STT : 08. MASALAH 2

21 13 1
                                    

HELLAW!

UP LAGI YEYY🥳🖤

BAKALAN DIINGETIN LAGI YA:') JANGAN SIDER YA KALIAN😘

KALAU EMANG SUKA VOMENT YUK🥳✨

∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆

Evan mengernyitkan dahinya saat menangkap sosok wanita yang tertunduk di kursi taman.

"Apa yang dia lakukan?" Evan melihat langit dan awan yang tak lagi bersahabat, sang sinar mentari pun telah pergi, menyisakan awan hitam yang begitu menyeramkan.

"Gadis aneh." Evan mencoba bersikap acuh. Ia memasuki mobilnya namun, lagi-lagi perasaan tak tega itu hadir.

Jedar!

Suara petir yang begitu kencang membuat Evan mengelus dadanya.

"Ngeri banget petirnya." Evan kembali menatap gadis di taman itu, ia tak beranjak sama sekali bahkan ia seperti tak akan pernah pergi dari sana.

"Argh!" Evan menghampiri gadis itu.

"Mau hujan loh mbak, kok masih disini?" tanyanya pelan.

Siska diam dia hanya melihat sepasang sepatu yang berdiri di hadapannya, Siska kenal sepatu itu sepatu yang menolongnya saat di tangga tadi.

Tanpa berfikir panjang Siska mendongakkan kepalanya. Matanya terbelalak.

"Lo?"

"Loh?"

"Ngapain lo disini?!" tanya Siska dingin.

"Dih masih mending gue peduli sama lo," ucap Evan ketus.

"Gue gak butuh di kasihani sama lo! Lagi pula untuk apa gue mau di tolong sama orang yang enggak punya hati kayak lo!" ucap Siska sarkas.

"Maksud lo apa ngomong kayak gitu!" maki Evan tak terima.

"Pura-pura gak tau lo? Atau memang lo itu lupa ingatan hah!" Emosi Siska memuncak.

Evan mengernyit ia tak ingin menyela ucapan gadis di hadapannya itu, dan benar-benar tak mengerti apa yang ia maksud.

"Gini deh gue jelasin," ujarnya dengan senyum yang di paksakan.

"Tuan Evando yang terhormat, lo itu memang beruntung berada di keluarga yang baik dan lo dengan mudah bukan mendapatkan jabatan CEO itu. Gue? Gue hanya seorang dokter spesialis. Gue memulainya dari diri gue sendiri tanpa meminta bantuan orang tua gue. Ya, memang kalau pun bisa gue bisa saja mendapatkan jabatan lebih tinggi dari jabatan gue sebagai dokter spesialis, tapi ...."

Siska menggantung ucapannya ia menyeka air matanya yang lolos begitu saja.

Apa gue salah banget ya? batin Evan.

"Gue enggak mau ngelakuin itu! Karna gue mau hidup mandiri. Lo juga mau tau perjuangan gue hingga titik ini gimana? Gue hanya mengandalkan beasiswa gue! Sampe akhirnya gue keterima di sebuah fakultas terbaik dan disana gue masih mendapatkan ujian. Gue gak bawa uang bahkan gue sengaja gak minta sampai akhirnya gue harus jadi pelayan restoran dan saat gue udah ngedapetin semuanya sekarang? lo ... hiks ... hiks ...."

"LO ADALAH MANUSIA PALING JAHAT YANG PERNAH GUE TEMUI DAN MULAI SEKARANG LO ENGGAK PERLU MUNCUL DI HADAPAN GUE!" Siska memukul lengan Evan bertubi-tubi.

"OH IYA SATU LAGI KABAR BAIK BUAT LO! GUE DIKELUARIN DARI RUMAH SAKIT IMPIAN GUE! PUAS KAN LO! PASTI LO SENENG KAN SEKARANG? IMPIAN GUE! USAHA GUE SELAMA INI!" Siska tersenyum namun tidak dengan sorot matanya yang menyimpan banyak kekecewaan.

SEBUAH TAKDIR TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang