LENTERA SAVA AMANTA

401 12 2
                                    


Yogyakarta, 2013

Tera dengan penuh semangat menggayuh sepedanya, dia memang selalu berangkat pagi alasannya biar nggak telat katanya. Memang jarak rumahnya dengan sekolahnya cukup jauh, sekitar 20 menit perjalanan.

Dia tidak punya cukup uang untuk membeli sepeda motor juga untuk naik angkutan umum, kebutuhannya masih banyak. Namun pagi ini berbeda dengan pagi-pagi lainnya, hari ini jadwal piketnya. Otomatis dia berangkat lebih pagi dari hari-hari biasanya.

Saat sampai di sekolahnya Tera segera memarkirkan sepedanya di tempat parkir. Dia bergegas untuk ke kelasnya. Dengan langkah kecilnya dia menaruh tasnya di bangkunya, di pojok belakang, sendirian. Tak ada temannya yang mau duduk dengannya, dan lebih mirisnya lagi jumlah murid di kelasnya adalah 33 orang. Jadi tak ada harapan untuk memiliki teman sebangku. Cukup menyedihkan jika Tera memikirkan itu. Tapi untungnya dia duduk dekat jendela, dia bisa melihat ke luar jika dia sedang sedih.

Kembali tersadar dia berjalan ke arah alat-alat kebersihan. Dia mengambil satu sapu dan mulai menyapu kelasnya. Cukup lama dia menyapu sekitar 20 menit, dia harus menyapu seluruh kelasnya. Karena jika tidak dia akan kena marah teman-temannya.

Dia melihat jam yang melingkar di tangannya, jam tangan hadiah ulang tahunnya dari papanya 2 tahun lalu. "Jam 06.10, pasti habis ini mereka dateng" ujar Tera dan benar saja 5 menit kemudian teman-temannya yang jadwal piketnya sama dengannya baru datang "Udah lo sapu kan?" tanya Sinta "Udah kok Sin" jawab Tera yang duduk di bangkunya. "Bagus, sekarang nih kerjain pr gue sama Della sama Tita. Gue mau sarapan dulu, awas kalo nggak selesai" ucap Sinta dengan menyodorkan 3 buku tulis di tangannya pada Tera.

Tera menerimanya, dia tidak mungkin bisa melawan. Dia bukan anak kalangan atas disini, dia hanya gadis miskin. Rata-rata teman-temannya disini adalah orang berada, jadi ya seperti itu lah. Setelah buku tugasnya di terima Tera, Sinta, Della, dan Tita pergi begitu saja.

-oOo-

Akhirnya bel yang ditunggu-tunggu Tera berbunyi, apalagi kalau bukan bel istirahat. Kalian ingat kan tadi pagi Tera harus berangkat pagi, jadi dia melewatkan sarapannya. Dan sekarang dia akan ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi, tenaganya sudah terkuras habis saat pelajaran yang tadi berlangsung.

Dengan semangat 45 Tera melangkah ke kantin, di sana dia membeli semangkuk bakso dengan segelas es teh.

Tera membawa makanan dan minumannya dengan hati-hati, namun belum sampai tempat duduk yang kosong seseorang dengan sengaja menjegal kaki Tera.

Bruk...

Tentu saja Tera terjatuh, bakso dan es tehnya sudah berceceran di tanah. "Yah jatoh...." Ujar Bulan, kakak kelasnya yang suka membully nya. Sementara teman-temannya yang lain hanya tertawa melihatnya.

"Makanannya jatoh guys" tambahnya, "Kasian banget sih" ujar Aqila sahabat Bulan. "Nih gue kasih uang, pasti lo nggak mampu beli lagi kan. Secara lo kan miskin" ucap Lea, sahabat Bulan juga. "Lo tuh nggak pantes disini, lo tuh harusnya sama bokap lo itu di penjara. Dasar anak koruptor" kata Bulan sarkas.

Setelah adegan makian itu selesai, Bulan dan teman-temannya pergi dari kantin. Tak ada seorang pun yang mau menolongnya, malah semua orang sedang menertawakannya saat ini.

Namun seakan hatinya sekuat baja, Tera berdiri membersihkan bajunya yang terkena tanah kemudian menampilkan senyum terbaiknya. Tentu saja dia tak apa, dia sudah kebal dengan semua itu. Cacian, makian, itu sudah biasa untuknya.

Tapi yang dikecewakan nya, kali ini dia tak bisa makan lagi. Padahal dia sangat lapar, dia juga butuh tenaga untuk berfikir karena jam pulang sekolah masih lama.

Lenteranya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang