36. December Rain

144 12 3
                                    

Desember telah tiba. Bulan terakhir disetiap tahun yang selalu berteman dengan hujan. Desember dan hujan bagai kenangan yang tak ingin hilang dari ingatan.

Langit kelabu menyapa semesta yang sunyi dipagi buta. Hembusan angin dingin pagi ini membuat siapa pun semakin ingin terlelap di bawah selimut hangat. Di susul rintik hujan yang perlahan membasahi bumi menghasilkan melodi pengantar tidur yang indah.

Drrtt. . drrtt. .

Getaran handphone di atas meja mengganggu kesibukan gadis cantik yang tengah bergelung di bawah selimut seusai melaksanakan kewajiban di waktu subuhnya. Udara pagi yang dingin menuntunnya untuk kembali menghangatkan diri di atas kasur dengan selimut tebal dan guling yang empuk.

Satu pesan masuk dari seseorang yang selalu membuat senyum indah terbit di wajahnya. Seseorang yang selalu mengisi hari-hari di tengah kealfaan teman-temannya.

From : Ruang Rindu

Selamat pagi
Sehabis dari gereja aku jemput kamu ke rumah.
Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat.
Jangan lupa sarapan 🙂

Jangan ke rumah, ditempat biasa saja

Memangnya kenapa?

Gapapa. Hari ini aku pengen habisin waktu sama kamu.

Kalau begitu harus izin sama orang tua kamu dulu donk. Nanti dikira aku bawa kabur anak orang lagi, hehe.

Nanti aku saja yang bilang.
Aku mau sarapan dulu. Kamu jangan lupa sarapan juga.


Tanpa menunggu balasan, Ify mematikan handphonenya. Ia tak ingin merusak rencana hari ini hanya karena perubahan moodnya. Karena jika diteruskan Rio akan semakin keras kepala untuk menjemputnya ke rumah. Bukan apa-apa, hanya saja Ify belum siap untuk semuanya. Ify masih ingin merasakan bahagia bersama Rio walaupun hanya sekejap.

Perkataan sang mama beberapa waktu yang lalu masih membekas dalam ingatannya. Penolakan yang jelas sekali diutarakan oleh mamanya membuat Ify semakin takut kehilangan masa-masa bahagia yang tengah ia rasakan bersama Rio. Ify takut untuk kembali terluka, Ify tak ingin kembali merasa kehilangan.

Ify menghela nafasnya pasrah. Cepat atau lambat semuanya akan sama saja. Bukan Ify tak ingin berjuang, namun memperjuangkan cinta di atas perbedaan bukanlah hal yang mudah. Terlebih sudah dihadapkan dengan penolakan dari orang tuanya. Ify tak ingin menjadi seorang anak yang pembangkang hanya karena cinta.

Gabriel, satu-satunya harapan Ify saat ini. Ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar yang berada tepat di samping kamarnya.

Tok tok tok

"Masuk!" seru Gabriel dari dalam.

Ify pun masuk seraya menundukan kepalanya. Sebenarnya ia sedikit takut, namun tidak ada pilihan lain. Semoga Gabriel mau membantunya, sekali ini saja.

Gabriel menoleh ketika Ify sudah masuk ke dalam kamarnya. Saat ini ia tengah membereskan tempat tidurnya. Gabriel memang sudah terbiasa merapihkan kamarnya sendiri.

"Adek kok tumben ke sini, biasanya nunggu abang di meja makan. Ada apa hemm?" tanya Gabriel.

"Ify. .Ify mau minta tolong sama abang, boleh?" jawab Ify semakin menundukan kepalanya.

December RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang