Part 14

188 15 0
                                    

Sudah lama sejak kepindahan tugasnya ke kota Bandung Aldo belum sempat pulang ke rumah orang tuanya di kota Serang. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Karena itu di weekend ini Aldo menyempatkan diri untuk pulang menjenguk ibunya yang ia tinggal sendiri di kota kelahirannya tersebut.

Perjalanan panjang tak menghalangi rindunya yang sudah sekian lama ia tahan. Lelahnya akan segera sirna ketika ia melihat raut bahagia ibunya yang sudah lama menanti kepulangannya.

Tak lama mobil fortuner putih itu memasuki gerbang rumah yang kebetulan terbuka. Seorang wanita berbadan tambun berkulit putih dengan selang air ditangannya sedang menyiram bunga di depan rumah. Segera ia menutup saluran air dari kran agar tidak membanjiri pekarangan rumahnya, lalu wanita itu menghampiri seseorang yang keluar dari mobil berplat B tersebut.

"Mama," serunya seraya memeluk erat sang mama di hadapannya.

"Aldo kangen banget sama mama,"

"Mama juga kangen sama Aldo," jawab sang Mama seraya mengusap punggung putranya.

"Mama sehat ?" tanya Aldo setelah mengurai pelukannya dengan sang mama.

Wanita itu bernama Winda, ibu kandung Aldo yang berusia 40 tahun. Aldo adalah anak tunggal, sementara sang ayah telah lama meninggal saat Aldo masih kecil. Beliau gugur dalam tugas mulianya membela tanah air.

"Alhamdulillah mama sehat nak, ayo masuk kamu pasti capek nyetir sendiri," ajak Winda.

Aldo pun mengangguk. Lalu mereka pun beranjak masuk ke dalam rumah bercat putih itu. Saling berbagi cerita dan melepas rindu antara ibu dan anak.

***

"Papa !" seru Ify ketika ia melihat mobil alphard hitam memasuki halaman depan rumahnya.

Novel di tangannya ia letakan begitu saja di atas meja lalu berlari ke arah papa dan mamanya yang baru saja keluar dari mobil.

Brukkk. .

Ify menubruk tubuh sang papa lalu memeluknya erat membuat Pak Hanafi dan Mama Gina, papa-mama Ify, terkekeh melihat tingkah manja putri kesayangannya.

"Kok gak bilang kalau mau pulang ?" tanya Ify seraya mendongak menatap wajah papanya.

"Kan biar kejutan," jawab Mama Gina. Tangannya mengusak rambut hitam Ify.

"Ayo masuk, nanti kangen-kangenannya di dalam saja," ajak Pak Hanafi.

Ify pun melepas pelukannya.

"Oleh-olehnya mana ?" tanya Ify dengan polosnya membuat pak Hanafi kembali tertawa.

"Ada di mobil nanti biar bibi yang ambilkan," jawab pak Hanafi.

"Yeayy. ." seru Ify senang.

Lalu mereka pun masuk ke dalam rumah.

"Papa, Mama kapan nyampe ?" tanya Gabriel ketika mereka berpapasan di ruang tamu. Ia pun menyalami kedua orang tuanya.

"Baru saja, abang mau kemana sudah rapih ?" tanya Mama Gina.

"Ehehhe biasa lah Ma," jawab Gabriel cengengesan.

"Dasar anak muda !" seru pak Hanafi.
"Hati-hati anak orang jangan sampe gores," lanjutnya.

"Siap komandan !" seru Gabriel dengan posisi tangan hormat ke arah papanya.

"Kalo gitu abang pamit dulu Ma, Pa." pamit Gabriel seraya mencium tangan kedua orang tuanya. Tak lupa ia mengusak-ngusak rambut adiknya.

December RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang