{Chapter 7}

1.9K 167 17
                                    

Maaf karena telat update ya^^

"Berapa hari Tuan Roger Alphaeus menginap disini?" Claude mendongak dan menatap kearah sang putri. "Kenapa? Hanya lima hari saja ... empat hari mereka sudah pulang ke habitatnya."

Athanasia menahan senyumnya. "Kenapa? Gadis bodoh itu mengganggumu? Aku bisa mengusir mereka--"

"Tidak, Papa ...."

Malam ini, Athanasia duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan meja kerja milik Claude. Raja Obelia itu yang memintanya.

Ya, walaupun Athanasia merasa lelah, tapi dia sudah berjanji kepada sang Papa.

Athanasia bisa melihat, raut wajah kemarahan Claude yang masih belum padam juga. "Papa ... Zenith tidak menggangguku, jika Zenith memang menggangguku, mungkin sudahku tendang dia untuk keluar dari istana ini."

Jujur saja, Athanasia sengaja berkata demikian. Walaupun Zenith mengganggu dan melukainya, Athanasia tidak akan pernah berani untuk mengusir Zenith. Rasa bersalah dan belas kasihanlah yang membuat Athanasia bersikap demikian kepada Zenith.

Athanasia menghela napas lega, ketika melihat raut wajah Claude yang normal seperti biasanya. Datar namun tenang. Berbeda seperti tadi.

"Kau pergi kemana sore tadi? Kutanyakan kepada Lilian, dan ternyata dia bilang tidak melihatmu." Athanasia mengerjapkan matanya, sial! Sekarang dia harus berkata apa?

Menghindari pertanyaan yang di lontarkan Claude, bukanlah hal yang bagus. Sebisa mungkin Athanasia harus menjawab, walaupun gadis itu ragu-ragu. "A-aku ... pergi sebentar bersama Lucas, Papa."

Athanasia menunduk dan enggan menatap manik mata kristal milik Claude. Raja Obelia itu menatap tajam kearah putrinya, namun setelahnya pria itu menghembuskan napas pelan. "Aku khawatir kepadamu, Athy ... tapi, kupikir Lucas bisa menjagamu."

Gadia bersurai pirang yang menunduk tadi, kemudian mendongak dan menatap Claude. Kenapa ... Seolah-olah Claude sangat mempercayakan dirinya kepada Lucas? Athanasia sungguh tidak tahu, jika Lucas dan dirinya sudah dekat.

"Ah ... begitu, ya?" Claude mengangguk, kini Athanasia kembali bersandar. Melihat wajah Claude yang damai dengan tumpukan kertas-kertas itu, dengan serius.

Athanasia tersenyum, setidaknya ... Walaupun Zenith menjadi Zenith Maghrita kembali, Athanasia tidak mengalami kehidupan sengsara.

Athanasia bersyukur dengan itu.

•••

Tangannya masih sangat nyaman menelusuri beberapa buku yang terdapat pada rak. Gadis bersurai coklat itu masih bergelut dengan masalah yang memprovokasi pikirannya.

Zenith menghela napasnya kasar. "Tuan putri, aku merindukanmu."

Jujur saja, malam ini Zenith memang tidak bisa tertidur, gadis itu mulai mencari buku yang menarik di perpustakaan kerajaan Obelia. Pikirannya masih tertuju kepada sang adik, Athanasia.

Zenith sangat senang ketika bisa pergi menelusuri taman mawar pribadi milik Atahanasia. Tapi, di sisi lain, Zenith juga sakit hati ketika melihat kedekatan keluarganya. Kenapa tidak ada celah untuknya bergabung ke dalam keluarganya sendiri?

Tapi, Zenith sangat bersyukur bisa bersama dengan adiknya Athanasia. Berhadapan dengan Ayahnya Claude.

Walaupun Zenith juga sebenarnya tahu, Claude selalu saja menunjukkan tatapan datar dan kebencian kepadanya, kecuali kepada Athanasia. Sikap manis Claude kepada Athanasia memang membuat Zenith sakit hati.

Tapi, Zenith senang ketika melihat anggota keluarganya bahagia.

Bisakah gadis muda bersurai coklat ini merasakan kebahagiaan bersama keluarganya, juga?

Zenith menyerah untuk mencari buku-buku, gadis itu kemudian melangkah pergi dari perpustakaan dan menuju kearah kamar tidurnya.

Dengan menginap lima hari di kerajaan Obelia saja, Zenith sudah merasa senang. Tapi, seharusnya Tuan Roger secepatnya memberi tahu Claude bahwa Zenith putri kandungnya.

Dengan begitu, mungkin saja Zenith bisa bergabung dan di sambut baik olehnya dan juga Athanasia?

Setelah beberapa menit sampai ke dalam kamar tidurnya, Zenith membaringkan tubuh di sebuah tempat tidur. "Hah ... aku merindukan Ayah dan Athanasia ...."

Jika bisa berandai, Zenith sangat ingin sekali bisa tidur bersama dengan Claude. Tidur di dekapan Claude. Tapi, Zenith tahu, hanya Athanasia yang bisa mendapatkan itu.

Ketika sebelum tidur, Zenith selalu berpikir, mungkin esok hari dia akan bahagia bersama Claude dan Athanasia.

Semoga saja.

Jika memang Athanasia dan Claude menerimanya.

Tidak tahu jika mereka berkata lain.

Seperti, menolak kehadiran Zenith.

Look at me! || WMMAP FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang