S2: {Chapter 34}

454 66 4
                                    

Ruangan yang mampu menerobos cahaya lewat jendela berukuran horizontal itu, cukup membuatnya menerang meski tanpa beberapa lampu yang terpasang. Dua patung berwarna cyan yang terpasang dibalik kursinya.

Anastasius duduk di sana, diam dengan keheningan, selepas itu suara derap langkah kaki yang mulai terdengar hingga telinganya.

"Aku tidak percaya ... bagaimana sebuah sihir yang bisa membangkitkan orang mati kini memang benar-benar ada."

Senyuman kecil darinya menunjuk tepat kearah Anastasius. Senyum kecil, namun menghanyutkan. Senyuman sinis yang mengarah untuk penguasa Obelia ini.

"Sama sekali tidak ada sihir yang mampu untuk membangkitkan orang mati, Yang mulia ...," cicitnya kecil, namun cukup mampu terdengar suaranya oleh sang empu. Anatasius mengernyit, dari kursi mewahnya, dia berdiri, menunjuk dirinya sendiri dengan angkuh. "Kau tidak melihatku?"

"Aku ... nyatanya bisa kembali ke Obelia, hingga kini kembali menduduki tahta sebagai penguasa dari kerajaan ini," lanjutnya seraya sesekali menyentuh pilar yang ada disebelahnya.

"Anda tidak mati. Bahkan ... anda nyaris tidak pernah mengalami kematian hingga saat ini, Yang mulia. Anda hanya mengubah warna bola mata dan rambut, hingga semua orang tidak menyangka bahwa anda adalah Raja terdahulu sebelum Yang mulia agung Claude berada diposisi saat ini."

Lucas terkekeh kecil, membuka tudung jubah hitamnya dan menatap Anastasius dengan mimik wajah penuh kepuasan, dan kemenangan. "Sadarkah dirimu? Kau bahkan sudah melukai hati buah hatimu-upsss ... maksudku, kau sudah menyakiti hati 'manusia percobaan' milikmu itu."

Yang menjadi lawan bicara mainnya hanya bisa diam membatu, tidak percaya bahwa dihadapannya ini adalah Lucas. "Heh, Anastasius ... jika saja aku mengembalikan ingatan pintar kepada si Chimera itu, mungkin saja dia akan memintamu untuk melepasnya. Dan memintaku untuk membersihkan sepercik bagian sihir hitam dalam tubuhnya."

Anastasius mengepalkan tangan, melirik dan menatap gerak-gerik sang lawan bicara dengan ganas.

"Setelahnya, dengan baik hati, Adikmu menerima si Chimera itu dalam keluarganya. Tuan putri Herina, Tuan putri Athanasia ... dan Chimera ... bukankah mereka akan menjadi keluarga yang hangat?"

Semakin mendalam pembicaraan ini, kini Anastasius semakin geram ketika Lucas menyebutkan bahwa Zenith akan bergabung dalam keluarga Claude. Itu memang rencana awal, namun entah kenapa dirinya tidak menerima hal itu.

"Pergilah, sebelum aku memerintahkan beberapa pengawal untuk-"

"Maka para pengawal itu akan tumbang duluan." Cukup menohok, hingga terlihat jelas bahwa Anastasius nyaris tidak mampu untuk berkata-kata kembali.

Lucas tersenyum lebar, rasa bahahia menjalar dihatinya ketika mengingat bahwa esok dia akan membawa Claude untuk kembali ke Obelia. Tentunya, akan melakukan kudeta kepada si Raja palsu yang berada di hadapannya ini.

Lihatlah, bagaimana dengan angkuhnya, Anastasius mengurung Athanasia didalam kamar tidurnya, hingga mau tidak mau Lucas tidak bisa menemui sang pujaan hati. Tentu, ini semua karena Anastasius.

Bisa saja dia menerobos masuk, tapi ... Jika dipikir lagi, lebih baik jika sekalian, sekalian menjatuhkan Anastasius dari tangga tahtanya. "Baiklah, sekian ... aku akan pergi, tunggu kembali kedatanganku, Yang mulia."

Dengan menutup seluruh wajahnya menggunakan jubah hitam tersebut, dan bersamaan dengan batang tubuhnya yang menghilang.

Anastasius mengerjapkan mata berkali-kali, kemudian memegang kuat dadanya. "S-sial ... Claude, si bajingan itu ...."

•••

Tangannya berkali-kali bergerak kesana-kemari, Zenith tengah asik menyiram kebun mawar miliknya-yang dulu milik saudari tirinya Athanasia, dengan telaten. Tidak henti-henti mengucapkan kata pujian kepada bunganya itu.

Zenith tersenyum kecil, ternyata kehidupannya kini cukup berubah. Meski Claude mungkin tidak ada, namun dia yakin bahwa nanti ada kalanya Claude menatap dari atas sana. "Aku harap Papa bisa menerimaku, kau melihatku dari atas sana, kan? Apakah ... Papa menyesal atas sikapmu kepadaku selama ini?"

Tersenyum getir, namun kembali fokus kepada objek yang kini menjadi tujuan utama kenapa dirinya berdiri di sini. Bermonolog sendiri, mencurahkan isi hatinya kepada Claude yang mungkin tengah menatapnya dari atas sana.

Menyenangkan, setidaknya ... Zenith merasa dekat dengan keluarga sesungguhnya, meski Claude tidak lagi berada di sisinya seperti dahulu, tapi Claude akan selalu ada di hatinya 'kan? Iya ... Pasti begitu.

Helaan napas berat menyapa pendengarannya sendiri, seketika Zenith dibuat terkejut selepasnya ketika menatap batang tubuh seseorang familier dimatanya.

Matanya mengerjap beberapa kali, tidak mempan, dia memakai cara lain seperti mengusap mata dengan kedua telapak tangannya. "T-tuan penyihir? P-papa? Herin-"

"Siapa kau?"

Zenith membulatkan matanya, menutup mulut yang terbuka lebar itu menggunakan tangan. Ah ... Ini jujur saja membuatnya sedikit bingung, bagaimana bisa ... Dua orang yang dikabarkan sudah tiada kini berada dihadapannya? Apalagi, bersama Lucas si penyihir ini.

Dan ... Apa tadi? Claude ... Kenapa dia berbicara seperti itu kepadanya? Mungkin saja dia memang membenci Zenith, tapi apakah pantas apabila Claude tidak mengingat diri dan namanya?

"Ah ... aku pikir ini milik Athanasia, dan dia yang akan berada di sini. Aku tengah membawa hadiah spesial untuk dirinya, tapi ... ada apa gerangan anda berada di sini?"

Pertanyaan Lucas sukses membuat Zenith terdiam. Membatu, sesekali pandangannya melirik kearah Claude dan Herina yang juga menatapnya dengan pandangan heran juga tatapan dingin.

"A-athanasia ... dia ada di dalam kamarnya, mungkin ... aku tidak tahu. Yang mulia menyuruhnya untuk tidak meninggalkan kamar itu barang sekali-"

"Terima kasih, atas infonya. Aku lupa tidak menemui dirinya kemarin malam."

Lucas melirik kearah Claude, memandangnya seolah mengisyaratkan beberapa kata yang tentunya tidak diketahui oleh Zenith. Selepas satu detik kemudian, tiga batang tubuh manusia itu melewati dirinya secara tiba-tiba-meninggalkan Zenith sendirian.

Menghembuskan napas berat, memegang pelipisnya menggunakan tangan kanannya. "Hah ... a-apa-apaan tadi? Kenapa aku bisa berhalusinasi sangat nyata seperti tadi? Ah ... aku benar-benar gila, aku membutuhkan istirahat."

Untuk memastikan, dia berbalik badan, kemudian menghela napas pelan ketika ketiga orang itu kini menghilang begitu saja. "Benar ... mereka tidak nyata. bisa-bisanya aku membayangkan hal seperti tadi."

Tanpa diketahui oleh dirinya, Zenith memang mempercayai bahwa dia memang tengah berfantasi. Namun, kini berbeda keadaannya dihadapan Anastasius. Pria itu cukup dibuat terkejut, bahkan terbilang sangat terkejut ketika batang tubuh sang Adik kini benar-benar berada tepat dihadapannya.

"Aku tidak memiliki hal apapun yang perlu diurus, kupikir sampai sini saja saatnya. Aku pergi." Lucas tidak ikut campur, seolah mengangkat kedua tangannya untuk tidak mencampuri urusan kedua saudara itu.

Herina yang melihat munculnya pertikaian hanya bisa diam, kemudian mengikuti sang penyihir untuk menjauhi ruangan yang ditempati keduanya. Dia tidak tahu betul apa yang akan terjadi, namun Herina hanya ingin yang terbaik berpihak kepada Claude.

Berharap setelah semuanya selesai, Obelia kembali aman dan tentram seperti sedia kala.




A/n: Gak tau deh chapter kali ini bakal diterima baik atau enggak sama kalian. Anathy cukup dibuat sibuk dengan hari ini, terbilang kayak gitu. Tugas numpuk, tulisan chapter 35 yang baru selesai malam ini wkwkwk. Dan satu lagi! Anathy masih agak malu update cerita ini didepan akun" yang kemarin minta Anathy unpub ff ini. Hahahaha. Kalo kalian baca, maaf ya ... Anathy gak nurutin keinginan kalian buat unpub ff ini. Hehehe.

Makasih juga buat yang kasih saran ya!!! Dengan sepenuh hati Anathy akan berusaha keras untuk membuat tokoh, alur, dan plot ff cukup sempurna (semoga aja). Saran kalian berguna banget lhooo^^ makasih yang udah dukung ff ini sampai chapter sekarang yaaa.

Anathy gak tau harus ucapkan terima kasih kayak gimana lagi. Karena cuma dunia oren dan menulis ff ini yang bikin Anathy bahagia, termasuk baca" komentar dan notifikasi vote dari kalian ❤

See you di chapter berikutnya.

(seperti biasa, jika ada kekurangan tolong komentar! Dengan begitu Anathy akan memperbaikinya^^)

Look at me! || WMMAP FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang