FIRASAT

132 8 0
                                    

"Firasat ku ternyata benar, lo nggak mungkin ngelakuin itu. Karena gue kenal lo"

~Langit Alden Dakara~

-oOo-

Saat sekolah sudah mulai sepi, Tera mulai mengerjakan hukumannya. Kali ini dia memilih koridor kelas XI terlebih dulu. Dia tadi sudah menghubungi Bu Dian, dan beruntungnya Bu Dian mengerti kondisinya.

Tangan kanannya memegang sebuah alat pel, sementara tangan kirinya memegang sebuah ember berwarna merah. Tera mengisi ember itu dengan air keran yang ada di depan kelas. Mencuci alat pel itu dulu sebelum digunakan. Tera tadi mengambilnya dari ruang alat kebersihan yang dekat dengan gudang. Setelah dirasa bersih, Tera kembali mengisi ember itu dengan air dan mulai mengepel koridor kelas XI.

Langit baru saja keluar dari ruang kelasnya, langkahnya terhenti saat ia melihat tubuh gadis yang berstatus pacarnya itu tengah serius menjalankan hukumannya. Semenjak kejadian tadi siang pacarnya itu semakin di benci oleh teman kelasnya.

Sebenarnya Langit juga sedikit tidak percaya kalau Tera melakukan hal itu, semenjak gadis itu menjadi kekasihnya Langit tahu betul sifatnya. Dan kejadian tadi siang seperti bukan Tera sekali. Dan ternyata semua firasatnya itu benar, saat Vian menceritakannya pada Langit.

Flashback

Pelajaran fisika di jam terakhir itu sangat-sangat membosankan, ditambah cara Pak Hadi menerangkan materi yang tidak jelas sama sekali. Beliau seperti berbicara dengan papan tulis, bukan dengan siswa-siswanya. Sungguh Langit bisa mati kebosanan di sini.

Drrrtttdrrrtttt… namun tiba-tiba ponsel di sakunya bergetar. Langit melihat ada sebuah pesan masuk dari Vian. Kenapa nih anak harus ngechat, padahal dia duduk di belakang gue batin Langit.

Karena rasa penasarannya Langit membuka pesan itu.

Vian : Lang ada yang perlu gue omongin sama lo, urgent. Kita ngomong di gudang deket kamar mandi aja. Lo izin aja dulu nanti gue nyusul.

Dahi Langit mengerut, apa yang akan dibicarakan oleh Vian sampai-sampai dia mengatakan kalau itu urgent. Tanpa pikir panjang Langit langsung berdiri dari bangkunya dan meminta izin ke Pak Hadi untuk ke toilet sebentar. Setelah mendapat izin, Langit segera berjalan keluar kelas dan menunggu Vian di gudang.

Seperti apa yang diucapkan Vian, tak lama setelah itu Vian datang. “Mau ngomong apa ?” tanya Langit tanpa membuang waktu lagi.

“Tera nggak ngambil handphone Via” ucap Vian dengan jelas tanpa keraguan.

Langit mengernyitkan dahinya, dia masih tidak bisa percaya dengan omongan sahabatnya. “Kenapa lo ngomong gitu ? Padahal udah jelas handphone Via ada di lokernya.”

“Gue liat sendiri pelakunya Lang, dan lo tau siapa yang ngelakuin hal bejat itu. Gilda Andara, cewek yang selalu nempel sama lo” Langit mematung, hah masa sih Gilda. Langit masih sulit untuk mencerna ucapan Vian.

“Tadi istirahat kedua gue kan bilang sama lo sama Ray kalo hp gue ketinggalan di kelas, nah saat gue balik itu gue liat Gilda ngambil hp Via di kolong mejanya terus buka loker Tera dan naruh hp itu di sana” terang Vian.

“Gue lihat di sana nggak ada siapapun, Tera juga nggak di kelas.” Tambah Vian.

“Gue di sana diem aja, ngelihatin apa yang dilakuin Gilda. Waktu dia udah mau keluar kelas, gue balik ke kantin lagi nemuin kalian dan gue gak jadi ambil hp gue. Dan di jalan gue papasan sama Tera, dia bawa air mineral. Kayaknya dia habis dari kantin.”

Lenteranya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang