STT : 09. RENCANA

29 14 2
                                    

Tidak ada yang tau takdir tuhan,tapi tak menutup kemungkinan bahwa takdir juga dapat berubah. Karena, dia dapat berubah jika kamu pun memperjuangkannya untuk di perbaiki menjadi lebih baik:)

*STT//Icanin🥀.

-----------------------------------------------------------

Siska masih setia di ranjangnya, suhu tubuhnya juga sudah mulai menurun.

Siska menggeliat saat sebuah cahaya masuk melalui celah jendela kamarnya.

"Ekhem ... jam berapa ini?" ujar Siska dengan mata yang masih terpejam. Perlahan-lahan Ia mengintip jam yang masih menunjukkan pukul 8 pagi.

Tok! Tok! Tok!

"Siska sayang kamu udah bangun nak?" Hening tak ada jawaban. "Mama masuk ya?" sambung Dirra lalu membuka pintu kamar Siska.

Melihat Siska yang masih setia terlelap di bawah selimut membuat Dirra sedikit khawatir.

"Masih kurang enak ya badan kamu, nak?" tanya Dirra khawatir. Siska mengerjap lalu membuka matanya perlahan.

Siska tersenyum tipis. "Nanti siang pas papa pulang Siska udah sembuh kok Ma!" ucap Siska meyakinkan.

Hari ini memang merupakan hari kepulangan papanya.

"Yaudah sekarang kamu istirahat aja ya, nanti mama buatin bubur kesukaan kamu ya!" ujar Dirra semangat.

"Iya ma makasih," ucap Siska menampilkan senyum tulus.

"Yaudah kamu istirahat ya sayang, mama tinggal dulu." Sebelum Dirra benar-benar pergi ia membenarkan selimut Siska hingga menutupi leher dan mengecup puncak kepala Siska sekilas.

Setalah kepergian mamanya, Siska kembali memejamkan matanya, rasa kantuk dan pusing yang menjalar di kepalanya membuat matanya tak bisa menahan untuk tidak terpejam.

✨✨✨

"Assalamu'alaikum," ucap Evan yang baru saja tiba di kediaman orang tuanya. Seperti biasa bukan jawaban yang ia dapatkan melainkan hinaan dan cemoohan.

"Bagus, darimana saja kamu semalam?!" tukasnya tegas.

"Cuma dari rum--" Evan menghela napas melihat papanya yang pergi meninggalkannya dengan hujatan-hujatan yang terus dilontarkan.

"Kamu itu bisa enggak, sekali aja jangan menyusahkan! Dari dulu kamu itu kerjaannya nyusahin aja! Gak pernah bikin orang tua bangga! Mama kamu juga meninggal karna kamu! Dasar anak pembawa sial!" cemooh Gertand.

"Maaf pa," ucap Evan lirih. Evan sudah cukup sabar dengan tingkah papanya, bahkan untuk marah pun Evan tak berdaya ia terlalu sayang pada papanya.

Evan berharap suatu saat nanti papanya akan paham dan memaafkannya.

Evan menuju ruang kerja di mana Gertand berada. "Mau kemana nanti pa?" tanya Evan hati-hati.

"Kamu bakalan papa jodohin! Sama anak dari sahabat papa! Kebetulan hari ini dia pulang," tutur Gertand.

Evan mundur beberapa langkah, dadanya sesak, pikirannya seolah melayang entah kemana dan bibirnya terkunci tak dapat bersuara.

"Amanda?" cicitnya. Gimana dengan Amanda? teriaknya dalam hati.

Evan tidak mau menolak perintah papanya, karena bagi Evan ini mungkin salah satu jalan Evan untuk bisa dekat dengan papanya.

"O ... oke pa jadi jam berapa kita kesana?" tanya Evan memkasakan senyumnya.

SEBUAH TAKDIR TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang