{Chapter 13}

969 103 16
                                    

Menurut Zenith, Athanasia adalah Adik kandungnya, mereka hanya berselisih paham hingga sang raja memisahkan keduanya dan melupakan dirinya---lebih tepat dari pernyataan itu, dia hanya di titipkan kepada Roger Alphaeus sementara. Namun sekarang berbeda, dia sudah berada satu atap dengan Athanasia, sama-sama tinggal di Istana Emerald, sama-sama menyandang gelar 'Tuan putri' meskipun banyak sekali pelayan yang melupakan itu.

Tidak akan menjadi masalah untuk Zenith, gadis muda bersurai coklat itu terus-terusan tersenyum bahagia. Seolah-olah ada hal yang membuat dirinya harus tersenyum sepanjang hari untuk hari ini saja. Tentu saja, kenapa tidak? Terus-terusan di perhatikan oleh Ayahnya sendiri adalah keinginan dirinya sedari dulu.

Zenith senang, ketika Claude mulai mengundangnya untuk mengadakan tea time, apalagi ketika harus berbincang bersama Athanasia. Kedua individu yang kini sudah menjadi keluarganya, Zenith akan selalu berjanji untuk menyayangi kedua orang ini.

Dia mungkin saja belum bisa seperti Athanasia yang merebut hati Claude dengan mudahnya. Tapi, tidak apa-apa, yang terpenting kehadirannya di sini bersama Athanasia dan sang raja bisa membuat semuanya kembali membaik. "Tuan putri ... bolehkah saya pergi mengunjungi kebun mawar milikmu? Maaf jika sebelumnya saya lancang, tapi ... bisakah?" Athanasia mengehentikam kegiatannya sesaat untuk meneguk secangkir teh.

Atensinya menatap kearah Zenith, saudarinya yang kini tengah memohon. Memang, bisa saja dia mengizinkan gadis itu untuk berkunjung ke kebunnya. Tidak masalah, mengingat kembali di novel lovely princess sendiri, Zenith lah yang memiliki kebun tersebut. Bukan Athanasia. Lantas? Kenapa dia harus melarangnya, kan?

"Tentu." Athanasia menjawab dengan mengangguk seraya menampilkan senyum tulus, dia bertekad akan membuat Zenith nyaman berada di Obelia. Dahulu, dia mungkin bisa saja mengusir Zenith dari Obelia dengan kata-kata, dan sindiran pedas untuk gadis bersurai coklat ini. Tapi, tidak dengan jangka dan waktu sekarang.

Athanasia terlalu egois, tidak memikirkan bagaimana orang-orang yang seharusnya bahagia---seperti di dalam novel---saat itu. Zenith bahagia hidupnya ketika bersama Claude, dia hanya ingin meluruskan semuanya saja. Lagipula, Athanasia selalu berpikir hidup mempermainkan dirinya. Mungkin baru saja dua bulan sebelumnya, dia menjadi Athanasia Maghrita, dan entah bagaimana bisa terjadi ... Tiba-tiba saja dia menjadi Athanasia yang sesungguhnya.

Dia sendiri tidak tahu dengan ini, ada apa dengan dunia ini? Kenapa Athanasia merasa di permainkan oleh hidupnya sendiri. Seketika teringat mimpi yang kemarin dia alami, setelah pergi dengan Lucas. Athanasia lelah, memutuskan untuk berbaring untuk tidur. Secara spontan mimpi itu menerobos masuk ke alam bawah sadarnya.

Sesosok wanita muda, terlihat lugu namun memiliki kecantikan yang tidak bisa tertandingi. Athanasia yang pada saat itu memang merasa bahwa itu dunia mimpi, mencoba bertanya kepadanya. Namanya adalah Lamielle Rozen, gadis dengan paras cantik yang juga membuat Athanasia terpukau akan pesonanya. Tapi yang membingungkan, dia hanya bisa bicara dengan satu kalimat saja. "Athanasia de alger Obelia, hanya di lahirkan untuk membuat semuanya membaik, bukan untuk menjalani hidup bahagia sesungguhnya."

Dan, kemudian mimpi itu berakhir.

"Athanasia ... kau baik-baik, saja?" Lamunannya menjadi buyar, gadis dengan surai keemasan bergelombang itu segera mendongak, menatap Claude dengan sedikit pandangan terkejut. "Ah ... iya, Athy tidak apa-apa, Papa." Merutuki dirinya sendiri di dalam hati, bagaimana bisa dia sebodoh ini? Seharusnya dia sadar, melamun di acara pagi kesukaan Claude adalah hal yang sangat-sangat salah.

Tapi tidak apa-apa, seharuanya Claude bisa menghiraukan keberadaan Athanasia. Sesuai novel, Athanasia berusia 18 tahun, dimana dia akan di bunuh oleh tangan sang raja. Bukankah ... Tea time nanti Claude akan selalu bersama Zenith? Athanasia hanya ingin membuat Claude terbiasa jika nanti tidak ada kehadirannya.

Benar, mimpi dengan jangka pendek, namun memiliki makna dan manfaat lebih dari satu juta kali untuk Athanasia. Seolah-olah di tampar oleh kenyataan. Athanasia bukanlah orang yang tepat untuk menerima kehidupan ini, dia saja tidak memiliki asal-usul tentang dirinya sendiri. Melirik sebentar kearah Zenith yang tidak juga melunturkan senyuman bahagianya, kemudian melirik Claude yang tengah melipat tangan di dada secara diam, dan memerhatikan kedua putrinya.

Tidak, ralat saja ... Dia hanya memerhatikan Zenith.

Saat ini Athanasia selalu bertekad, untuk menjadi orang penolong saja. Dia bukan tokoh utama, dan dia juga bukan tokoh yang di janjikan untuk bahagia. Kehidupan bahagianya di sini mungkin hanya tipu daya dan tipu muslihat untuk dirinya sendiri. Athanasia mungkin memang sedikit kesal dengan Zenith di dalam novel, namun ... Sekarang dia hidup dengan keadaan yang berbeda.

Hanya ada satu langkah.

Athanasia harus bisa bersyukur, mmebuat Zenith dengan Claude, mencoba untuk menjauh dari Claude---karena Athanasia berpikir Claude hanya milik Zenith, mencoba memperbaiki kisah-kisah buruk yang berada di dalam novel lovely princess dan juga ... Mengikuti alur, dan berusaha untuk berdamai dengan Zenith---jika suatu saat nanti perselisihan datang dan berakhir dengan hukuman mati kepadanya, tidak mungkin bukan jika Zenith tidak menolong Athanasia?

Athanasia yakin, dia akan di tolong oleh Zenith. Maka dari itu, dia hanya ingin semuanya baik-baik saja.

•••

A/n: Nah, semoga kalian ngerti dengan maksud di chapter kali ini.

Maaf, tapi aku mau koar-koar bentar, berharap tidak ada yang tersinggung ya, heheheh. Gini lho ....

Banyak banget yang bilang "Kok Athy nya jahat, sih? Kok gitu, sih? Kok gini, sih? Jangan bikin Athy jahat, nanti Athy di hujat."

Itu sih komentar dari kalian yang aku enggak suka. Oke sekali lagi, MOHON JANGAN TERSINGGUNG. Gini lho teman-teman yang aku sayangi. Aku tidak akan membuat tokoh antagonis menjadi tokoh utama. Coba aku tanya, tokoh utama di Look at me! Ini siapa? Athanasia, kan? Jadi gak mungkin aku buat Athanasia jahat.

Penjelasannya: Athanasia di dalam tubuhnya, bukanlah Athanasia di dalam novel. Karena jiwa dalam tubuh Athanasia hanya sedikit merasa geram, saat itulah dia agak sedikit pengen buat Zenith sedikit merasa tersinggung. Ibaratkan aja jiwa yang berada di dalam tubuh Athanasia adalah kalian. Kalian juga pasti sedikit kesel kan kalau udah liat Zenith bertingkah, dan membuat Athanasia menderita, di dalam komik aslinya?

Nah, tapi Chapter ini itu udah aku rancang dari awal, sebelum aku publish cerita ini. Jiwa yang berada di dalam tubuh Athanasia berusaha menjadi Athanasia seperti yang di novel, baik kepada Zenith---mengingat lagi kalau dia bukanlah tokoh utama dari novel tersebut.

Gitu. Makanya kalau ada yang gak ngerti tanya aja di dm temenku sayang, kalau di komen aku enggak akan jawab^^ aku baik, kok.

Dan satu lagi ....

Ada yang komen gini. "Authornya haters Zenith, ya?" Sebentar ... Kalau aku haters Zenith, kenapa aku buat Zenith lugu, lemah lembut, dan baik kepada Athanasia di sini? Kalau aku haters Zenith, mungkin aku bisa membuat Zenith jahat, dan berhasil membuat kalian semakin benci Zenith. Gini, ya ... Seluruh tokoh yang berada di komik original Who made me a princess, adalah kesukaanku semua. Sekalipun itu Zenith.

Sekian, terima kasih.

Terima kasih untuk dukungannya juga, bye!

^^

Look at me! || WMMAP FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang