Part 22. Ternyata

170 14 0
                                    

Seseorang tengah fokus dengan kamera ditangannya, meliput acara pameran pendidikan yang sedang berlangsung. Setelah meliput acara pembukaan, ia pun berkeliling untuk meliput hal lainnya yang ia rasa menarik untuk dijadikan topik utama liputannya hari ini. Tentu saja tentang berbagai karya anak bangsa yang saat ini di tengah dipamerkan.

Namun tiba-tiba seseorang menyenggol bahu nya dari samping hingga ia kehilangan fokus kameranya. Ia pun berdecak karena aktifitasnya terganggu.

"Sorry gue gak sengaja," ucap gadis itu.

Seketika ia tersentak setelah ia melihat siapa orang yang tak sengaja ia tabrak.

"Loh Mario bukannya lo. ." belum sempat menyelesaikan perkataannya orang yang ia panggil Mario berlalu begitu saja meninggalkan gadis itu seorang diri.

Sivia orang yang telah menyenggol bahu orang itu. Namun ia merasa aneh kenapa Mario berlalu begitu saja dan mengapa ia membawa kamera ditangannya. Seharusnya Mario akan tampil bersama Ify untuk mengisi acara pentas seni di panggung utama.

Setelah beberapa langkah orang itu berhenti dan berbalik.

"Gue bukan Mario !" serunya.

Sementara Sivia hanya mematung mendengar pengakuan orang itu. Dia pun berbalik dan melanjutkan langkahnya, tak peduli Sivia yang masih belum mencerna baik-baik ucapannya.

"Kalau bukan Mario terus siapa, kok mirip banget," gumam Sivia pada dirinya sendiri.

Lalu ia pun mengedikan bahunya acuh, kembali melangkahkan kakinya menuju lab karena Shilla telah menunggunya di sana.

***

Marsal menghentikan langkahnya tak jauh dari area panggung utama. Ia akan sedikit meliput acara pentas seni  di sana. Setelah memfokuskan kameranya ia pun mulai meliput acara di depannya.

Tepat ketika adiknya, Mario tampil bersama seorang gadis yang begitu cantik yang tengah memainkan piano di depannya. Alunan nada yang indah membuat Marsal tanpa sadar sedikit menarik lengkungan di wajahnya. Ia tersenyum samar.

Ia bangga melihat Mario yang tampil begitu memukau dengan suara lembutnya, sangat cocok saat berduet dengan gadis cantik yang sedari tadi menyita perhatiannya. Bahkan Marsal ikut terhanyut menyaksikan pertunjukan di depannya, hingga tanpa ia sadari keduanya telah berlalu meninggalkan panggung.

"Sampai ketemu lagi, princess." gumamnya.

Lalu Marsal pun bergegas untuk meliput di tempat lainnya.

***

"Abang !" seru Ify ketika ia melihat Gabriel datang bersama pak Nur dan bu Winda.

Lalu Ify pun menghambur ke pelukan Gabriel yang tengah mengarahkan kamera pada dirinya. Gabriel terkekeh melihat keterkejutan Ify, ia memang sengaja tidak memberitahu Ify. Bahkan Gabriel telah ada di sana sejak acara pembukaan dimulai. Dan tentu saja saat Ify tampil Gabriel menyaksikannya dari awal. Bahkan ia sendiri mengabadikan penampilan adiknya itu dengan kamera yang kini ada ditangannya.

"Seperti biasanya, kamu selalu luar biasa," puji Gabriel seraya menepuk-nepuk bahu adiknya.

Ify melepaskan pelukannya, ia lupa bahwa ada pak Nur juga bu Winda di sini.

"Kenapa gak bilang kalau abang bakal dateng ke acara ini ?" tanya Ify merajuk.

"Sebenarnya saya yang mengundang Gabriel ke acara ini," jawab bu Winda tanpa di duga.

"Gabriel adalah salah satu murid kebanggaan saya di SMA," lanjutnya.

Semua terkejut tentu saja. Terlebih Mario yang baru mengetahui bahwa orang yang dulu sempat ia lihat tengah memeluk Ify adalah kakaknya.

"Sekali lagi terima kasih untuk Rio dan Ify yang telah memberikan penampilan yang sangat luar biasa untuk acara ini," tambah pak Nur.

Ify dan Rio pun mengangguk tidak tahu harus berkata apa, tidak menyangka penampilannya mendapat respon yang sangat baik dari guru pembimbing mereka.

Bu Winda dan pak Nur pun undur diri karena harus memantau hal lainnya.

"Gue harus balik ke Lab, kasian Sivia sama Shilla hanya berdua di sana," ucap Cakka yang merasakan situasi mendadak canggung.

"Ah gue juga, gak enak sama yang lain udah nungguin," ujar Dea.

"Kalian duluan aja nanti gue nyusul," jawab Ify.

Cakka, Dea, Alvin dan Agni pun beranjak menuju Lab masing-masing. Kini tinggal Rio, Ify dan Gabriel yang masih berdiri di sana. Sedari tadi Gabriel terus memperhatikan sosok yang berdiri di belakang Ify. Orang yang tadi berduet dengan adiknya.

Dengan canggung Gabriel mengulurkan tangan kanannya.

"Saya Gabriel, kakaknya Ify. Salam kenal," ucapnya.

"Saya Mario, salam kenal juga." jawab Rio seraya menjabat tangan Gabriel.

Ify yang merasakan gelagat aneh sang kakak langsung menarik tangan Gabriel untuk menyusul teman-temannya. Ia tak ingin Rio mengetahui kegilaan kakaknya. Ya, sebelum Gabriel memperkenalkan diri lebih lanjut yang mana akan berakhir dengan rasa malu yang akan Ify dapatkan, lebih baik ia membawa Gabriel pergi. Sebelumnya ia pamit terlebih dahulu pada Rio.

"Emm Rio aku duluan ya, makasih bonekanya," ucap Ify seraya melambaikan tangannya yang memegang boneka pemberian dari Rio.

Rio pun hanya mengangguk, menatap kepergian Ify bersama Gabriel. Lalu ia memilih duduk di salah satu kursi yang ada di sana.

"Hanya kakaknya ternyata, semangat Mario masih ada kesempatan," gumamnya pada diri sendiri.

***

_Diphylleia_


December RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang