"Jangan nangis princess."
Ify mendongak masih dengan air matanya yang berlinang. Lalu tangan itu perlahan mengusap air mata yang membasahi wajah cantik Ify. Ify terpaku, melihat senyum dari bias wajah di hadapannya. Wajah yang ia kenal namun sedikit berbeda.
Selesai mengusap air mata Ify, ia masih memperlihatkan senyum manisnya seraya berbisik,
"Jangan sedih lagi, Ify" bisiknya seraya mengusap puncak kepala Ify.
Lalu ia pun berlalu begitu saja keluar melewati gerbang di depannya, meninggalkan Ify yang masih termenung tanpa kata.
'Dia ?' tanya Ify dalam hati. Matanya masih menatap ke arah sosok yang telah hilang di balik pagar.
"Mario"
***
Marsal tersentak ketika ia mendengar suara teriakan di luar sana. Sementara Rio masih fokus pada laptop di depannya dengan earphone terpasang di kedua telinganya. Pantas saja adiknya itu tak terganggu sedikit pun.
Marsal pun bergegas keluar dari kamarnya. Tak lupa ia memakai tudung hoodie nya agar tak di curigai orang di luar sana. Mereka teman-teman satu kantornya Rio, bisa berabe kalau sampai mereka menyangka dirinya adalah Mario.
Ia keluar setenang mungkin agar tidak mengalihkan kerumunan orang di depan kamar seberang. Setelah sampai ditangga baru ia segera mempercepat langkahnya, menyusul gadis yang tengah terisak tak jauh di depannya itu.
Haapp
Sebelum gadis itu membuka pintu gerbang, tangannya telah lebih dulu menarik satu tangan gadis itu hingga membuat tubuhnya berbalik, lalu Marsal pun mendekapnya.
"Jangan nangis princess," kata itu lolos begitu saja, membuat tubuh gadis itu menegang seketika.
Lalu ia pun memberanikan diri untuk menghapus cairan bening yang lolos dari mata indah sang gadis yang tengah mendongak ke arahnya. Perlahan ia menggerakan kedua ibu jarinya menyusuri aliran air mata di kedua pipinya.
Marsal masih mempertahankan senyumnya di depan gadis yang sedari tadi menatapnya.
"Jangan sedih lagi, Ify." ucapnya seraya mengusap puncak kepala Ify, kemudian berlalu dari hadapan Ify begitu saja.
Ia melangkahkan kaki keluar pintu gerbang. Debaran di dadanya semakin kencang kala ia menatap manik indah itu. Mata yang begitu jernih mencerminkan ketulusan juga kerapuhan.
Marsal tak ingin dirinya semakin jatuh pada sosok yang tak kan bisa ia miliki. Karena hatinya tahu, ia hanya jatuh sepihak. Ia tak bisa menjadi seperti apa yang gadis itu pernah lihat, meski sekilas ia tak ada bedanya dengan seseorang yang lebih dulu menemukan Ify. Bukan dirinya.
***
Sejak hari itu Ify lebih banyak diam terlebih pada Cakka. Ify sudah menduga pada akhirnya akan seperti ini jika ia terus bersama Cakka. Cakka akan mengekang dirinya. Namun demi izin dari kedua orang tuanya juga sang kakak Ify pun mengiyakan saja Cakka ikut kost bersama teman-temannya.
Tidak ada lagi Ify yang bawel dan ceria. Baik di kost maupun di kantor Ify lebih memilih diam, kecuali saat bersama Rio. Ya, hanya bersama Rio lah Ify bisa benar-benar tersenyum hingga tertawa dengan lepasnya.
Bahkan kini Ify tak peduli lagi dengan semua larangan Cakka. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di luar bersama Rio. Jalan bareng, makan bareng, termasuk saat ini ia tengah berada di sebuah pusat perbelanjaan di kota Bandung. Hari liburnya ia habiskan bersama Rio seharian.
"Mau makan dimana ?" tanya Rio.
"Emmm. .terserah kamu aja," jawab Ify.
Tangan keduanya masih saling menggenggam, diayunkan di setiap kaki melangkah. Jangan lupakan senyum yang tak pernah pudar dari wajah mereka. Baik Ify maupun Rio tampak sangat bahagia hari ini. Semoga selamanya akan terus seperti itu.
"Kamu tunggu di sini aku mau ke situ sebentar," tunjuk Rio pada toko aksesoris yang ada di dekat mereka.
Ify pun mengangguk, lalu ia duduk di kursi yang ada di dekatnya. Entah apa yang akan dibeli Rio di sana.
Tak berapa lama Rio pun keluar dari toko tersebut.
"Beli apa, kok cepet ?" tanya Ify.
"Cuma ambil pesanan," jawab Rio.
Mereka pun kembali meneruskan langkah menuju food court terdekat.
Ify memilih tempat duduk yang strategis sedangkan Rio memesan makanan. Sembari menunggu makanan datang Ify dan Rio sibuk dengan handphonenya masing-masing."Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Rio.
Ify mendongak, dan meletakan handphonenya di atas meja.
"Mau ngomong apa ?" tanya Ify seraya tersenyum.
"Emm aku tahu ini terlalu cepat, tapi sejak awal aku ketemu kamu, aku suka sama kamu," ujar Rio.
Ify terdiam.
"Kamu mau jadi pacar aku ?" tanya Rio to the poin.
Rio mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan juga kalung yang ada di lehernya. Lalu ia menggenggam satu tangan Ify dan satu tangan lainnya mengarahkan tangan Ify pada kalung yang ia pakai.
Ify hanya menurut saja dengan apa yang Rio perintahkan.
"Kalau kamu nerima aku, kamu ambil kalung yang ada di tangan aku. Tetapi kalau kamu nolak aku, kamu tarik sampai putus kalung yang aku pakai," tutur Rio.
Lalu ia pun memberi Ify waktu untuk mengambil keputusan. Rio masih menatap ke arah Ify yang kini tengah memejamkan matanya.
Dan . . .
.
.
.
.
***
Hayoo loh kira-kira di terima atau ditolak ?
🤔🤔
Tolong ingatkan jika ada typo atau tanda baca yang salah
Salam sayang,
_Diphylleia_
KAMU SEDANG MEMBACA
December Rain
RandomTentang cinta, bukan sekedar rasa ingin memiliki namun pada hakikat nya sebuah ketulusan mencintai itu adalah bagaimana kita bisa merelakan orang yang kita cintai untuk sebuah pengabdian. Meski pada akhir nya sakit karena luka itu ada, namun jangan...