{Chapter 26}

591 86 8
                                    

Aku mengerjapkan mata berkali-kali, melenguh kecil ketika semuanya sudah mulai bisa kukenali. Ini adalah kamarku, apakah aku sudah berada di Istana Emerald? Sepertinya iya.

"Tuan Rovein ... lalu, bagaimana dengan Yang mulia? Apakah dia baik-baik saja?"

Helaan napas dari Felix cukup terdengar dari sini, sepertinya mereka tidak menyadari bahwa aku telah sadar. "Yang mulia mengalami benturan yang cukup fatal ... kemungkinan besar—"

"Tuan putri!" Suara nyaring Lily membuatku seketika menoleh kearahnya, aku menatap sayu kearah mereka berdua. Entahlah ... Aku tidak tahu bagaimana keadaan Papa ataupun Herina.

Aku terlalu lemah meski hanya sekedar untuk bangkit. "Tuan putri ... anda sudah sadar?" Aku tidak menjawab, juga tidak menggangguk. Rasanya seluruh tubuhku sangat sakit.

"P-papa ...?" Hanya satu kata itu yang bisa kupanggil dan kusebut. Seketika juga Lily dan Felix saling bertatap pandang dengan mimik wajah penuh kekhawatiran.

Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaan Papa dan Herina. Kuharap mereka baik-baik saja setelah insiden jatuhnya kereta kuda kami ke jurang. "Yang mulia ... masih istirahat di ruangannya, Tuan putri."

Helaan napas keluar secara sengaja lewat mulutku. Aku hanya mampu untuk mengangguk lemah. "Herina?" Lagi-lagi pertanyaanku cukup membuat Lily dan Felix kembali merasa khawatir.

Apakah ... Ada sesuatu yang terjadi kepadanya? Jangan sampai ... Jika Herina tidak ada, bagaimana dengan hidupku nantinya?

"Tuan putri Herina ... masih belum sadar juga dari—"

"Juga? Apakah ... Papa juga belum sadar? Itukah maksud kalian?" Masa bodoh dengan rasa sakit ini, aku memaksakan diri untuk bangkit dari posisi tidurku menjadi duduk. Meminta jawaban dari kedua individu yang berdiri dihadapanku ini.

Aku mengernyitkan dahi, peluh membasahi seluruh tubuhku. "Jawab aku!" Sedikit menaikkan intonasi nada bicara, kulihat Lily yang menatapku penuh kecemasan. "T-tuan putri ... anda perlu kembali istirahat, tenang—"

"Kau mengatakan diriku untuk tenang, seolah semuanya akan baik-baik saja? Kenapa Lily? Apakah ada sesuatu yang terjadi kepada Papa dan Herina? Dan kalian tidak memberitahuku?"

Pertanyaan bertubi-tubi mulai kukeluarkan untuk Felix atau Lily. Setidaknya ... Berikan aku jawaban untuk mengetahui kondisi mereka. Keluargaku yang berharga ....

Kulihat Lily mengisyaratkan sesuatu kepada Felix lewat pandangan keduanya. Felix seketika mengangguk, kemudian menatapku sekilas dan memilih untuk angkat kaki dari ruang kamarku.

Kini, tatapanku hanya tertuju pada Lily, berharap dia bisa memberikanku jawaban atas semua ini. "Lily ... kumohon ...," ucapku lirih. Aku harap, mereka berdua baik-baik saja. Aku hanya ingin mereka bisa kembali menjalani hidup yang normal.

"Tuan putri ... kembalilah berbaring, kalau begitu saya berjanji akan memberitahu kondisi Yang mulia dan Tuan putri sebagai jaminanya, tapi anda harus beristirahat kembali."

Aku awalnya ragu, namun karena mendengar perkataan Lily yang cukup membuatku tenang, akhirnya mau tidak mau aku kembali berbaring.

Kenapa tubuh ini sangat lemah? Bahkan terjatuh begitu saja ... Aku sangat sulit untuk bergerak. Lily mulai menaikkan tinggi selimut ini sebatas dadaku.

"Tutuplah mata anda, Tuan putri." Aku tidak merespon ucapannya. Hanya menuruti perintah yang dia katakan, lalu kembali memulai untuk menutup mata. Kuharap kabar bahagia tengah menanti saat ini.

•••

"Kondisinya semakin memburuk ... bahkan Tuan putri Herina dan Yang mulia masih—"

"Jangan di sini, Seth ...."

Athanasia melirik kedua pelayan pribadinya dengan pandangan yang sulit diartikan. Gadis itu kini tengah menyantap sarapan paginya dengan pandangan lesu tanpa semangat. Lily dan Seth memandang Athanasia, namun dengan cepat gadis itu memalingkan pandangan.

Mereka masih tetap bersikeras untuk Athanasia tidak mengetahui kabar tentang Claude dan Herina. Apakah ... Kondisi mereka begitu buruk? Sungguh, Athanasia hanya membutuhkan jawaban itu.

Sudah tiga minggu terlewatkan, tidak ada seseorang yang bisa menemaninya. Lucas sibuk dengan membantu penyembuhan Claude juga saudari kembar Athanasia.

Apakah, sangat sulit untuk disembuhkan?

Menghela napas pelan, sudah tidak memiliki gairah untuk kembali menyantap sarapannya. Padahal, telur orak-arik dengan salmon asap dan parutan jamur truffle adalah salah satu santapan pagi kesukaannya.

Athanasia tidak membutuhkan sesuatu untuk hidup, jika tidak ada Claude dan Herina disekitarnya. "Hei, kenapa tidak dihabiskan?" Mengerjapkan mata berkali-kali, ketika lamunannya buyar saat
mendengar seseorang tengah berbicara padanya.

"L-lucas?" Athanasia mendongak, menatap kekasihnya ini dengan pandangan sendu. "Hei, tenanglah ... mereka akan baik-baik saja." Seolah mengerti, Lucas dengan cepat merengkuh tubuh Athanasia erat, menyalurkan kehangatan kepada gadis tersebut.

Athanasia masih ragu. Namun, secara perlahan dirinya naik turun mengangguk-angguk. "Apakah ada perkembangan tentang Papa dan Herina?" Menghela napas kasar, sebenarnya sama sekali tidak ada perkembangan secelahpun untuk Lucas info'kan kepada Athanasia.

Tidak mendengar jawaban apapun, seakan membuat Athanasia lebih dulu tahu apa jawaban dari pria bermanik merah ini. "Tidak, ya ...?"

Alih-alih menjawab, Lucas lebih memilih untuk mengusap punggung Athanasia pelan. "Sudah, aku akan duduk disebelahmu untuk menemani. Habiskan sarapannya, ya?" Athanasia ikut menghela napas pelan, kemudian mengangguk kecil.

Keluarganya saat ini sedang membutuhkan semangat dari Athanasia. Setidaknya ... Biarkan dia yang menjadi seseorang yang selalu ada untuk Claude dan Herina di masa-masa sulit ini.

A/n: Hari minggu ini, Anathy sudah update lima chapter sekaligus, lhooo 😆 Sebagai apresiasi kepada Anathy supaya lebih semangat untuk update. Bisa drop vote dan komentarnya? Terima kasih^^

❤❤❤

Untuk pemeran pria pendamping Herina (eak) kayaknya Anathy akan membuat tokoh baru ya, hehehe. Tapi kita harus buat Herina bangun dulu dari masa tidur panjangnya, owky? ❤

Look at me! || WMMAP FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang