HANYA SEMANGKUK MI KUAH

121 8 0
                                    

"Meskipun hanya mi kuah yang tak ada nilainya daripada makanan cafe, tapi aku bahagia. Karena kamu merasa bahagia berada di dekatku."

~Lentera Sava Amanta~

Playlist : Tulus - Cahaya

-oOo-

Bel pulang sekolah sudah menggema sejak 15 menit yang lalu, keadaan sekolah juga sudah mulai sepi. Akhirnya Tera memutuskan untuk melaksanakan hukumannya sekarang. Ya hukuman Tera untuk mengepel koridor belum juga usai.

Dia mulai mengisi ember berwarna merah itu dengan air dan mencampurkan beberapa mili sabun ke dalamnya.

Saat tangannya hendak mengangkat ember yang sudah setengah terisi air itu, sebuah tangan lebih besar dari tangannya lebih dulu meraih pegangan ember. “Eh..” Tera tersentak dan reflek menoleh.

Kalian tau apa yang dilihatnya ?

Sebuah senyum manis di wajah laki-laki yang disayanginya langsung menyambutnya. Bahkan Tera sampai terpana dan lupa waktu, betapa tulusnya senyum itu. Senyum yang selama ini dikaguminya, sekarang dengan mudahnya dia dapatkan.

“Langit” ujarnya, “Siniin embernya” ujar Tera dengan merentangkan tangannya.

Langit menggelengkan kepalanya, “Ayo gue bantu.” “Tapi kamu ada latihan futsal kan hari ini, udah jangan aneh-aneh” ucap Tera mengingatkan.

“Gapapa kali. Gue ga bakal dikeluarin gara-gara cuma nggak ikut latihan sekali. Udah, mau ngepel mana ?” kekeh Langit. Tera menghembuskan napasnya pasrah, laki-laki di depannya ini memang keras kepala sama sepertinya, “Mau ngepel koridor kelas XI” jawab Tera. “Ya udah ayo” ajak Langit.

Keduanya berjalan beriringan menuju tangga untuk sampai di kawasan kelas XI. Tapi sebelum itu Langit sudah mengambil alat pel lagi yang tempatnya ada di bawah tangga.

Keduanya mulai mengepel koridor kelas XI IPA, cukup melelahkan mengingat jumlah kelas di sana sekitar 8 kelas.

-oOo-

Setengah jam berlalu, akhirnya keduanya sudah selesai dengan kegiatannya. Keduanya kembali turun ke lantai bawah, kawasan kelas X untuk membuang air bekas pel dan mencuci alat pel yang mereka gunakan.

Langit sedang fokus mencuci alat pel saat Tera sedang membuang air itu di selokan.

Sreettt… byurr…..

Ups maafkan Tera, tangan yang memegang ember itu terlepas karena sabun yang masih terasa licin. Dan parahnya air itu mengenai celana kain Langit.

Langit hanya bisa melongo melihatnya, keduanya sama-sama shock. “Maaf Langit beneran ngga sengaja” sampai akhirnya ucapan Tera menyadarkan Langit.
Tera sangat takut Langit marah padanya. Bisa-bisanya dia ceroboh seperti tadi. Dia terus saja menunduk tidak berani menatap Langit. Nyalinya menciut.

Sampai pada akhirnya….

Byurrrr….

Cipratan air itu mengenai wajahnya, dan pelakunya tentu saja Langit. Dia sudah tertawa terbahak-bahak saat wajah Tera basah terkena air. Bahkan poni Tera ikut basah dan meneteskan air.

“Langit….!!!! Awas kamu ya, aku bales” ucap Tera dengan memposisikan tangannya untuk menampung air dari keran. Langit yang sudah tau apa yang akan dilakukan kekasihnya itu langsung berlari sejauh yang dia bisa.

Keduanya akhirnya larut dalam aksi kejar-kejaran itu. Keduanya tampak tidak memiliki beban, keduanya tertawa bahagia seakan-akan sudah lama mereka tidak tertawa selepas ini.

Lenteranya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang