Part 37. Tiga Dua Belas Sepuluh

143 14 2
                                    


Ketika cinta hadir pada orang yang tepat di waktu yang salah

Sekali ini saja, semesta izinkan kami untuk bahagia
Izinkan kami untuk bersama
Meski hanya untuk hari ini saja
Tolong jadikan ini hari terindah untuk kami
Hari yang tak kan bisa kami lupa
Meski suatu saat raga ini tak kan berjumpa lagi
Kami hanya meminta, untuk hari ini saja
Biarkan kami larut dalam senyum dan bahagia

***

Rio menatap layar ponselnya yang baru saja bergetar. Sebuah pesan dari nomor yang tidak ia kenal. Lalu ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Netranya menangkap sosok cantik yang baru saja keluar dari mobil berwarna putih tengah melambaikan tangan ke arahnya disertai senyum yang selalu membuat hatinya merasa hangat. Sementara mobil itu segera berlalu meninggalkan gadis yang kini berlari kecil ke arahnya. Senyum manis pun sontak terukir kala seseorang yang sedari tadi ditunggunya kini telah datang.

"Hai," Rio melambaikan tangan ke arah gadis itu. Ingin rasanya membawa gadis kecil itu ke dalam pelukannya, namun keinginannya harus ia tahan karena ini adalah tempat umum. Tidak hanya mereka berdua yang ada di sana.

"Hai, udah lama ya nunggunya?" sapa gadis itu ketika sudah sampai di depan Rio.

"Enggak kok, aku juga baru saja sampai."

"Syukurlah. Ayo berangkat nanti keburu hujan."

"Tapi aku pake motor. Emm, kamu gapapa aku bawa jalan-jalan pakai motor bukan mobil?"

"Memangnya aku minta kamu jalan-jalan pakai pesawat?"

"Emm bukan gitu Ify, aku cuma takut kamu malu jalan sama aku yang pake motor doank."

"Ya ampun Rio, aku sama sekali gada fikiran ke situ. Udah ayo nanti keburu hujan." Putus Ify pada akhirnya. Rio pun menghela pasrah karena cuaca memang sedang tidak bersahabat. Salahkan dia kenapa harus memakai motor bukan mobil saja.

"Mana helmnya," pinta Ify.

Rio mengambil satu helm lagi yang ada di bagasi motornya lalu memakaikan helm biru bergambar Doraemon itu ke kepala Ify. Lucu sekali, sangat cocok dipakai Ify. Tidak salah Rio memilih helm itu khusus untuk Ify.

"Makasih," ucap Ify seraya tersenyum manis.

"Sama-sama, ayo naik." ajak Rio.

Setelah itu mereka segera bergegas membelah jalanan kota Bandung yang sudah basah sisa gerimis pagi tadi. Rio menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, ia tak ingin buru-buru. Biarkan hari ini ia bersenang-senang dengan Ify.

Taman kota menjadi tujuan pertama mereka. Berjalan-jalan sebentar dengan tangan yang saling menggenggam seolah tak ingin kehilangan waktu saat bersama ini. Taman yang cukup ramai di hari Minggu. Banyak pasangan kekasih yang menghabiskan hari Minggu mereka di taman ini. Terlihat pula sepasang orang tua yang tengah mengawasi anaknya yang berusia sekitar dua tahun sedang berlari kecil di taman itu.

Ify dan Rio sontak tersenyum melihat anak kecil yang sesekali terjatuh di rerumputan lalu berlari kembali. Bagaimana jika mereka punya anak nanti, pasti akan bahagia. Seandainya.

Suara adzan menyadarkan keduanya dari lamunan indah di masa depan. Tanpa disadari, mereka sudah menghabiskan banyak waktu di taman ini.

"Ayo, aku carikan kamu mesjid di sekitar sini," ajak Rio seraya menggenggam tangan Ify menuju parkiran. Sementara Ify hanya mengangguk, mengikuti langkah Rio menuju motornya.

Dengan telaten Rio kembali memasangkan helm di kepala Ify begitu mereka sampai di parkiran, membuat gadis itu menunduk malu. Setelah selesai keduanya kembali menjelajahi sudut kota untuk mencari mesjid, agar Ify bisa menjalankan kewajibannya.

"Kamu masuk aja, aku tunggu di sini," kata Rio ketika mereka telah sampai di sebuah mesjid yang sederhana di pinggiran kota.

"Kamu gak nunggu di sana aja? Di sini panas loh," tanya Ify seraya menunjuk ke arah teras mesjid.

Ify tidak tega membiarkan Rio panas-panasan di pinggir jalan hanya untuk menunggunya melaksanakan shalat Dzuhur. Bukankah lebih baik menunggu di teras saja sekalian motornya diparkir di depan mesjid.

Rio menggelengkan kepalanya.

"Aku di sini aja gapapa. Gak enak kalau nunggu di sana kan aku gak ikut ibadah."

Ify pun menghela pasrah, ia tidak bisa memaksa Rio. Mungkin Rio merasa tidak enak sama orang-orang yang beribadah, sementara dia hanya menunggu di luar. Karena itu ia memilih menunggu Ify di seberang jalan.

"Yaudah, aku shalat dulu nanti ke sini lagi." pamit Ify yang hanya dibalas anggukan oleh Rio.

"Suatu saat nanti kita akan seiman dan seamin," gumam Rio seraya memperhatikan Ify yang sudah memasuki area mesjid.

***


Sedikit lagi menuju END
Mohon bersabar karena patah hati tak sengilu patah gigi 😭😭

Aku kasih spoiler, cerita ini akan gantung di akhir karena aku sudah siapkan cerita selanjutnya, jadi mohon bersabar 😁

Dan terima kasih masih setia membaca December Rain

Diphylleia

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

December RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang