PUNCAK DIENG (PART 1)

143 7 1
                                    

"Langit-nya sangat sempurna, sampai-sampai semua orang bisa menyukainya dengan sangat mudah. Ya... Langit-nya memang sesempurna itu"

~Lentera Sava Amanta~

-oOo-

Hari jumat yang dinantikan siswa SMA Angkasa akhirnya tiba. Dengan wajah bahagia dan semua perlengkapan yang mereka bawa, mereka sudah sangat siap untuk berangkat. Hanya tinggal menunggu Tim Kesiswaan untuk membuka acara berkemah kali ini.

“Lo udah semuanya kan Ra ? Nggak ada yang ketinggalan ?” tanya Nanta pada pada gadis di sampingnya. “Udah semua kok Ta” balas Tera yang di angguki oleh Nanta. “Lo duduk sama gue ya ?” mohon Nanta “Okai” balas Tera itu bersemangat.

Uuuu… manis sekali gadis di sampingnya ini, kan jadinya Nanta ingin menjadikannya pacar. Eh apa sih Ta, pikiran lo aneh-aneh aja. Nanta menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum, bisa-bisanya dia berfikiran seperti itu.

“Nanta lo nggak papa ?” tanya Tera “Hah ? Emangnya gue kenapa ?” tanya Nanta balik “Tadi lo geleng-geleng kepala” jelas Tera “Oh, gue ngga papa. Udah itu ada Pak Satria mau ngomong” Akhirnya Tera memperhatikan Pak Satria yang akan membuka acara kali ini.

Fyuhhh... Akhirnya Nanta bisa bernafas lega, dia akan jawab apa kalau Tera terus bertanya. Mau ditaruh mana muka gantengnya yang mirip Shawn Mendes ini.

-oOo-

Setelah pembuka acara dan pembagian bus, semua siswa tampak mencari busnya masing-masing. Dan kalian tahu entah keberuntungan atau kesialan yang terjadi kelas X MIPA 2 satu bis dengan X MIPA 8 atau bisa dibilang kelas Lentera dan Langit satu bus. Tera dan Nanta sudah mendapatkan tempat duduknya, dan lebih mengejutkan lagi tempat duduk di sebelahnya adalah milik Langit dan Gilda. Sementara Rayhan dan Vian ada di belakang tempat duduk Langit.

Nanta yang peka akan situasi, langsung memiliki inisiatif. “Lo duduk duluan aja Ra, biar gue yang di sini” ujar Nanta sambil menunjuk kursi di depannya. Saat keduanya sudah memposisikan badannya dengan nyaman. “Makasih Ta” ucap Tera tulus.

Perjalanan kali ini akan memakan waktu yang cukup lama sekitar 4 jam an belum lagi nanti kita harus mendaki untuk sampai di tempat yang dituju selama 20 menit. Karena SMA Angkasa memilih berkemah di Telaga Dringo, salah satu wisata Dieng yang terletak pada ketinggian 2.222 mdpl.

-oOo-

Ada banyak hal yang mereka lakukan untuk menghilangkan kejenuhan di perjalanan, salah satunya dengan bernyanyi bersama. Dengan Langit sebagai pemain gitar dan teman-temannya yang bernyanyi. Ya ternyata bahagia sesederhana itu teman-teman.

“Lang lo sekarang nyanyi dong, capek nih kita dari tadi udah nyanyi” kata Vian, “Lo kira gue gak capek apa main gitar dari tadi, nih liat tangan gue merah semua” protes Langit, enak banget si kunyuk itu menyuruhnya. Dikira dia nggak ngapa-ngapain apa dari tadi.

“Ayolah Lang sekali-kali kek” bujuk Sinta “Iya, ayo dong Lang. Gue juga pengen denger lo nyanyi” tambah Tita “Ayo nyanyi lah Lang” bujukan-bujukan itu semakin bertambah. Akhirnya dengan berat hati Langit menyanggupinya.

Langit mulai memetik senar gitarnya “Biarkan aku… Jadi sesuatu yang berarti untukmu tapi tidak sesaat” Langit kembali memetik senar gitarnya.

“Biarkan aku… Jadi sesuatu yang berarti untukmu tapi tidak sesaat” “Biarkan aku… jadi tempat bersandar di saat kau terpuruk rapuh” “Jangan sampai kau lemah, ku yakin kau pasti bisa…bangkit..” “Jangan anggap kau sendiri hadapi… Ada aku di sini…”

“Walau dia kini tlah lama di hidupmu, namun sampai kini tak bahagiakan kamu” “Lupakan semuanya, tinggalkan saja… percumaaa…”

“Bukalah matamu… selebar dunia ini, dan rasakan banyak orang yang peduli…” “Jangan ingat lagi, jangan kau sesali… Ada aku di sini…”

Saat nyanyian Langit berhenti dan petikannya pun turut mengikuti, suara tepuk tangan itu mendominasi. Semua teman-temannya memujinya, bukan hanya karena kemahirannya bermain gitar tetapi juga untuk suaranya. Bisa dibilang suara Langit enak, eh salah sangat-sangat enak didengar.

Termasuk gadis yang berada di kursi seberangnya itu, dia memang sedari tadi menatap ke arah luar jendela. Tapi telinganya selalu mendengarkan apa yang diucapkan teman-temannya, termasuk nyanyian Langit-nya. Bibirnya tertarik ke atas, walau itu hanya tipis sekali. Kalian lihat kan betapa sempurnanya dia, Langit-nya.

Nanta melihatnya dengan jelas, gadis di sebelahnya ini menarik sudut bibirnya. Terkadang dia sedih dengan takdir gadis disampingnya ini. Kenapa gadis ini harus menyukai laki-laki brengsek seperti Langit. Tapi terkadang dia juga iri dengan Langit, tak bisakah gadis yang duduk dengannya ini menyukainya saja. “Sudahlah Ta, tak perlu dipikirkan” monolognya.

-oOo-

Akhirnya setelah 4 jam perjalan mereka sudah berada di tempat yang menjadi tujuan mereka. Setelah puas bernyanyi tadi, mereka memutuskan untuk tidur sebentar. Karena mereka akan memerlukan tenaga yang extra untuk mendaki selama 20 menit untuk benar-benar sampai di tempat tujuan. Dan benar sekali, saat mereka bangun mereka disuguhkan kawasan desa yang asri dan udara yang sejuk.

“Ayo anak-anak segera berkumpul, dan pastikan tidak ada barang kalian yang tertinggal. Karena kita akan mendaki” Ucap Pak Satria. Tentu saja ada guru yang mengawasi kita semua, kira-kira ada 15 orang guru. Dan guru-guru yang mengikuti kegiatan perkemahan ini adalah guru-guru yang terbilang masih muda. Termasuk Pak Asep wali kelas Lentera.

Mereka semua mulai mendaki, dipimpin oleh para guru dengan meminta bantuan warga setempat untuk mengantar mereka ke Telaga Dringo.

Baru berjalan 5 menit, areanya sudah terbilang sulit. Perlu sedikit tenaga extra untuk melewatinya. Guru-guru juga sudah memperingatkan untuk selalu berhati-hati. “Lang nggak bisa naik” rengek Gilda “Siniin tangan lo” perintah Langit yang sedang mengulurkan tangannya. “Hati-hati” kata Langit.  Akhirnya Langit menarik Gilda untuk ke atas, keduanya kembali berjalan normal.

Sementara Tera yang melihatnya hanya bisa menghela nafas, kapan Langit-nya akan baik padanya seperti pada Gilda. Dia juga ingin mendapatkan perhatian laki-laki itu, sekali saja Tera pasti sudah sangat senang.

“Ayo gue bantu” ujar Nanta mengulurkan tangannya di depan wajah Tera. Tera mengembangkan senyumnya dan menerima uluran tangan Nanta. “Makasi Nanta” ucap Tera dengan senyum tulus.

Nanta sedikit mematung melihat senyum manis Tera, entahlah setiap Tera menampakkan senyum manisnya. Setiap saat itu juga seorang Ananta kembali jatuh dalam pesona seorang Lentera.

-oOo-

Halo Halo kalian semuaaaa

Pada libur ya... Hayo ngaku...

Kalian seneng nggak sih libur?

Atau malah enak masuk karena tugasnya nggak ribet?

Mumpung kalian libur nih, author kasih chapter baru Lenteranya Langit buat ngisi waktu libur kalian hehe..

Biar liburan kalian nggak gitu2 aja ya kan...

Seperti biasa jangan lupa vote sama komennya ya...

Author sayang kalian,

Selalu jaga kesehatan ya teman-teman, tetapkan social distancing juga. Semoga virus Corona ini bisa segera diselesaikan. Semoga kita semua selalu aman dalam lindungan-Nya.

Kay:)

Lenteranya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang