S2: {Chapter 32}

516 62 3
                                    

A/n: Sepertinya hari ini tidak ada double update :(

"Tuan putri ... Tuan putri Adrien dari kekaisaran Leighton mengirimi anda surat." Athanasia merengap, kemudian menatap pelayan wanita yang tengah berdiri didekat pintu kamarnya yang memang tengah terbuka.

Mengangguk kecil, kemudian mengambil alih benda berwarna putih polos tersebut. "Kau bisa pergi," perintahnya yang kemudian diikuti.

Sangat lucu, meski begitu Athanasia masih bisa memerintah orang lain. Padahal ... Tinggal dalam hitungan jari, dirinya mungkin akan satu derajat dengan pelayan tadi.

Melangkah untuk menuju tempat tidurnya kembali, kemudian membuka surat pemberian dari sahabat lamanya. Isinya monoton, tidak ada apapun, hanya sekedar saling bertanya bagaimana kabarnya.

Jika ditanya demikian ... Haruskah Athanasia jujur, bahwa selama ini hidupnya jauh dari bahagia? Tidak mungkin. Hubungan keduanya tidak begitu dekat. Mungkin saja Putri dari kerajaan lain hanya merasa kasihan menatapnya.

Maka dari itu, mereka mengirimkan surat untuk Athanasia agar gadis ini merasa baik-baik saja. Lagipula ini semua tidak ada artinya, sebagaimana mereka bertanya, tentu Athanasia akan menjawabnya dengan kebohongan.

Jiia dipikir kembali ... Untuk apa Athanasia masih berada di sini? Bahkan tidak ada lagi yang memandangnya, seolah hidup memang sangat hampa.

Haruskah dia pergi dari Istana Emerald? Dirinya bukan lagi seorang putri. Semuanya milik Zenith, hanya itu kesimpulan kecil dan jelasnya. Benar ... Sepertinya keputusan untuk pergi adalah yang paling baik.

Lucas tidak perlu tahu, begitu juga dengan Anastasius, Zenith, Lily, dan Felix. Mereka tidak akan pernah mengerti sekalipun. Tidak ada lagi hal yang menyenangkan di dunia ini.

Hanya kekangan yang bisa Athanasia dapat. Contohnya seperti hari ini, perpustakaan pribadi miliknya, tiga kebun mawar yang dia miliki, semua akses itu hanya milik Zenith sekarang.

Bahkan sepertinya, kamar yang ditempati Athanasi ini juga milik Zenith. Dirinya hanya penumpang yang tidak tetap. Kita lihat sampai kapan Anastasius mengizinkannya untuk tinggal lebih lama.

Selepas itu, Athanasia akan lebih pergi dahulu dibandingkan menerima keputusan dari Raja Obelia sekarang. "Maaf ... aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk kembali mengambil Obelia. Semuanya bukan lagi urusanku, aku menyerah sekarang."

•••

Aku mengeratkan genggaman lengan ini kepada gaun yang kugunakan. Rasanya tidak nyaman, gaun indah yang pernah Ayah berikan kepadaku, ralat ini milik Athanasia, tapi kenapa pria dihadapanku ini mengambilnya?

Tidak, kupikir Paman berbohong. Dia bukan Ayahku, matanya yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia memang Ayahku. Ayah kandungku adalah Claude, raja Obelia sebelumnya.

Sungguh, aku tidak ingin kembali ke sini. Bahkan dia berkata, bahwa Istana Emerlad adalah milikku seorang, semuanya telah menjadi milikku. Padahal jelas-jelas aku dan dia tidak saling mengenal.

Apa tujuan dari rencananya? Apakah dia bersikap baik karena aku telah membantunya mencelakai Ayah? Sungguh, demi apapun aku tidak pernah tahu bahwa rencananya dia akan mengambil tahta dari Ayah.

"Bagaimana pagimu? Menyenangkan untuk hari ini?" Jelas bagimu menyenangkan, namun bagiku sama sekali tidak menyenangkan. Kau telah membunuh Ayahku, dan kau juga telah mengambil tahta yang akan menjadi milikku.

 Kau telah membunuh Ayahku, dan kau juga telah mengambil tahta yang akan menjadi milikku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum simpul sebagai formalitas, tidak lebih. "Tentu, pagiku ... sangat menyenangkan." Aku mengalihkan pandangan, ketika dia tiba-tiba saja tersenyum kearahku.

Hei, tidakkah kau melihat jika aku merasa tidak nyaman dengan pakaian ini?

Ini milik Athanasia, meski begitu aku masih memiliki perasaan tidak suka kepadanya. Jika memang kau seorang raja, apa tidak mampu hanya memesankan aku gaun yang baru dan lebih indah, dibandingkan memakai pakaian impresi seperti ini.

"Kau ingin kita menghabiskan waktu bagaimana?" Aku mengernyitkan dahi. Kenapa pria ini memiliki tingkat percaya diri sangat tinggi? Aku? Menghabiskan waktu dengannya? Dia sedang tidak bercanda, bukan?

Aku memang menginginkan kasih sayang seorang keluarga. Namun, bukan berarti aku haus kasih sayang dari orang lain yang mengaku sebagai Ayahku. Bagaimanapun juga, kini dia penguasa terbesar Obelia, mau tidak mau aku juga tidak akan mampu membatahnya.

"Menurut anda, apa yang menyenangkan untuk dilakukan hari ini?" Benar, bertanya balik kepadanya bukanlah ide buruk. Kulihat jika dia sedikit berpikir, kemudian kembali membuka suara dengan helaan napas berat. "Aku sama sekali tidak memiliki ide cemerlang."

"Begitu pun dengan saya, jika begitu ... bisakah saya pamit undur diri, Yang mulia?" Kulihat wajahnya sedikit berubah, menjadi lebih masam. Kau terlihat lebih jelek dari biasanya Tuan.

Aku membungkuk hormat, kemudian melangkah untuk pergi dari hadapannya. Syukurlah ... Setidaknya aku jauh dari jangkauannya untuk saat ini. Aku bisa bebas mengitari Istana Emerald sepuasku.

Namun, pandanganku kini berubah, melewati kamar Athanasia yang pintu utamanya sedikit lebih terbuka. Memang bukan urusanku, untuk apa aku mengintipnya dari sini.

Kami tetap masih menjadi rival. Dia adalah tokoh utama yang membuat kedekatanku dengan Ayah menjadi renggang. Sekarang hanya dia yang tersisa, kudengar saudari kembarnya sudah mati. Oh, Athanasia yang malang.

Birama gaduh yang tercipta dari dalam kamarnya, mau tidak mau membuatku semakin penasaran apa yang tengah dia lakukan. Akhirnya, dengan penuh kebodohan aku mengintip Athanasia yang tengah sibuk sendiri itu.

Hei, tapi apa yang akan dia lakukan? Kenapa ... Dia seperti tergesa-gesa untuk melakukan sesuatu?

Kupikir ... Dia tidak akan kabur dari Istana, bukan? Atau ... Mungkin mengakhiri hidupnya dengan cara menenggelamkan diri di Danau?

Ah ... Entahlah, biarkan saja Anak itu melakukan hal bodoh. Lagipula dampaknya untuk dia sendiri, bukan untukku.

Aku akan kembali melangkah, sebelum lagi-lagi mendengar suara yang membuatku menghentikkan langkah ini.

"Zenith ... bisakah kau menolongku?"

Aku mengernyitkan dahi. Aku? Menolongnya? Untuk apa?

A/n: yang penasaran sama Athy, tunggu besok ya ehehehehehehe.

Maaf, Anathy suka gantungin :( tapi itu hobi Anathy sekarang 😈😆🖖

Look at me! || WMMAP FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang