{Chapter 20}

656 87 23
                                    

A/n: Fanfic ini sudah berkepala dua, niii hehehehehe.

Tolong drop vote dan komentar sebagai apresiasi dan dukungan kalian untuk Anathy, ya!

Selamat membaca, para reader A.K.A Herina kesayangan Anathy!!! ❤😆❤

Athanasia menutup wajah menggunakan kedua tangan kanan dan kiri. Ah, ini semua memalukan. Padahal, dia sudah seringkali berlatih untuk mengendalikan perahu, tapi kenapa masih sama?

Niat awal, gadis ini ingin membawa Herina untuk berjalan mengelilingi Danau yang letaknya tidak jauh dari Taman Istana Emerald ini. Tapi semuanya menjadi hancur ketika Athanasia kehilangan kendali dan berakhir perahu keduanya terbalik.

Untung saja, Herina pernah belajar berenang sebelumnya, hingga dia tidak lagi terkejut seperti Athanasia ketika hal yang tidak terduga ini terjadi.

Dengan telaten, Herina merangkul Athanasia untuk menuju ketepian, keduanya tengah duduk dibawah pohon rindang untuk mengeringkan pakaian keduanya.

"Maaf ... maafkan aku Nona Marguerette. Aku pikir, aku bisa membawamu untuk berjalan-jalan, tapi gara-gara aku pakaianmu menjadi—"

"Tidak apa-apa, Tuan putri ... justru saya sangat berterima kasih karena anda dengan baik hati berniat membawa saya untuk mengelilingi Danau ini." Herina berusaha untuk membuat sang anak Raja ini untuk tidak merasa bersalah kembali.

Namun enggan bergerak dari tempatnya. Athanasia masih malu akan kejadian tadi, bahkan merasa sangat bersalah kepada Herina.

Merasa ada yang aneh, Herina menghela napas pelan, melangkah mendekat kearah Athanasia, perlahan mengusap pundak gadis yang iras dengan dirinya itu. "Tidak apa-apa, Tuan putri. Saya merasa bersalah kepada anda."

Mendengarnya, Athanasia dengan segera menoleh kearah Herina, memandangnya dengan heran. "Kenapa ... kau merasa bersalah, Nona? Padahal di sini sudah jelas aku yang membuat kesalahan."

"Saya merasa bersalah karena saya, anda menjadi merasa bersalah. Sungguh, Tuan putri, ini semua tidak seberapa, saya baik-baik saja. Berhenti untuk menyalahkan diri anda sendiri, ya?"

Mau tidak mau Athanasia mengangguk, dibandingkan memilih Herina yang menjadi menyalahkan dirinya sendiri. Padahal, jelas-jelas di sini Athanasia merasa dirinya yang salah.

Athanasia mengangguk pelan, dibantu berdiri kembali oleh gadis bermanik merah muda ini. "Anda ingin kembali, Tuan putri?" Bagaimanapun rencana sudah gagal. Athanasia memilih untuk mengangguk dan pergi menemui gadis-gadis yang datang ke acara pestanya tadi.

Ah ... Sungguh memalukan.

•••

"Blair ... siapa gadis muda yang berada disamping Athanasia?" Zenith menggerakkan kepalanya, pandangan yang mengikuti ke mana arah Athanasia dan gadis muda disebelahnya lewat balkon kamar.

"Dia adalah Nona Marguerette. Yang mulia mengundangnya secara pribadi untuk Tuan putri Athanasia." Gadis bersurai coklat itu hanya mengangguk paham, ketika mendengar jawaban dari pelayan pribadinya.

Namun, ada perasaan aneh yang membelenggu. Kenapa Nona itu sangat mirip dengan Athanasia? Bahkan ... Bagaimana bisa rambutnya bergelombang emas seperti Ayah. Aku menjadi sedikit merasa malu, batinnya.

"Bagaimana bisa Ayah mengenalnya? Dari bangsawan mana dia berasal, Blair?"

Yang ditanya hanya mampu menggelengkankan kepala lemah. "Jika masalah itu, saya kurang tahu, Tuan putri. Tapi, saya dengar Yang mulia mengundang Nona Marguerette untuk menginap beberapa hari di Istana Emerald."

Zenith membulatkan matanya. "T-tunggu ... gadis yang tidak tahu asal-usulnya itu akan menginap dan satu atap denganku? Apakah ... itu pantas untuk dirinya yang memiliki gelar dibawahku?"

Blair yang mendengar Tuannya berbicara, hanya sedikit berdehem. "Tuan putri ... Yang mulia melakukan itu untuk Tuan putri Athanasia juga. Bahkan saya dengar, Tuan putri Athanasia rela membagi kamar tidurnya dengan Nona Marguerette, karena kamar di Istana Emerald hanya ada dua yang dirapihkan."

"Huh, Athanasia memang naif. Bagaimana bisa dia menerima seorang yang belum dia kenal lama. Blair, tolong mata-matai dia! Aku tidak ingin jika Nona Marguerette itu akan merebut dan memiliki rencana lain."

Blair menghela napas kasar. Zenith sangat berubah banyak. Bahkan, semenjak Zenith menjadi Tuan putri di Obelia, Blair tidak menyangka jika Tuannya ini berubah dan terlihat berbeda dari biasanya. "Baik. Tuan putri."

Enak saja, aku pasti dimarahi Lilian jika melakukan itu. Kenapa Tuan putri baru ini sangat berbeda sekali dengan Tuan putri Athanasia, sih?, batinnya.

•••

Sedari tadi, Herina diam membisu, masih tidak berani untuk membuka suara maupun mengangkat dagu. Dia sadar, dirinya bukanlah Athanasia—meski keduanya terbilang mirip.

Entah apa salahnya, Raja Obelia—Claude—ini memintanya untuk datang ke dalam ruang kerja yang selalu Claude pakai. Padahal, jika dipikir-pikir lagi ... Kesalahan apa yang Herina lakukan? Tidak ada sepertinya.

Masih sama. Sama-sama diam didalam larutnya keheningan. "Y-yang mulia ... apakah ada sesuatu yang akan anda bicarakan? Kenapa anda memanggil saya?"

Tatapan tajam dan manik kristal itu akhirnya dengan berani menatap Herina, berbeda dengannya yang langsung menunduk takut. Bagaimanapun, Claude memang terkenal kejamnya. Meski sebagian banyak rakyat yang mencintai pria ini.

"Siapa namamu?"

"Eung?" Kembali mengangkat dagu pelan, kemudian kembali menunduk. "Herina Marguerette." Claude hanya meresponnya dengan satu anggukkan.

Sedikit misterius ketika dirinya mengundang Herina secara pribadi kedalam ruangannya ini. Apalagi, hanya Athanasia dan Zenith yang bisa mendatangi tempat ini, ah ... Felix juga.

Tapi, siapa Herina? Bagaimana dirinya bisa dengan mudah menarik perhatian sang Raja, hingga nyaris menggeser posisi Zenith dalam acara "menarik perhatian Raja".

"Pria itu ... dia Pamanmu?" Herina menggelengkan kepala. "Bukan, dia pria baik yang telah menolong saya dari dunia yang kejam." Claude sedikit tertegun, kemudian kembali mengontrol ekspresinya seperti semula, dan menopang dagu.

Tidak mungkin juga malam ini Herina menceritakan semua kisahnya. Lagipula ... Siapa dia? Lancang sekali menceritakan kisah monoton hidupnya kepada orang asing, bahkan orang itu adalah orang besar dan berpengaruh di negaranya ini.

"Ceritakan hidupmu padaku."

"Eumm ... maaf?"

"Ah ... tidak, bukankah malam ini kau akan satu kamar dengan Putriku? Baiklah, kau boleh kembali. Felix akan mengantarmu." Herina tersenyum paksa, lalu membungkuk hormat dan mulai melangkah pergi dari ruangan Claude.

Benar ... Raja Obelia ini terlalu tergesa-gesa demi kepentingannya sendiri. Mustahil rasanya, jika nanti dia akan menceritakan bahwa Herina adalah gadis yang selalu mendiang Istrinya tunjukkan di dalam mimpi.

[]

A/n: Chapter 21 dan di update hari ini? Komentar menembus 20+ . Beneran, kalau udah tembus 20an komentar, aku akan bener-bener update eheheheh.

Look at me! || WMMAP FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang