggih yah"

Perasaan malu  kemudian terlihat pada keluarga Rudi.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung

Relung Azza🍁(END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang