{Chapter 21}

668 81 49
                                    

A/n: Gak apa apa, lah ... Gak tercapai target, yang penting aku bahagia bisa update awokaowokawok.

.
.
.

"Claude ...."

Samar-samar dirinya mendengar seseorang yang tengah memangil namanya sendiri. Kemudian mengerjapkan mata berakali-kali dan segera mengubah posisi menjadi bersimpuh.

Lagi dan lagi, entah sudah keberapa kalinya dia berbaring diatas sofa berukuran sedang yang berada di ruangan kerjanya ini. Mengusap belakang lehernya pelan, sebelum manik kristal cerah itu bersitatap dengan fatamorgana Diana, mendiang istrinya.

"D-diana ...?" Dengan terbata, tangan kananya ingin meraih, meletangkan kedepan seolah ingin sekali menyentuh kulit mulus nan putih tersebut.

Tapi rasanya bahkan mustahil, semua ini tidak ada artinya. Diana hanyalah fatamorgana yang muncul setiap kali dirinya merasa kelelahan.

"Tidak, tidak ... tolong jangan dekati aku, aku janji tidak akan pergi cepat seperti ini." Claude yang berniat berdiri untuk mencoba merengkuh tubuh Diana, seketika langsung mengurungkan niat.

Memilih kembali duduk dengan santai, mencoba mengerti dan mulai mendengarkan Diana. "Kenapa kau datang lagi?"

Tidak mendapatkan jawaban, Diana hanya tersenyum dengan manis dan sedikit berjalan mundur. "Berbaringlah, Rajaku. Aku akan menceritakan sesuatu yang bisa mengubah hidupmu."

Claude mengernyitkan dahi, namun rasa ketakutan kehilangan Diana lebih besar daripada rasa penasaran. Dengan segera membaringkan tubuh itu, dengan pandangan yang menatap Diana di depan sana.

"Ya, begitu lebih baik."

Claude senang, ketika mendapati senyuman bahagia dari Istrinya itu. Sudah lama rasanya, tidak ada lagi Diana yang selalu melengkapi hidup yang penuh kecanggungan itu.

"Aku bersyukur kau telah membawanya kemari. Tindakanmu untuk Herina adalah yang terbaik, Rajaku."

Sedikit dibuat terkejut, nyaris kembali mengubah posisinya jika saja Diana tidak menyangkalnya dengan cepat. "Tidakkah dirimu percaya? Aku sedih ketika Athy mengadu kepadaku, Papanya mengabaikan dia karena terlalu fokus kepada Nona Maghrita."

"Dia ... mengadu?"

"Athanasia tidak tahu aku, namun dia selalu mengatakan itu didalam hatinya. Kau tahu? Aku selalu berada dihatinya, Claude." Dengan rasa aneh, Claude lagi-lagi mengangguk, ketika menyadari bahwa Diana telah memanggilnya dengan nama.

Helaan napas terdengar. Entahlah, apakah ini mimpi atau ilusinya. "Herina adalah Kakak terbaik yang pernah aku temui, Claude ... bukankah kau mengenal mata itu?"

Mengangguk. Claude masih menerima seluruh cerita yang Diana terangkan kepadanya.

"Bukankah ... Rina dan Athy perpaduan yang pas? Dia iras denganku, juga denganmu."

Claude bangkit, mengubah posisinya dan memilih untuk menghiraukan perintah Diana. "Sebelum kabarmu datang padaku, bahwa kau telah tiada. Kau sempat menghilang dariku, kemana dirimu?"

Diana menggelengkan kepala. "Jangan mendekat. Kendalikan emosimu, aku melakukan itu untuk Herina dan Athanasia." Claude menggelengkan kepalanya kuat. "Kau sungguh membuatku frustasi. Kenapa kau tidak bisa abadi untuk selalu berada diposisiku?"

Dengan langkah cepat Claude memeluk fatamorgana Diana, berusaha menyentuh mendiang sang Istri dengan cepat. Malam ini, bagaikan malam yang panjang.

Semoga hari esok benar-benar berubah total.

•••

Hari ini adalah hari terbaik, entahlah Athanasia pikir Herina orang yang cukup menyenangkan. Pada akhirnya, Athanasia tidak lagi merasa kesepian ketika akan tidur. Ada Herina yang selalu disampingnya.

Look at me! || WMMAP FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang