LUKA ITU SUDAH BIASA

153 9 0
                                    

Terkadang kita harus berpura-pura tidak tahu, agar hati kita tidak terluka lebih dalam lagi.

~Lentera Sava Amanta~

-oOo-

Weekend kali ini dihabiskan Tera dengan bekerja di Rose café. Seperti biasanya Tera sudah berada di sana dan sudah menggunakan seragamnya.

Karena jam masih menunjukkan pukul 07.50 WIB, jadi Tera masih menunggu Rose café buka. Tepat 10 menit lagi waktu Rose café baru dibuka.

10 menit ternyata berlalu dengan cepat, para pelanggan pun juga mulai berdatangan. Tera dengan gesit mulai mencatat pesanan dan mengantarkan pesanan.

-oOo-

Kurang lebih sudah satu jam Tera bekerja, para pengunjung pun semakin banyak. Tera sampai kewalahan menanganinya. Tapi untung saja Tera tidak sendirian, ada pekerja lain yang juga membantunya. Jadi dia bisa sedikit tenang.

Tampak dua orang tengah turun dari mobilnya, dan mulai melangkah masuk ke dalam café. Keduanya bergandengan tangan, mungkin mereka sepasang kekasih batin Tera yang melihatnya sekilas. Tera melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda untuk mengantarkan makanan.

“Mbak!” ucap seorang perempuan. Tera langsung menghampirinya. “Ya ada yang bisa saya bantu?”

Degh…. Waktu seperti berhenti begitu saja. Ternyata pasangan yang dia lihat tadi itu Langit dan Gilda, Tera perjelas L-A-N-G-I-T !!! KEKASIHNYA. Tolong jangan tanyakan bagaimana perasaan Tera, kalian pasti tahu jawabannya tanpa perlu Tera untuk menjawabnya.

Gilda juga tampak terkejut dengan kehadiran Tera sebagai pelayan café, sementara Langit hanya menatapnya biasa. Seakan tidak ada yang mengejutkan dari keberadaan Tera sebagai pelayan café.

Tera berusaha mengabaikan perasaannya, dia menganggap orang di depannya semata-mata pelanggan biasa. “Ada yang bisa saya bantu ?” Tera kembali berbicara. “Eh nggak jadi deh” ucap Gilda tidak enak. “Udah pesen aja, kenapa nggak jadi. Lagian itu juga udah tugas dia” ucap Langit.

Tera memejamkan matanya, mencoba menahan rasa sakit di hatinya. Perkataan Langit seakan akan menganggap rendah Tera. Tera tau dia bukan orang kaya, tapi dia juga masih manusia. Statusnya juga kekasihnya, tak bisakah Langit menyebut Tera dengan lebih baik.

“Nggak papa kok, mau pesen apa ?” ucap Tera “Gue Iga bakar sama jus mangga, lo apa Gil ?” tawar Langit “Gue red velvet cake satu sama lemon teanya satu” ucap Gilda. Tera mengangguk dilanjutkan berucap “Ditunggu ya pesanannya” ditambah dengan senyum manisnya yang di mata Langit seperti senyum miris. Namun Langit tak merasa bersalah sedikitpun, dia merasa tidak melakukan kesalahan apapun.

-oOo-

2 jam telah berlalu dari Langit dan Gilda yang pergi dari café, Tera sudah tidak ambil pusing dari kejadian tadi. Karena semakin difikirkan, semakin sakit pula hatinya. Jadi, demi melindungi hatinya dia akan pura-pura tidak terjadi apapun.
Kali ini Tera sedang menuju meja yang memanggilnya tadi, “Ada yang bisa saya bantu?” tanya Tera “Loh Nanta!” “Tera!” keduanya sama-sama terkejut. Yang satu terkejut karena bagaimana bisa Nanta disini, dan satunya bagaimana bisa Tera bekerja di sini. Sementara seorang wanita paruh baya yang datang bersama Nanta hanya bisa mengamati dalam diam.

“Lo kerja di sini ?” tanya Nanta “Iya, seperti yang lo lihat” jawab Tera.

“Kalian saling kenal” tanya wanita paruh baya itu, setelah lama diam. “Iya ma, dia temen sebangku Nanta” ujar Nanta. Tera yang baru mengerti kalau di hadapannya ini ibunda seorang Nanta langsung menyaliminya.

“Kamu temen sebangkunya Nanta ?” tanya Maya, mama Nanta. “Iya tante” jawab Tera dengan senyum manisnya

“Nama kamu siapa?” tanya beliau “Lentera tante” jawab Tera. “Wah namanya cantik kayak orangnya, pasti Nanta seneng nih sebangku sama cewek cantik” gurau Maya.

Sementara Nanta yang digoda hanya bisa menunjukkan wajah kesal, sedangkan Tera hanya menanggapi Maya dengan senyum ramahnya.

“Tera anaknya pinter loh ma” ujar Nanta “Wah…! Paket lengkap deh kalo gitu. Cocok nih jadi menantunya mama” kata Maya bercanda, tolong ingatkan Nanta kalau mamanya ini kalo ngomong suka sembarangan, ingatkan Nanta untuk mengomeli mamanya karena sudah ngomong yang tidak-tidak kepada Tera ya.

“Lain kali main dong ke rumahnya Nanta, Tera.” Tawar Maya yang dibalas anggukan oleh Tera. “Nanta ajak Tera main ke rumah kek, mama kan mau kenal Tera” sungut mamanya, “Iya mama iya, nanti Nanta ajak Tera main ke rumah” pasrah Nanta. “Jangan nanti-nanti, pokoknya secepetnya. Awas kamu bohongin mama, mama potong uang jajan kamu” cerewet Maya. “Siapa yang bohong sih mama, orang tadi Nanta bilangnya iya.” balas Nanta dengan menahan emosinya. Rasanya Nanta ingin menceburkan mamanya di got belakang rumah, tapi Nanta takut durhaka. Mamanya itu cerewet sekali.

Tera hanya bisa menikmati adu mulut antara ibu dan anak dihadapannya, karena dia tidak berani ikut campur. Tapi setelah keduanya mengakhiri adu mulutnya, Tera mulai berbicara kembali “Jadi, mau pesen apa?”

“Tuh kan mama jadi lupa mau pesen apa, kamu sih Nanta ngajakin mama debat mulu” Maya mengomel kembali, Nanta sudah angkat tangan kalau begini. Yang ngajak ngobrol tadi siapa, tapi yang salah siapa, repot ngomong sama emak-emak, salah terus akhirnya. “Udah mama stop, mama milih aja lagi. Kasian ini Teranya kalo nunggu mama sama Nanta debat lagi.” Ujar Nanta menyudahi. “Nggak papa tante, pelan-pelan aja milihnya. Tera tunggu.” Kata Tera ramah.

Setelah memilih-milih menu, akhirnya Maya menyebutkan pesanannya. “Tongseng sapinya satu, puding buahnya satu, sama jasmine teanya satu. Maaf ya Tera, kamu jadi nunggu” “Nggak papa kok tante” ucap Tera tak keberatan “Gue nasi goreng jawanya satu sama blue mojitonya satu” ucap Nanta. Setelah mencatat semua pesanannya dengan benar, Tera pamit untuk ke dapur.

Sambil menunggu pesanannya datang, Maya dan Nanta mengobrol ringan. Bukan adu mulut seperti tadi yang nggak ada habisnya.

“Nanta kamu tahu nggak kenapa Tera kerja?” tanya Maya, “Yang Nanta tau sih papanya Tera itu koruptor, dan Tera kayaknya nggak punya temen sama sekali.Soalnya temen-temen dikelas itu nggak suka sama Tera. Soalnya Tera kemaren sebelum Nanta masuk itu bangkunya di pojok belakang, sendirian gitu. Cuma itu aja yang Nanta tau ma” jawab Nanta.

“Bilang aja nggak tau dari tadi, kenapa harus muter-muter. Kamu itu gimana sih jadi temennya kok nggak tau apa-apa” ucap Mamanya. “Ya kan Nanta baru pindah semingguan ma, ya wajar kalo nggak tau” protes Nanta. “Tapi kan tetep aja kamu temennya, kamu harusnya tau” terjadilah adu mulut kembali. Dan dipastikan Nanta yang kalah, karena jika Nanta tidak mau mengalah sasaran mamanya adalah uang sakunya.

-oOo-

Ecieeeee yang nungguin lenteranya langit

Seneng nggak nih, seneng dong ya ehehehe

Maksa banget ya author wkwkwk

Seperti biasa jangan lupa klik bintangnya sama komennya

See u in next weekend

Salam sayang
Dari kay:)

Lenteranya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang