Jam pulang kantor telah berlalu sejak setengah jam yang lalu, namun Cakka dan teman-temannya masih berada di sekitar kantor. Seperti biasa sebelum pulang, mereka menyempatkan diri untuk menunaikan kewajiban mereka di mushola yang tersedia di kantor itu.
Drrrttt. .Drrrtt. .
Suara ponsel bergetar. Semua nampak menoleh, namun sang pemilik masih tak menyadarinya. Ia masih memejamkan mata, menikmati sejuknya angin yang menerpa wajahnya.
"Kka, hape lo tuh," Alvin menyenggol lengan Cakka yang tengah berbaring di sampingnya.
"Hmmm," gumam Cakka tanpa memperdulikan handphone nya yang masih bergetar.
"Angkat dulu siapa tau penting," ujar Agni yang sedang mengikat tali sepatunya.
"Ck. .iya iya," gerutu Cakka. Ia pun bangun lalu menyenderkan tubuhnya ke tembok. Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia mengambil handphone di saku celananya.
Gabriel Calling. .
Cakka pun menggeser layar handphone nya, setelah tahu siapa yang menelpon.
"Hallo, ada apa bang ?"
"Busyet lama amat angkatnya kayak perawan lagi mandi aja," teriak Gabriel di seberang sana.
Cakka menjauhkan handphone dari telinganya.
"Kagak pake teriak juga bang, elah kebiasaan dah toa nya gak di matiin," dengus Cakka sebal.
"Heh malah ngatain lagi ni bocah satu."
Cakka memutar bola matanya malas.
"Ya terus ada apa bang, cepetan mau pulang nih udah sore."
"Ck, gue cuma mau bilang lo gak usah ke rumah sakit Ify udah pulang barusan dianterin Aldo."
"Loh kok cepet, emang tuh anak udah baikan ?"
"Kagak tau gue, udah ya gue cuma mau ngasih tau itu doang."
Tutt. .
"Lah dimatiin, dasar abang kampret!"
"Siapa Kka ? Bang Gabriel ya ?" tanya Shilla yang sedari tadi menyimak obrolan Cakka dengan Gabriel.
"Iya." jawab Cakka.
"Dia bilang apa ?" tanya Sivia.
"Katanya Ify udah pulang di anter kak Aldo."
"Jadi kita langsung ke rumah Ify aja atau gimana nih ?" tanya Alvin yang masih rebahan.
"Tunggu weekend aja deh biar sekalian pulang, gimana ?" tanya Cakka balik.
Semua nampak berfikir tentang usulan Cakka itu. Jika sore ini mereka harus ke rumah Ify nanti akan memakan waktu istirahat mereka malam ini karena jarak dari kantor ke rumah Ify lumayan jauh. Karena itu mereka semua mengangguk setuju.
"Oke, Setuju." jawab mereka serempak.
Lalu mereka pun bergegas pulang karena hari sudah petang.
***
Selepas makan malam Mario menemui Marsal yang tengah fokus dengan kamera di tangannya. Beberapa kali ia membidik ke atas, mengabadikan gugusan bintang di langit kelam. Dari balkon kamarnya ia leluasa menikmati indahnya langit malam di kota kembang itu.
Mario mendudukan dirinya di kursi yang juga di duduki kakaknya. Ia tak ingin mengganggu Marsal yang tengah asik dengan hobby nya itu. Ia menunggu hingga Marsal selesai dengan kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
December Rain
RandomTentang cinta, bukan sekedar rasa ingin memiliki namun pada hakikat nya sebuah ketulusan mencintai itu adalah bagaimana kita bisa merelakan orang yang kita cintai untuk sebuah pengabdian. Meski pada akhir nya sakit karena luka itu ada, namun jangan...