Part 10

220 15 0
                                    

Rio melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju tempat terakhir yang ia harap bisa menemukan kakak kembarnya, Marsal. Sejak pagi seusai menjenguk Ify ia telah mengitari kota Bandung guna menemukan keberadaan kakaknya tersebut. Rio harus menemukannya hari ini dan membawa Marsal pulang. Ia tak mau membuat neneknya semakin sedih, mengingat setiap hari neneknya selalu menanyakan keberadaan Marsal yang tak kunjung pulang.

Flashback on

Rio kecil mengerjapkan matanya kala sinar matahari menyapa dirinya lewat kaca jendela. Ia menarik kembali selimutnya hingga menutupi kepalanya. Namun ia merasakan ada yang berbeda. Tunggu, ini seperti bukan tempat tidurnya.

Rio mendudukan dirinya, matanya menelisik setiap sudut ruangan. Bukan, ini bukan kamarnya.

"Kak Acel, kakak dimana ?" serunya panik.

Rio pun bergegas turun dari tempat tidurnya lalu berlari keluar dari kamarnya mencari keberadaan sang kakak. Rumah ini begitu asing untuknya. Perlahan Rio menuruni tangga yang ada di depannya.

Ia terduduk di undakan tangga terakhir, memeluk kedua kaki yang ia lipat lalu perlahan menangis. Rio takut sendirian.

"Kak Acel, Ayah, Mama. Kalian dimana ?" lirihnya pilu dengan bahu yang kian bergetar.

"Jangan tinggalin Rio sendiri, hikss. . Rio takut."

Tanpa Rio sadari sepasang suami istri mendekat ke arahnya yang masih tertunduk di ujung tangga. Keduanya merengkuh tubuh Rio, mengusap puncak kepala Rio dengan pelan.

"Ayah, mama. ." ucap Rio seraya mendongakan kepalanya, menatap kedua orang yang ada di sisinya dengan air mata yang masih membasahi wajahnya.

Namun yang Rio lihat bukan lah ayah dan mama nya melainkan paman dan bibi nya. Kedua orang itu tersenyum miris melihat Rio yang tengah menangis. Di usapnya wajah Rio, membersihkan air mata yang masih saja mengalir dengan derasnya.

"Mulai sekarang Rio tinggal sama paman Dave dan bibi Ira di sini ya," ucap paman Dave seraya mengelus pelan pundak kecil Rio.

Rio kecil masih berusaha mencerna apa yang pamannya katakan. Kalau Rio tinggal bersama paman dan bibinya, lantas dimana Ayah, Mama juga Acel kakaknya ? Rio memandang pamannya dengan raut kebingungan.

Ira yang menyadari raut wajah Rio kemudian menarik tubuh Rio ke dalam pelukannya. Sesekali ia mengecup puncak kepala Rio seraya menahan air matanya agar tak jatuh di hadapan Rio.

"Rio mau kan tinggal sama bibi dan paman di sini ?"

Rio pun menganggukan kepalanya. Ia sangat nyaman berada dalam pelukan bibinya, seperti ia tengah dipeluk oleh mamanya.

"Rio mau Bi, tapi sama kak Acel juga. Rio mau sama kak Acel," rengek Rio.

Paman duta menghembuskan nafas beratnya. Ia tahu ini pasti akan terjadi. Rio dan Acel tidak bisa dipisahkan seperti ini. Namun bagaimana lagi, mereka hanya korban keegoisan kedua orang tuanya.

Flashback off

Rio tersadar dari lamunannya kala matanya menemukan sosok yang ia cari seharian ini. Rio pun segera menepikan motornya. Di depannya ada Marsal yang tengah sibuk dengan kamera di tangannya hingga tidak menyadari kehadiran Rio di sana.

Rio berjalan mendekat lalu duduk tepat di samping Marsal.

"Lo kenapa gak pulang ?" tanya Rio dengan nada datar tanpa melihat ke arah Marsal.

Marsal berdecak karena merasa terusik dengan kehadiran Rio yang mengganggu fokusnya membidik kamera. Saat ini ia tengah berada di lapangan Gashibu, mengambil beberapa objek yang menjadi target kameranya.

December RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang