PEMBELAAN TERA

145 9 0
                                    

"Aku akan baik-baik saja, saat Langit ku juga baik-baik saja"

~Lentera Sava Amanta~

-oOo-

Pemilik nama Langit Alden Dekara itu baru saja menginjakkan kakinya di sekolahnya, namun yang di dapatinya adalah semua orang yang sedang berbisik-bisik dengan menatapnya sinis. Berbanding terbalik dengan biasanya, dimana semua kaum hawa menatapnya dengan memujanya.

Huh… Langit menghela napasnya, dia tau berita itu pasti akan cepat tersebar. Lambe turah di sekolah ini memang sangat handal dalam menyebarkan berita-berita terkini. Dia mencoba menulikan pendengarannya, dan mencoba untuk tetap positif thinking. Semoga saja....

-oOo-

Langit berjalan memasuki kelasnya, dan tetap sama. Semua orang memandangi setiap gerak geriknya, seperti apapun yang dilakukan oleh pemilik nama Langit itu benar-benar penting. Langit meletakkan tasnya di bangkunya, kemudian mendudukkan dirinya dengan tenang.

“Lang lo nggak ngelakuin itu kan ?” tanya Rayhan ragu-ragu, “Lo tau sendiri gue gimana Ray” jawab Langit enteng.

“Gue percaya lo nggak ngelakuin itu Lang, masih ada kita berdua” ujar Vian yang duduk di belakangnya dengan menepuk bahu Langit. Langit mengembangkan senyum tipisnya, setidaknya masih ada sahabatnya yang selalu mendukungnya.

Lain halnya dengan seorang gadis yang duduk di pojok belakang itu, sedari tadi dia sudah mengamati gerak-gerik kekasihnya. Memang ada yang sedikit berbeda, wajahnya sendu seakan-akan ada beban berat di pundaknya.

Tera tau ini pasti tidak mudah untuk kekasihnya, dia setiap hari sudah merasakannya, dia sudah kebal. Tapi Langitnya tidak sekuat itu, rasanya sangat menyakitkan saat dirimu dituduh dengan berita yang sebenarnya bukan salahnya. Dari jauh dia selalu menggumam kan dalam hatinya, semoga Langitnya baik-baiknya.

Jam pelajaran pertama berlangsung seperti biasanya, tidak ada yang istimewa. Tera selalu saja melirik Langitnya, dia tau Langit tidak fokus dalam pelajaran kali ini. Bahkan Langit beberapa kali ditegur oleh guru yang sedang mengajar karena sering melamun.

-oOo-

Jam istirahat akhirnya datang setelah melalui 4 jam pelajaran yang cukup menguras otak, Langit tidak berniat sama sekali untuk bangkit dari tempat duduknya. Dia lebih memilih di dalam kelas saja, sementara dua orang sahabatnya itu sudah ngacir ke kantin sejak tadi katanya mau beli mi ayamnya Mang Sukri yang legendaris di SMA Angkasa.

Di dalam kelas hanya ada 2 orang, Tera dan Langit. Tera memutuskan untuk menemani Langit meskipun hanya dengan melihatnya dari jauh, padahal tadi Nanta sudah mengajaknya untuk pergi ke kantin tapi Tera menolaknya dengan alasan dia sudah membawa bekal. Jadi disinilah dia, duduk di bangkunya dengan mengamati orang yang berstatus sebagai kekasihnya itu yang tengah menyumpal telinganya dengan headset.

Tak berselang lama, seorang gadis yang sangat dikenalnya tengah menghampiri Langit. Dia menepuk pundak Langit, karena laki-laki itu sedang fokus dengan gadget miliknya.

Langit yang merasa ada sentuhan di pundaknya pun langsung menoleh ke arah Gilda, dia juga langsung melepas headset nya yang sedari tadi mengalunkan lagu untuk menenangkan pikirannya. “Lo nggak ngelakuin itu kan Lang ?”

Lagi-lagi pertanyaan itu, Langit merasa semua orang seperti tidak mempercayainya dan Langit sedikit kecewa karenanya. Tidak ayahnya, sahabatnya, sekarang perempuan ini. Langit benar-benar muak dengan pertanyaan itu, rasanya dia ingin berteriak dengan lantang di depan muka orang yang meragukannya kalau dia tidak melakukannya, semua ini hanya salah paham.

Lenteranya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang