PUNCAK DIENG (PART 2)

127 8 1
                                    

"Rasanya sangat sakit melihatmu mencintainya tapi statusmu adalah kekasihku. Tapi entah kenapa aku ingin tetap egois untuk mempertahankan mu, meskipun tidak ada alasan diriku untuk bertahan."

~Lentera Sava Amanta~

-oOo-

Akhirnya setelah 20 menit perjalanan mereka sampai di Telaga Dringo. Rasa lelah itu terbayar habis dengan pemandangan indah di hadapan mereka. Air telaga yang sangat menenangkan, pohon-pohon besar di sekeliling telaga yang membuat udara semakin sejuk, ditambah dengan padang rumput hijau yang terbentang luas memutari Telaga. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata.

“Ayo anak-anak berkumpul dulu, setelah ini kalian boleh berfoto sesuka kalian” ucap Pak Satria kepada anak didiknya. Setelah semua berbaris dengan rapi dan situasinya sudah kondusif, Pak Satria mulai berbicara “Oke, pertama-tama saya ucapkan terimakasih untuk semuanya bapak/ibu guru dan kalian semua karena sudah bekerja keras untuk sampai di sini dan mematuhi semua aturan dengan baik. Kalian semua adalah orang-orang yang hebat.” Ucapan Pak Satria itu langsung dibalas tepuk tangan oleh semua siswa dan guru.

“Kedua, saya ucapkan selamat datang di Telaga Dringo, Telaga tertinggi di dataran tinggi Dieng. Ketiga, setelah ini kalian akan dibagi kelompok untuk teman tenda, setiap kelompok terdiri dari 7 siswa. Dan ya kalian harus langsung mendirikan tenda. Lalu acara selanjutnya adalah nanti malam setelah makan malam. Jadi kalian bebas beristirahat setelah mendirikan tenda. Terakhir selalu patuhi semua aturan, di sini kalian membawa almamater SMA Angkasa jadi saya harap kalian menjaga semua perilaku kalian selama di sini dan jaga nama baik SMA Angkasa. Kalian mengerti ?” ujar Pak Satria “Mengerti Pak” jawab 350 an murid itu secara serentak. “Baiklah, sekarang Pak Asep yang akan membacakan daftar kelompoknya” kata Pak Satria.

-oOo-

Setelah pembagian kelompok yang cukup memakan waktu lama, akhirnya disinilah Tera dengan ke-6 teman kelompoknya. Tengah berdiri mengelilingi peralatan tenda di depannya. “Gue gak bisa diriin tenda, dan gue males. Yuk girls cari spot foto yang bagus.” Ujar Sinta pada Della dan Tita.

Ya Tera satu kelompok dengan mereka ditambah lagi 3 orang dari kelas X MIPA 8, lebih tepatnya teman sekelas Langit. Ketiga orang itu sudah pergi, sekarang hanya tinggal 4 orang yang tersisa. “Yaudah ayo di berdiriin tendanya, trus kita bisa langsung istirahat” ucap gadis di depannya yang menurut Tera namanya Aida.

Keempatnya pun mulai mendirikan tenda milik mereka. Semua berjalan lancar sampai akhirnya terjadi sedikit masalah. Palu untuk memasang pasak bumi tidak ada, keempatnya tampak kebingungan mencarinya. Sampai seseorang melewati tenda mereka dan bertanya “Kenapa Ra ? kok bingung gitu, ada masalah ?” tanya Nanta pada Lentera. “Oh itu, Palu buat masangin pasak nggak ada” jawab Lentera. “Oh, ayo gue bantu. Nih gue bawa palunya” ucap Nanta pada semuanya.

Para gadis itu tersenyum, syukurlah tendanya bisa berdiri. Jika tidak, mau tidur dimana mereka. Bisa-bisa mereka mati kedinginan karena di sini udaranya bisa dikatakan cukup dingin.

Setelah tenda mereka berhasil berdiri, mereka mulai memasukkan barang-marang mereka. Sementara Nanta masih berbicara dengan Tera. “Lo kok bawa-bawa palu Ta ?” tanya Tera “Oh itu tadi gue habis disuruh bantuin diriin tendanya guru-guru” jawab Nanta “Ooo gitu, makasi ya udah bantuin” ucap Tera tulus “Sama-sama, ya udah gue balik ya Ra” pamit Nanta.

-oOo-

Jam sudah menunjukkan angka 19.00, semua siswa juga sudah berkumpul bersama guru-guru. Ternyata kali ini kegiatannya adalah game dan bernyanyi bersama. Mereka juga sudah dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 30 siswa per kelompoknya. Dan ternyata, pembagian kelompok sesuai dengan pembagian bus hanya saja dibagi menjadi 2 lagi.

Lenteranya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang