Epilog : DONG

1.2K 141 27
                                    

Waktu katanya terasa begitu lama untuk orang yang menunggu dan waktu katanya terasa begitu sebentar untuk orang yang menikmati. Perjalanan panjang hidup manusia yang penuh lika liku dan luka. 

Rasanya, bahkan tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang kehidupannya tidak mengalami lika-liku dan luka. 

Semua manusia pernah terluka, pernah ternoda, pernah berdosa dan pernah begitu salah di mata manusia lain. 

Sederhananya, semua manusia tidaklah sempurna. 

Jika dihitung-hitung, sekarang sudah 3 bulan sejak terakhir kali dengingan panjang EKG masuk ke indera pendengaran mereka. 

Rasa frustrasi itu masih tertinggal biar pun semuanya sudah berlalu, rasa takut itu kadang kala masih kerap timbul, bahkan meskipun ketakutan mereka tidak lagi menjadi nyata.

"Bu rini, pak damar. Terimakasih banyak." Laki-laki yang usianya nyaris senja itu menyeka matanya yang basah, setelah semua masalah selesai, laki-laki yang menjabat sebagai kepala sekolah begitu lama itu terlihat begitu tenang dan bahagia. 

"Saya akhirnya bisa pensiun dengan hati yang lapang." Kepala sekolah menghela napas panjang, kemudian menatap dua siswanya yang membuatnya pusing bukan main.

"Sadewa, maafin bapak yaa, pas kamu masuk bapak malah pergi." kepala sekolah itu melemparkan senyumannya, kepada sosok Sadewa yang berdiri tegak di sebelah Nakula. 

Waktu berlalu sangat cepat, kepala sekolah tentu masih ingat bagaimana keajaiban itu bekerja dengan begitu luar biasa, membuat siswa yang sangat dibanggakannya berjuang sekali lagi dan mampu berdiri tegak di hadapannya sekarang.

Semuanya menjadi terlampau baik-baik saja ketika keajaiban itu datang. 

Bima yang pulih dengan cepat dan mengatakan penyesalannya, Srikandi yang mencoba untuk lebih lapang dan lebih tangguh lagi, Nakula yang begitu bersyukur karena mampu menolong saudaranya, Bapak dan Ibu yang memulai lembar baru bersama anak-anaknya, Sadewa yang berjuang sekali lagi untuk tetap hadir di tengah-tengah keluarganya, Pandu dan Arfin yang mendukung sahabat mereka begitu banyak dan besar, Arjuna yang memutuskan melamar Srikandi, para dokter yang bahagia karena pasiennya pulih, Damar, Rini dan kepala sekolah yang lega karena semua kasus itu menjadi begitu terang dan jelas.

Tentang memahami yang terkadang menjadi pekerjaan yang begitu berat. 

Tentang kepekaan yang terkadang terasa menjemukan karena tak kunjung menemukan titik terang. 

Sadewa sudah jauh lebih terlebih dahulu untuk memahami dan memahamkan, bahwa hidupnya adalah jalan menuju sebuah tujuan yang akan dia capai, bahwa dalam hidupnya pastilah selalu ada ujian. 

Sadewa memahami, bahwa keluarganya begitu kesulitan dan kepayahan, mencoba untuk tidak banyak menuntut dan memilih banyak memberi. 

Bima memahami, bahwa keluarganya kesulitan karenanya, memahami bahwa dia hanyalah anak yang membuat keluarganya kerepotan, karena pemahaman itu Bima menjadi naif dan menipulatif, menjadi rendah diri dan sudah selayaknya manusia pada umunya, Bima menjadi takut ditinggalkan. 

Srikandi memahami bahwa dia adalah anak sulung yang sangat diandalkan bapak dan ibunya, menjadi jembatan untuk adik-adiknya, Srikandi memahami bahwa menjadi tegas dan teguh pendirian akan membuatnya tangguh, Srikandi memahami bahwa dia diandalkan, namun Srikandi kesulitan sehingga Srikandi memilih mendengar cerita dari satu sudut pandang. 

Nakula memahami, bahwa Bima terlalu banyak mendapatkan perhatian, Nakula memahami bahwa jika berpihak kepada Bima akan membuatnya mendapat perhatian juga dan Nakula memahami bahwa berada di pihak Bima sangatlah sulit, apalagi Nakula dipaksa mengkhianati saudara kembar sendiri. 

Bapak dan ibu memahami, bahwa kehidupan mereka sulit, sehingga mereka bekerja begitu keras dan menyerahkan urusan anak-anaknya kepada Srikandi dan Bima yang dianggap cukup dewasa. 

Pandu dan Arfin memahami, bahwa sahabat mereka berada dalam kesulitan, sehingga mereka sekuat tenaga membantu meskipun sempat berpaling untuk sesaat sebab rasa tidak percaya. 

Arjuna memahami, bahwa Srikandi kesulitan menangani adik-adiknya, sehingga Arjuna datang menjadi kakak pengganti bagi Sadewa yang dilanda kesepian begitu banyak.

Ini tentang memahami, yang terkadang begitu sulit, bahkan tidak jarang mendapatkan pemahaman yang salah.

Ada satu hal yang harus diingat. Bahwa pemahaman membutuhkan komunikasi yang baik agar tidak ada pemahaman yang salah. 

END

DONG [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang