JURIT MALAM

132 9 1
                                    

"Terimakasih sudah mau peduli padaku, itu sudah sangat berarti untukku. Karena sebenarnya aku sadar siapa aku dalam hidupmu."

~Lentera Sava Amanta~

-oOo-

Keadaan Tera sudah membaik setelah terjadi peristiwa terceburnya ia di telaga, bahkan sekarang dia akan mengikuti acara yang diadakan oleh panitia pelaksana yaitu jurit malam.

Semua siswa kini tengah mengeratkan jaket di tubuhnya masing-masing, bahkan ada yang menggunakan syal dan topi bonie. Karena suhu di sini memang terbilang dingin. Jam 5 pagi saja suhunya sudah dingin apalagi sekarang pukul 1 dini hari.

Semua orang sudah berbaris rapi dengan kelompoknya masing-masing, setiap kelompok  terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan perempuan. Mereka akan ditugaskan untuk menjawab teka-teki yang akan diajukan oleh penjaga posko pada setiap pemberhentian, kira-kira ada 4 posko yang harus mereka lewati. Dan barang siapa yang menjadi pemenang dalam game kali ini, mereka akan mendapat hadiah spesial dari panitia dan guru.

Kali ini anggota kelompok Tera adalah, Aida, Gilda, Langit, Nanta, Aldo, dan Rayhan. Mereka sekarang sedang menunggu giliran untuk memulai game ini. Karena nomor urut mereka ada di nomor 9, jadi mereka menunggu dalam beberapa menit.

“Udah Ra lo nggak usah ikut aja, muka lo masih pucet gitu” ujar Nanta yang tengah memaksa Tera untuk tidak ikut dalam game kali ini. “Iya Ra, daripada nanti lo kenapa-napa. Nggak papa kali Ra nggak ikut sekali, lagipula ini cuma sekedar game. Jadi lo istirahat aja ya.” Tawar Aida yang dibalas gelengan oleh Tera.

“Serius gue udah nggak papa Ta, Ai” ucapnya dengan senyum tipis. “Ya udah kalo gitu gue nggak maksa, nanti kalo lo ngerasa nggak enak lo bilang ke gue okey” perintah Nanta. “Okey” balas Tera dengan menunjukkan jari tangannya yang membentuk tanda oke.

-oOo-

Akhirnya tibalah giliran kelompok mereka untuk memulai game, mereka berbaris dengan rapi dan mulai memasuki jalur ketiga. Ya memang ada tiga jalur dalam game ini, karena kelompok mereka kelompok 9 jadi mereka mendapatkan jalur ke-3. Dengan berbekal senter, peta, dan air minum. Mereka mulai menyusuri hutan di sekitar Telaga Dringo.

“Ray nanti di depan ada dua jalur, kita pilih yang kiri. Soalnya gue liat di petanya jalur kanan lebih lama dan bikin bingung.” Ucap Langit, sang pemegang peta pada Rayhan yang berada di barisan paling depan.

Posisi mereka kali ini adalah Rayhan dan Nanta sebagai pemimpin barisan, kemudian dilanjutkan Tera, Aida, Gilda. Lalu di bagian belakang ada Aldo dan Langit. Ya mereka melakukannya supaya aman saja, dan memikirkan kemungkinan terburuknya.

Tak berselang lama, mereka sudah berada di pos 1. Memang jarak dari tempat mereka dengan pos 1 tidak terlalu jauh. Jadi sekarang mereka sudah sampai di pos 1. Terlihat ada beberapa kelompok yang masih tinggal di sana, kira-kira ada 3 kelompok. Mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan karena mereka belum bisa memecahkan teka-teki di pos 1.

“Selamat datang kelompok 9 di pos 1, teka-teki untuk kalian adalah ia tidak bisa disentuh dan tidak bisa dipegang, tapi ia mudah untuk dihancurkan. Apakah itu ?” ucap penjaga posko 1. Semua anggota kelompok 9 berfikir dengan keras untuk menemukan jawabannya, kalau tidak bisa-bisa mereka tetap disini sampai subuh.

“Gimana caranya bisa hancur kalo nggak dipegang atau disentuh, masuk akal nggak sih pertanyaannya?” ucap Aldo. “Tapi nggak mungkin juga nggak ada jawabannya” jawab Nanta. “Iya juga sih, kalo nggak ada ada jawabannya ngapain ditanyain ke kita” ujar Aldo. “Yang jelas ini bukan benda, soalnya nggak bisa disentuh dan dipegang. Pasti ini something yang gaib ataupun hidup” kata Rayhan yang disetujui semua orang.

Lenteranya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang