LANGIT YOGYAKARTA

99 9 0
                                    

"Langit berwarna keunguan penyimpan semua kenangan, Langit Yogyakarta"

~Kay~

-oOo-

“Gil, ayo” ajak Nanta saat Gilda masih duduk anteng di boncengannya. “Eh iya” Gilda yang baru saja sadar dari lamunannya langsung turun dari sepeda motor Nanta.

Sekarang ini keduanya tengah berada di Jalan Malioboro. Nanta tadi yang menjemput Gilda di rumahnya, katanya dia mau ngajak Gilda ke suatu tempat. Yang sebenarnya terjadi adalah Nanta tidak ingin gadis di sampingnya ini terus-terusan murung, bahkan ini sudah sebulan lebih dan Gilda tetap saja sering melamun.

“Ngapain ke sini ?” tanya Gilda dengan melihat sekelilingnya, Malioboro. Dia sudah tidak asing dengan tempat ini, karena Gilda lahir di Yogyakarta itu membuatnya sering menghabiskan masa kecilnya di kota penuh kenangan ini.

“Daripada lo ngelamun terus gak ada faedahnya mending ikut gue cari kuliner di sini, secara lo kan anak Yogyakarta asli jadi lo udah tau dong makanan yang enak-enak disini.” Ucap Nanta dengan senyum lebarnya.

“Kenapa lo nggak ajak Lentera aja, dia juga anak Yogyakarta asli. Bahkan rumahnya deket dari sini, dia lebih tau dari gue. Lagian lo lebih deket sama dia” balas Gilda dengan menatap bingung laki-laki di depannya.

“Gue maunya ngajak lo, gimana tuh” jawab Nanta dengan muka jahilnya, “Lagian gak enak udah ada pawangnya, nanti nggak bisa dibaperin dong” “Dasar kurang ajar, sini lo !” Dan terjadilah aksi kejar-kejaran, Gilda nampak sangat kesal saat Nanta selalu bisa menghindari pukulannya. Mulutnya bahkan mendecak dari tadi, sumpah serapah itu selalu mengalir dari bibirnya.

Gilda mencoba menetralkan napasnya, tangannya dia tumpukan pada lututnya. Beberapa tetes keringat mulai menetes dari pelipisnya. Tak jarang juga tangannya mengusap keringat yang akan menetes dari dagunya.

Nanta terkekeh geli melihatnya, gadis yang mengejarnya ternyata kelelahan. Tatapan lelah dan kesalnya sangat lucu batin Nanta. Dengan perlahan dia mendekati Gilda, tangannya dia biarkan menggantung indah di pundak kiri Gilda. “Ayo cari minum, sekalian cari makan” ajak Nanta dengan tatapan tak berdosanya.

Gilda masih saja menggerutu kesal namun tak urung dia juga mengikuti ajakan Nanta, tenggorokannya sudah kering kerontang dia butuh sesuatu yang bisa mendinginkan tenggorokannya. “Gak mau tau gue, pokoknya lo kudu harus traktir gue” ucap Gilda mengancam.

Nanta tersenyum lebar,’Iya iya gue traktir. Beli sesuka lo, nanti gue yang bayar” Kini berganti senyum lebar itu juga ikut menular pada wajah Gilda. “Yes, makasi Nanta.” Sekarang yang bersemangat malah Gilda, dia terus saja menarik Nanta agar berjalan lebih cepat.

Tak terasa keduanya sudah menghabiskan waktu bersama dan tersenyum lebar bersama. Dengan latar sunset dan warna langit yang ke-unguan menghiasi kota Yogyakarta, keduanya membuat kenangan bersama. Kenangan tentang kedua hati yang mulai menerima takdir Tuhan.

-oOo-

Di tempat lain…

Tin..tin…

Suara klakson itu membuyarkan kegiatan Tera yang sedang bermain ponselnya, senyumnya merekah orang yang ditunggunya sudah datang. “Lama ya, maaf tadi ada kecelakaan di jalan jadi macet” “Nggak papa kok, yang penting kamu baik-baik aja” Langit tersenyum mendengar respon kekasihnya.

Langit menarik tubuh Tera agar lebih dekat dengannya, tangannya dengan cekatan memasangkan helm berwarna biru yang dibawanya dari rumah di kepala Tera. Click… helm itu sudah terpasang dengan benar, “Ayo naik” ucap Langit pada Lentera dengan memberikan satu tangannya untuk membantu kekasihnya naik karena sepeda motornya yang terlalu tinggi. Tera mengangguk dan segera naik di boncengan motor Langit. Setelahnya Langit mulai menancap pegas sepeda motornya membelah jalanan Kota Yogyakarta.

Hari ini Langit mengajak Lentera untuk main ke rumah ibunya, dia sudah mengatakannya kemarin. Sebenarnya Langit sangat ingin menemani Tera kontrol, tapi latihan futsalnya tidak bisa dia tinggalkan. Jadi sebagai gantinya Langit mengajak Tera ke rumahnya di minggu sore yang indah ini, sekaligus berkenalan dengan bundanya.

Langit melihat dari kaca spion, kekasihnya itu tengah gusar. “Bunda gue baik kok Ra, percaya deh sama aku bunda pasti bakal suka sama kamu. Jadi ngga usah khawatir oke” kata Langit dengan mengelus tangan Tera yang melingkar di perutnya.

Tera tersenyum mendengarnya, Langit-nya berusaha menenangkan nya. Dia jadi bisa lebih tenang sekarang, semoga semua yang diucapkan kekasihnya ini benar. Semoga bundanya Langit menyukainya.

Tak lama setelahnya, sepeda motor Langit sudah berhenti di depan rumah bundanya. Dia dan Tera turun dari sepeda motornya. Langit membuka gerbang rumahnya dan menuntun masuk sepeda motornya diikuti Tera di belakangnya. Tak lupa Tera membantu kembali menutup pagar itu.

-oOo-

Jangan lupa vote sama komennya

Yang kesel cuma dikit katanya, mohon dipending dulu karena author emang lagi pengen gantungin orang wkwkwk

See you soon

Stay safe semuanya

Byebye...
Kay:)

Lenteranya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang