BAGIAN 23 : ADA APA DENGAN BELLA?

707 27 6
                                    

F R I E N D Z O N E
.

.

"Aku pikir, kamu akan memilihku meski hanya sebatas sahabat. Pada akhirnya aku sadar, aku dikecewakan oleh harapanku sendiri dan kamu ga pernah salah"
.

SELAMAT MEMBACA
~~~

"E-eh Dokter Rian?," Jawabku terbata, Alex terlihat khawatir saat melihat wajah Reina yang panik

"Dokter?," Revan terlihat berjalan mendekat ke arah Reina dan Alex

Dr. Rian mengerutkan alisnya bingung, ia menatap Reina yang terlihat sangat gelisah, seolah ada sesuatu yang tidak ingin ia katakan. "Siapa Rein?," Revan kembali bertanya matanya tak lepas menatap ke arah Reina dan Dr. Rian secara bergantian

"I-tu...,"

Dr. Rian tersenyum simpul kemudian tersenyum lebar setelah mengerti kondisi yang sedang terjadi saat ini "Ahh, kenalin nama saya Dr.Rian Kusumo. Dokter keluarganya Reina," Jelas Dr. Rian

"Benarkah Rein?" Tanya Revan meminta penjelasan. Reina mendongak guna menatap Revan, lalu tersenyum kaku "I-iya, Dr. Rian ini Dokter keluarga gue," Jawabku menjelaskan. Revan mengangguk mengerti lalu tersenyum menyapa Dr. Rian.

"Kalau begitu ayo kita pergi, keburu malam," Ajak Alex setelah terdiam cukup lama. Reina kemudian mengangguk dan berpamitan kepada Dr. Rian dan berlalu menuju parkiran.

"Kamu gapapa sendirian?," Tanyaku khawatir sambil menatap Alex lembut. Alex tersenyum kemudian mengelus rambut Reina dengan sayang "Gapapa, lagian ada Bibi yang nemenin ko,"

"Ayo, Rein" Ujar Revan

"Kalau gitu aku pulang dulu ya, kamu jangan lupa istirahat,"

Alex mengangguk "Hati-hati dijalan, Rev gue titip Reina ya," Ujarnya yang di acungi jempol oleh Revan. Reina kemudian masuk kedalam mobil, Revan menurunkan jendela mobil "Kita pulang dulu ya Lex, titip salam buat nyokap lo kalau udah sadar," Ucap Revan kemudian menjalankan mobilnya. Alex melambaikan tangannya dan berlalu masuk kedalam

~~~

Pelajaran hari ini cukup melelahkan, aku merapihkan buku pelajaran dan memasukkan kedalam tas. Aku menengok ke arah Bella yang sedari tadi hanya terdiam hingga waktunya pulang, dari raut wajahnya terlihat dia sedang tidak mood untuk berbicara dengan siapa pun. Di kelas hanya tersisa kami berdua, Revan sedang meminta meminta izin ke ketua eskul nya, karena ia sudah berjanji akan mengantar ku kerumah sakit menengok mami Alex. Sedangkan Alex izin tidak masuk sekolah, untuk menjaga mami nya.

"Bel, lo mau ikut sama gue dan Revan ke rumah sakit nengokin maminya Alex ga?," Tanyaku memberanikan diri membuka obrolan. Bella menatapku sebentar lalu kembali membuang mukanya dan beranjak pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaanku. Aku ikut beranjak mengejar Bella yang terlihat sangat marah "Bel, lo kenapa?," Tanyaku

Bella menghentikan langkahnya kemudia menatapku dengan pandangan tak suka "lo kenapa?," Tanyaku sekali lagi

"lo pikir sendiri," Ujarnya kembali melegang meninggalkan ku. Sungguh, aku merasa bingung dengan situasi seperti ini, tetapi kenapa Bella marah terhadapku? Aku kembali mengejar Bella dan meraih tangannya. Dia menyentakkan tanganku dengan kasar, lalu menatapku dengan sangat dingin.

"Lo ga punya otak ya?," Ujarnya sangat kasar terhadapku, aku memandangnya tak percaya.

"Lo kenapa sih!," Aku kembali bertanya dengan nada yang kesal karena ia mengataiku tidak punya otak. Kemudian ia tersenyum sinis memandangku "Lo emang ga punya otak ya, lo masih aja deket-deket sama cowo yang udah punya pasangan,"

Friendzone [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang