STT : PROLOG

84 26 7
                                    

Jangan berhenti baca sampai akhir ya!!

Gubuk kecil yang terlihat sangat tua, terasa mengerikan bagi Siska. Suasananya benar-benar mencekam. Terlebih lagi ketika sebuah benda dingin menempel di pipinya.

"Please, gue mohon sama lo. Jangan lakuin ini. Gue janji, gue janji gue akan ninggalin cowok lo," ucap Siska memelas. Tubuhnya yang berlumur keringat itu bergetar hebat ketika merasakan benda dingin itu bergerak di wajahnya.

"Oh ya?" Tawa gadis itu menggema keras. "Lo pikir gue percaya sama omongan busuk lo itu?" Tangannya terulur menekan leher Siska membuat Siska kesulitan bernapas.

"L-lepas ... lepasin i-ini. G-gue--"

"Lepas? Lo pikir gue bodoh?!" sahut gadis itu dan semakin mencekik Siska.

"Tunggu!" Gadis itu melepas tangannya dari leher Siska dan menoleh ke sumber suara. Seorang laki-laki berdiri tegak di sana sembari menyeret seorang laki-laki pula.

"EVAN!" pekik Siska. Tubuhnya semakin bergetar melihat Evan yang diseret lemas dengan muka babak belur.

"Apaan sih, lo?! Gue hampir aja habisin cewek gatel ini!" gertak gadis itu tak terima.

"Sabar dulu. Nih gue juga bawa cowok lo yang gak guna ini. Silahkan ucapkan kalimat terakhir sama cowok lo, dan biarkan gue main-main dulu sama cewek kesayangan gue," ucap laki-laki di depannya dengan smirk.

Laki-laki itu mendekati Siska dengan senyum iblis yang terukir lebar.

"Kenapa? Lo takut?" Siska terdiam. Mulutnya seolah terkunci. Anggota tubuhnya seolah kaku, tak bisa digerakkan sama sekali.

"Lo tau, gue selama ini tulus sayang sama lo! Selama ini gue selalu ada buat lo! Tapi kenapa ... kenapa lo malah ambil cowoknya dia, hah?! Dasar murahan!"

Deg!

Ucapan cowok di depannya ini membuat Siska mati rasa. Hatinya terasa tercabik-cabik. Bukankah cowok di depannya ini tau, kalo semua terjadi bukan karena keinginannya tapi perjodohan gila yang dilakukan orang tuanya.

"Heh! Lo kelamaan. Ayolah gaskeun. Gue udah gak sabar lihat mereka ke neraka," teriak gadis yang berada di depan Evan.

"Sabar napa!"

Keduanya mengikat Siska dan Evan kemudian memainkan pisau lipat yang sejak tadi mereka bawa.

Mereka semakin mendekat tanpa peduli kedua orang yang dicintainya meraung ketakutan.

"Kalian udah terlambat."

"Gak ada lagi maaf buat kalian."

"Semua ini biar kalian sadar, betapa sakitnya diabaikan."

"Biar kalian ngerti kalo orang yang tulus mencintai bisa jadi monster kalo kalian abaikan dan kalian khianati!"

Ucapan demi ucapan yang terlontar dari bibir keduanya membuat Siska dan Evan tertohok.

Dua pasang manusia yang saling mencintai kini harus saling menyakiti. Karena sebuah perjodohan gila yang tak pernah dipungkiri.

Dua pasang manusia yang saling percaya kini sama-sama kecewa hanya karena rasa nyaman yang timbul dengan sendirinya.

Memang benar, nyaman bisa datang seiring berjalannya waktu. Bahkan Evan dan Siska pun tak pernah mengharapkan rasa nyaman ini tumbuh.

Evan dan Siska sama-sama tak mengharapkan perjodohan gila ini karena mereka sama-sama memiliki hati yang harus dijaga.

Tapi takdir adalah takdir. Tak ada seorang pun yang bisa mengubah sebuah alur takdir. Jalannya cerita yang telah tertulis, tak bisa dihapus begitu saja. Ketika semua terjadi, tak ada lagi yang bisa disesali.

Evan dan Siska sama-sama pasrah bila ini adalah akhir dari segalanya. Akhir dari kisah mereka dan akhir bagi mereka menghirup napas di dunia.

Keduanya tak pernah berhenti merapal do'a berharap Tuhan memberi mereka kesempatan kedua. Dimana mereka bisa memperbaiki semuanya seperti semula dan melupakan masa lalu yang ada.

Entahlah. Evan dan Siska sama-sama tak bisa berpikir jernih. Otak mereka seolah berhenti berputar ketika benda tajam dan dingin itu mulai menggores wajah mereka.

TBC

Sedikit dulu ya gais.
Gimana?
Vote kalo kamu suka.
Dan komen kalo kurang berkenan di hatimu.

Ican × Anin
raiMdame× xxzhrxkimra

SEBUAH TAKDIR TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang